Pukulannya sangat menyakitkan. Aku tidak bisa merasakan kepala ku sama sekali.
Barusan dia memukul ku dengan apa?
Aku tidak bisa bilang..Saat aku menengok, Aku sudah tergeletak di lantai tidak dapat mengetahui apa yang dia gunakan untuk memukul ku.
Apa dengan tangan kosong?
Apa dengan benda tumpul?
Pastinya benda tumpul..Karena yang kurasakan sesuatu yang mengenaiku itu sangat keras dan dingin juga besar.
Itu tidak mungkin tangannya bukan..Ya, Tidak mungkin.
Lalu...
Apa yang terjadi padaku sekarang?
Dimana aku?
Apa aku masih berada di gudang olahraga?
Sepertinya begitu.
Apa aku berada di atas lantai?
Tidak...Sepertinya tidak.
Ada yang aneh..Sedikit demi sedikit aku dapat merasakan tubuh ku kembali dan aku merasakan kalau tubuhku sekarang lurus. Dari atas sampai bawah aku yakin tubuh ku tegak, Tapi ada yang aneh..
Tangan ku..Kedua tangan ku..Mereka berada di atas kepala ku..Jauh tinggi di atas seolah kedua tangan ku diikat oleh sesuatu yang kuat dan juga dingin. Ini bukan tali..Rasanya sangat dingin dan tebal juga keras ditambah cukup besar dibandingkan dengan tali.
Lalu...
Aku juga tidak bisa merasakan kedua kaki ku menginjak lantai. Seolah-olah kedua kaki ku melayang di atas lantai beberapa centi.
Apa yang terjadi?
Di sini dingin..
Kenapa aku dapat merasakan hawa dingin?
Tidak..Lebih tepatnya aku merasakan kalau udara dingin di sekitar sini menyentuh kulit ku secara langsung.
Aku dapat merasakan udara dingin di sekitar kulit tubuh ku, Terutama bagian perut ke atas.
Pundak ku juga..Sepertinya memang benar kalau kedua tangan ku diikat keatas, Aku dapat merasakan kedua pundakku menyentuh pipi ku..Kulit pundakku secara langsung.
Apa aku tidak mengenakan baju?
Apa dia melepasnya?
Apa yang terjadi disini?
Perut ku sakit..Sangat sakit.
Kaki ku bergemetar.
Tanganku mati rasa.
Ada sesuatu yang keluar dari mulutku..Seperti cairan dan rasanya sangat aneh.
Aku selalu merasa mual dan ingin muntah. Rasanya aku juga ingin batuk berkali-kali.
Kepala ku pusing..Sangat pusing. Aku dapat merasakan ada suatu cairan yang mengalir di kepala ku dan sepertinya itu adalah darah.
Aku tidak bisa menggerakkan tubuh ku. Aku merasakan kalau sekarang aku sedang bergelayutan seperti di atas tali.
Aku berusaha untuk menyadarkan diri.
Aku berusaha membuka kedua mata ku dengan sisa tenaga yang ku miliki.
Buram..
Sangat buram.
Aku tidak bisa melihat apa-apa.
Berusaha membuka kedua mataku saja sudah sangat menyakitkan.
Tapi aku tidak ingin menyerah..Aku harus tahu dimana aku ini dan apa yang terjadi padaku.
Aku kembali berusaha membuka kedua mataku dengan paksaan walaupun rasanya sangat berat dan menyakitkan.
Sedikit demi sedikit walaupun awalnya buram, Perlahan aku dapat melihat apa yang ada di depan mataku.
Masih buram..
Masih buram..
Sedikit lagi akan terlihat..
Sedikit lagi..
Perlahan pengelihatanku yang terganggu kembali seperti semula.
Aku mulai dapat melihat apa yang ada di depan mataku.
Sudah mulai terlihat..
Aku dapat melihatnya..
Akhirnya aku membuka kedua mataku.
Dan yang kulihat adalah...
Tinju yang melayang ke wajahku.
BAM!!!
Pukulan itu sangat keras dan kuat..
Badan ku terpental kebelakang seperti sandbag yang dipukul oleh seorang petinju kelas berat.
Setelah beberapa ayunan tubuhku kembali berhenti.
Aku perlahan ingin kehilangan kesadaranku lagi..Tapi aku tidak ingin tertidur kembali. Aku memaksakan kedua mataku untuk terbuka dan melihat kedepan.
Rasanya sangat menyakitkan saat aku memaksakan diriku untuk sadar.
Kepala ku pusing dan mataku berputar-putar..Lebih tepatnya pandangan dan pengelihatanku yang berputar-putar.
Lalu dalam beberapa detik..Akhirnya aku mendapatkan kembali kesadaranku.
Aku dapat melihat kedepan dengan jelas sekarang. Aku dapat melihat cukup jelas apa yang ada di depan ku dan apa yang ada di sekeliling ku.
Nafas ku berat..Sangat berat. Seolah-olah aku kesakitan..Sangat kesakitan.
Aku memutar kepala ku melihat keseliling.
Kanan, kiri, lalu kanan lagi dan kiri lagi.
Sampai aku dapat menilai dimana aku berada.
Dan benar saja kalau aku sekarang masih berada di gudang peralatan olahraga.
Saat aku berusaha melihat keatas..Benar saja kalau kedua tangan ku diikat dengan sangat erat..Menggunakan rantai besi yang sangat Berat, Keras, dan kuat. Rasanya diikat dengan rantai besi sangat menyakitkan kedua tanganku..Sepertinya akibat ikatan rantai besi itu kedua pergelangan tangan ku berdarah.
Saat aku melihat kebawah sambil menggerakkan kedua kaki ku..Dan benar saja kalau aku bergelantungan diatas. Kedua kaki ku melayang di atas lantai tidak menyentuhnya sama sekali.
Lalu disaat yang sama, Aku dapat melihat kulit perut ku dengan sangat jelas..Itu benar, Ternyata aku tidak mengenakan baju sama sekali selain pakaian dalamku dan rok mini sekolah ku.
Aku sangat kesakitan..
Perih dan dan rasanya ingin muntah.
Saat aku berusaha meelihat keseliling ku lagi..Aku mendengar suara seseorang yang sangat ku kenal.
"Ohhh..Kau sudah terbangun"
"...!?!?"
Aku menengok kearah kanan ku dan aku melihatnya sedang duduk di atas kursi lipat besi.
Itu dia..Zuka.
"Kau tertidur sangat lama..Aku merasa sangat bosan menghajarmu disaat kondisi mu tidak sadarkan diri seperti itu"
"...Zu...!?!?"
Di saat aku berusaha mengeluarkan suaraku..Aku batuk dan mengeluarkan darah dari dalam mulutku.
"Aaacchh!!!...Kau mengotori lantainya dengan darah mu...Aku tidak ingin membersihkannya sama sekali"
COUGH! COUGH! COUGH!
".....Zuk-!!!"
Lagi saat aku ingin berbicara, Aku batuk kembali dan rasanya sangat menyakitkan.
"Tidak, Tidak, Tidak boleh...Kau tidak boleh berbicara sama sekali..Nanti lantainya akan tambah kotor dengan muntah mu"
Sial!
SAKIT SEKALI!!!
RASANYA SANGAT MENYAKITKAN!!!
APA-APAAN INI!!!
AKU TIDAK TAHAN DENGAN RASA SAKIT SEPERTI INI!!!
TOLONG HENTIKAN!!! AKU TIDAK MAU LAGI!!!
...Rasanya..Aku ingin menangis karena rasa sakit ini.
B-Benar juga..Ini masih di sekolah bukan..Kalau begitu jika aku berusaha berteriak maka akan ada orang yang datang-
Ehhhh...Tidak mungkin.
Saat aku mengangkat kepala ku kedepan..Aku menyadari sesuatu..Di sekitar ku..Cukup gelap dan diluar saat aku melihat ke jendela kecil yang berada di atas dekat langit-langit gudang..Kondisi diluar..
Sudah gelap..
Hari sudah gelap..
Matahari sudah terbenam.
Ini sudah malam.
Berapa lama aku tidak sadarkan diri?
"Ahhh...Sepertinya kau sudah menyadarinya..Ini sudah malam dasar bodoh! Kau tertidur selama 12 jam penuh..Apa-apaan kau ini..Koala?! Kau sangat lemah, Yuna. Aku tidak ingin memiliki tubuh lemah seperti milik mu itu"
...Tidak mungkin..Aku dari tadi..Dia menyiksaku 12 jam penuh nonstop tanpa keluar dari gudang ini sama sekali.
Apa-apaan dia?
Aku saja membutuhkan waktu istirahat jika aku ingin menyiksa seseorang dengan waktu yang cukup lama.
Tidak...Oh tidak...Apa-apaan ini..Aku..Putus asa.
Wajah ku mulai mengekspresikan rasa putus asa dan ingin menangis.
Aku menundukan kepalaku karna aku tahu kalau aku ingin menangis. Saat Zuka mengetahui apa yang terjadi, Dia berdiri dan menampar wajahku dengan keras.
"Oy oy oy, Apa ini!?"
SLAP!
Dia menampar wajah sebelah kiri ku, Suaranya sangat keras dan tamparannya benar-benar keras.
Aku ingin mengatakan 'Sakit!' tapi tidak bisa.
Zuka memegang dagu ku dan memaksa wajah ku untuk melihat kedepan melihat wajah dan kedua matanya langsung.
"Aku tidak akan membiarkan mu merasa putus asa untuk sekarang..Tidak, Bukan sekarang. Acara utamanya baru saja akan dimulai"
Aku berusaha membuang wajahku tapi Zuka menangkap kepalaku lagi dan memaksanya untuk melihat wajahnya.
"Aku bosan dari tadi..Menyiksa mu saat kau sedang tertidur itu sangat tidak menyenangkan. Sekarang kau sudah bangun maka ini akan menjadi sangat menyenangkan..Bersiaplah, Yuna..Kau akan merasakan seperti apa kekuatan ku yang sesungguhnya..Yang tidak pernah kau rasakan setiap kali aku membully mu"
Aku ingin berteriak
Aku sangat ingin berteriak.
Mataku terbuka lebar ketakutan.
Badan ku merinding setengah mati.
Tidak..
Aku tidak mau ini..
Tidak..
Lepaskan aku..
Aku takut..
Aku ketakutan..
Tidak lagi
..Tolong tidak.
"TIDAAAAAAKKKKKKK!!!"
Aku berhasil mengeluarkan suara ku dengan teriakan ku yang menolak dan ketakutan.
Aku memaksa tubuhku untuk bergerak alhasil tubuhku hanya berayun kesana-kesini. Di tambah tubuhku, tanganku, seluruh tubuhku malah bertambah sakit.
Zuka hanya terdiam dengan wajah datar melihatku melawan seperti seorang pengecut.
"TIDAAAAAAKKK!!! LEPASKAN AKU!!! HENTIKANNNN!!! TIDAK LAGI!!! AKU MOHON LEPAS KAN AKU!!! SAKITTT!!! RASANYA SANGAT SAKITTT!!!"
Zuka menghembuskan nafasnya pelan merasa kecewa melihatku sangat memalukan.
Zuka kemudian meregangkan tubuhnya sesaat, Dia kemudian mengambil sesuatu benda yang berada di sampingnya. Itu adalah pemukul baseball yang terbuat dari besi.
Dia kemudian menariknya kebelakang mengumpulkan tenaga lalu mengayunkannya ke arah perutku dengan sekuat tenaga.
POW!
Sangat keras dan sangat bertenaga.
Aku dapat merasakan dengan sangat jelas kalau ada beberapa tulang yang patah di bagian perut ku ke atas. Aku juga dapat merasakan beberapa organ dalam tubuhku ikut terkena dampaknya.
Saat dia memukul perutku, Aku memuntahkan banyak sekali darah dari dalam mulutku, Setelah itu aku batuk-batuk sambil mengeluarkan darah yang tersisa dari dalam mulutku.
"Bisakah kau diam...Aku memang ingin menyiksamu tapi aku tidak ingin mendapat balasan seorang pengecut seperti ini"
Sakit..Sangat sakit..Benar-benar sakit..Inikah pukulan seorang juara MMA..Benar-benar bertenaga dan sangat menyakitkan.
Setelah batuk-batuk..Dari kedua mataku..Aku mengeluarkan air mata.
Aku menangis.
Menangis karena takut dan menangis karena rasa sakit yang benar-benar kelewatan ini.
Aneh..Kenapa rasanya lebih sakit ketimbang saat di iris dengan sebuah pisau..Ini rasa sakit murni dari kekuatan seorang manusia. Terutama dari petarung handal sepertinya.
HIKS HIKS!
Aku menangis dan mengeluarkan banyak air mata dari kedua mataku.
"...Tolong...Hentikan...Maafkan aku...Lepaskan aku, Zuka...Aku mohon...Apa salahku hari ini...? Aku bahkan baru bertemu denganmu tadi di depan Gymnasium...Tolong hentikan...Tidak lagi...Aku mohon..."
Aku memohon sambil menangis sangat menyedihkan.
Betapa menyedihkannya aku sekarang ini. Aku menangis dan memohon ketakutan dan kesakitan seperti seorang pengecut.
Aku yang biasanya menyaksikan orang-orang disiksa oleh diriku sendiri dihadapan ku langsung kini aku lah yang diikat dan disiksa oleh orang lain.
Apa ini yang selalu orang-orang rasakan setiap kali disiksa?
Ini memang bukan siksaan pertama ku dalam seumur hidup ku. Aku sudah pernah diikat dan disiksa bahkan dipekosa dulu saat masih kecil dan memang benar rasanya sangat meyakitkan apalagi saat mereka menggunakan senjata tajam.
Tapi..
Kenapa dari semua siksaan..
Siksaan milik Zuka yang paling berbekas dan yang paling menyakitkan.
Ini tidak masuk akal.
Apa-apaan sebenarnya Zuka?
Terbuat dari apa dia?
Apa dia benar-benar seorang manusia?
HIKS HIKS!
Aku masih menangis dan Zuka masih membiarkan ku seperti ini.
Dia kemudian mengangkat pemukul baseballnya kembali dan tanpa ancang-ancang bahkan tanpa harus mengumpulkan tenaga, Dia mengayunkan pemukul baseballnya itu ke arah ku dengan tenaga yang cukup.
WHAM!
"AKKKKHHHHHH!!!"
Aku merespon pukulannya itu dengan sedikit suara rasa sakit ku.
Tidak berhenti dari itu, Zuka melanjutkannya dengan memukul badan ku di tempat-tempat yang berbeda-beda, Seperti sebuah kombinasi dalam bela diri, Dia melakukannya seperti ini dan sangat teratur dan sangat terarah juga sangat berpengalaman.
Dia memukul kearah tubuh ku yang sangat sensitif tempat dimana aku dapat merasakan rasa sakit yang amat sakit dari pukulannya itu.
Setiap pukulannya aku sangat bisa merasakan rasa sakitnya.
Setiap aku berusaha menutup mataku karena rasa sakitnya, Zuka memukul ku kembali yang membuat kedua mataku terbuka kembali karena efek pukulan dan rasa sakitnya.
Terus-menerus Zuka terus memukul ku tanpa henti.
Lalu saat Zuka menarik pemukul baseball itu kebelakang untuk mengumpulkan tenaga untuk pukulan terakhir yang sangat amat keras dan bertenaga.
Aku secara refleks yang tanpa ku inginkan..Aku membalas Zuka dengan sangat lemah dan tidak bertenaga dengan mencoba untuk mendangnya tapi tendangan ku tidak sampai sama sekali.
Zuka yang melihat usaha perlawanan ku berhenti mengumpulkan tenaga sebelum ingin memukul ku kembali.
Dia melihatku dengan tatapan matanya dan wajahnya yang datar.
Aku panik saat melihat reaksi Zuka yang seperti itu.
Lagi secara refleks dan sedikit suara yang memintanya untuk menjauh aku masih mengayunkan kaki ku yang bermaksud untuk menendangnya tapi justru terlihat sangat menyedihkan dan memalukan untuk dilihat.
Aku masih mengeluarkan air mata dari kedua mataku.
Lalu usaha terakhirku untuk menendang Zuka dihentikan olehnya dengan cara dia memegang kaki kanan ku.
Aku merinding di sekujur tubuhku ketakutan membayangkan apa yang akan dia lakukan terhadap ku selanjutnya.
Dia kemudian melihat kearah ku dengan wajah bermuka datar.
"Ini...Sangat menyedihkan...Aku hargai usahamu untuk melawan balik..Tapi...Bukan seperti ini caranya untuk menendang"
Dia kemudian membuka lebar kaki kanan ku.
Zuka kemudian menarik kaki kanannya kebelakang dan mengumpulkan tenaga yang cukup di ujung kakinya.
Dia kemudian mengayunkan kaki kananya yang sudah diisi oleh beberapa tenaga yang cukup ke arah ku.
Lebih tepatnya dia menendang ku tepat persis di selangkanganku.
Dengan tenaga yang cukup, Zuka menendang selangkanganku tepat di kemaluanku dengan sangat keras.
"KYAAAAAAGGGGGHHH!!!"
Tendangannya yang mengarah ke selangkangan dan kemaluan ku membuat kedua mataku terbuka lebar, Mulutku menganga terbuka lebar dan membuatku mengeluarkan suara kesakitan yang lebih keras dari sebelumnya.
"AAAAAAAAGGGGGGGKKKKKKHHHHH!!!"
"AAAAAAAKKKHHH....AAAAKKKKKHHHH....AAAAAGGGHHHH!!!"
Sakit...Sangat sakit...Benar-benar sakit bahkan lebih sakit dari sebelumnya.
"Aaaaaa....Aaaaaannnnnhhhh....Aaaaaaa...."
Zuka melepas kaki ku yang dia pegang dan kembali membiarkanku tergantung sambil menangis kesakitan.
HIKS HIKS HIKS!
Aku menangis kesakitan akibat tendangannya yang mengarah ke selangkangan dan kemaluanku langsung.
Saat aku melihat kebawah, Sepertinya aku baru saja mengompol mengeluarkan kotoran dari selangkanganku akibat tendangannya sebelumnya.
"Aarrgghh, Yuna...Yang benar saja!"
Apa yang dia kesali?
Aku tidak paham?
Karena rasa sakit dan tangisan juga air mata yang menumpuk di kedua mataku ini, Aku merasa ingin pingsan kembali.
Pelan, Aku mulai menutup mataku ingin tidak sadarkan diri untuk sekali lagi.
Tapi Zuka menyadarinya.
Dia menyadari kalau aku ingin pingsan untuk yang kedua kalianya. Untuk mencegah itu, Dia memukul tulang rusuk sebelah kiriku dengan cukup tenaga membuatku terbangung dan tidak jadi pingsan.
"AAAAAAAAAAAAAKKKKHHHHH!!!"
Pukulannya membuat kedua mataku terbuka kembali dan mebuatku teriak kesakitan sekali lagi.
"Sangat sakit bukan..Dengan begini aku dapat membuatmu tetap terbangun..Setiap kali aku melihat mu ingin menyerah dan ingin pingsan, Aku akan memukul tulang rusuk mu terus-menerus"
Sudah cukup..
Tolong hentikan..
Lepaskan aku...
Maafkan aku..
Apa yang kuperbuat hari ini...?
Aku bahkan tidak melakukan apa-apa..
Aku hanya berharap hari ini adalah yang terakhir dan tidak akan terulang kembali..
Aku hanya ingin hari ini menjadi hari yang damai..
Lalu kenapa ini terjadi?
HIKS HIKS HIKS!
Aku kembali menangis memikirkan segala ucapan di dalam hatiku barusan.
Zuka merespon dengan wajah yang kecewa dan bosan.
"Tch..Seperti ini lagi..Ayolah, Yuna..Apa seluruh ejekan padamu terhadap ku itu hanya omong kosong saja. Apa semua perkataan sombong mu itu hanya hiasan dan sok kuat saja. Kau...Sangat menyedihkan"
Aku tidak ingin membalasnya karena itu semua memang benar.
Selama ini aku ketakutan setiap kali berhadapan dengan Zuka. Aku hanya membuat kata-kata yang cukup membuatnya tersinggung saja dan berlaga sok kuat juga sombong di hadapannya agar aku dapat melawannya. Tapi aku tidak pernah mengharapkan kontak fisik seperti ini..Tidak pernah..Aku tahu kekuatan mengerikan Zuka aku juga tahu batas kemampuan ku..Tapi ini..Benar-benar hal yang tidak ku inginkan untuk terjadi justru terjadi.
Zuka kemudian merendahkan tubuhnya kedalam posisi jongkok.
Dia mengambil sesuatu yang ada diatas lantai..Yaitu tas milikku.
Melihat dia memiliki tasku membuat ku panik dan ketakutan.
Aku berusaha untuk memerintahnya untuk tidak menyentuh tasku dengan cara menggerakkan tubuhku tapi tidak ada hasil. Zuka masih memegang tasku.
Zuka kemudian membuka tas ku dan melihat isi dari tasku.
Hal yang paling tidak ingin aku lihat adalah saat dia menyentuh Benda itu tapi..Itu justru terjadi.
"Hmmm...Apa ini?"
Zuka mengeluarkan Benda itu dan itu adalah..Boneka beruang kesayanganku.
"TIDAAAKKKK!!! JATUHKAN ITU ZUKA!!! JANGAN SENTUH ITU!!!"
Aku berteriak memintanya untuk tidak memegang boneka ku.
Zuka melihat kearah ku dengan tatapan dingin.
"..."
Bahkan hanya dengan tatapannya yang seperti itu saja sudah membuat udara di sekeliling sangat dingin.
Tatapannya membuat ku merinding.
Tatapannya membuat ku berhenti berteriak.
Dia membungkamku hanya dengan tatapannya saja.
"Hoooohhh...Jadi kau sangat menyayangi boneka ini, Hmmm...Lagi pula apa yang menarik dari ini...Apa saking kau menyayanginya sampai kau bawa kesekolah tiap hari..Apa kau..Anak TK"
"...Tolong...Kembalikan, Zuka"
"Hmmm?"
"...Tolong kembalikan padaku...Aku mohon..."
Sambil menangis, Aku meminta..Lebih tepatnya memohon padanya untuk mengembalikan boneka milik ku kembali padaku.
"Hmmm...Kalau itu mau mu...Kalau begitu ini!"
Dia melambungkan tinggi boneka beruang itu ke udara.
Lalu Zuka bersiap-siap dengan pemukul baseballnya berisap menunggu boneka beruangku jatuh di waktu yang tepat.
Saat boneka beruang ku kembali jatuh dari udara, Di waktu dan posisi yang tepat juga pas, Zuka memukul boneka itu dengan pemukul baseball persis seperti seorang pemukul baseball yang handal.
Pukulannya sangat tepat dan sangat keras, Pukulannya membuat bonekaku terpental kedepan dengan sangat cepat megarah ke arahku.
Lalu saat boneka ku menabrak perutku, Akibat pukulan bertenaga dan kecepatannya, Boneka ku hancur dan mata sebelah kirinya terlepas dari tempatnya.
Aku yang melihatnya mulai panik dan membuatku membuka mata ku lebar.
Aku bergemetar.
Aku tidak tahu harus bereaksi apa.
Yang bisa ku ucapkan hanya satu dan beberapa patah kata.
"Ka...Kana....Kana...."
"Hmmm...Apa itu, Yuna?"
"Kana....Kana...Ko...Kanako...Kana...Ko..."
"Hmmm...Apa itu...Siapa itu...Apa itu nama boneka mu itu...Kau seperti anak kecil saja, Yuna..Memberikan boneka sebuah nama...Memalukan"
"Sudah...Hentikan...Aku mohon ampun, Zuka...Lepaskan aku....Hentikan...Aku mohon..."
Aku memohon ke Zuka sambil menangis...Aku sudah tidak tahu harus berbuat apa...Sekarang aku hanya pasrah menerima keadaan yang akan Zuka berikan padaku.
"Hmmm...Baiklah kalau begitu"
Perkataannya mengejutkanku.
Serentak aku mengangkat kepalaku melihat kearahnya karna perkataannya sebelumnya.
"Tapi..."
Perkataanya selanjutnya justru membuatku panik kembali.
"Aku akan menyiksa mu untuk yang terakhir kalinya..Kali ini sampai kau pingsan"
Aku kembali mengeluarkan raut wajah yang ketakutan dan menolak.
Aku menggelengkan kepalaku sambil menangis menolak apa yang ingin dia lakukan selanjutnya terhadapku.
"Tenang saja kali ini tidak dengan pukulan melainkan dengan 'Ini'. Aku terkejut setelah menemukan ini di dalam tas mu. Tidak ku kira kalau kau selalu membawa alat seperti ini kemanapun..Ya, lagi pula kau ini lemah jadi pastinya membutuhkan benda ini bukan"
Yang dia ambil selanjutnya dari dalam tas ku adalah Alat penyetrum milik ku yang selalu aku bawa kemana saja untuk bela diri.
Melihat Zuka memegang benda itu membuat ku panik.
Sepertinya aku tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya terhadap ku.
Ya, Sangat jelas.
"Baiklah, Mari kita lakukan segera. Aku sudah mulai lelah juga lagipula"
Zuka kemudian mendekat kearahku dan yang kubisa lakukan hanya diam..Karena aku sudah mulai pasrah dengan apa yang akan dia lakukan kepadaku selanjutnya..Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Zuka kemudian melepas rok ku juga celana dalam ku.
"Ehhh?!?!"
Apa yang...Aku tahu kalau dia pastinya akan menyetrum ku dengan benda itu..Tapi aku tidak pernah berpikir hal seperti ini akan tejadi.
"Hm hm...Sepertinya disekitar sini masih basah akibat ompol mu tadi..Hm hm, Bisa aku gunakan"
Tunggu..Jangan bilang kalau dia ingin...
Tidak...
Tolong jangan...
Aku tahu apa akibatnya kalau air atau cairan yang basah bertemu dengan listrik.
Tidak...
Tolong hentikan..
Aku mulai melawan balik dengan menggerakkan tubuhku kesana-kemari. Aku mungkin memang bilang kalau aku sudah mulai pasrah tapi setelah melihat dan mengetahui apa tujuannya, Justru membuatku sangat panik dan ketakutannya.
"Jangan melawan, Yuna..Kau juga ingin ini berakhir bukan. Kalau begitu tolong diam!"
Aku hanya bisa menangis sambil menggerakkan tubuhku untuk melawan, Tapi tentu Zuka mengabaikan.
Zuka kemudian memegang dan menahan tubuhku untuk tidak bergerak.
Pegangannya sangat erat mebuatku tidak dapat bergerak.
Aku tambah takut.
Aku tahu setelah ini pasti dia akan menyetrumnya..
Menyetrum kemaluan ku yang masih basah akibat ompolku sebelumnya.
"Bersiap, Yuna...Ini akan sangat menyengat"
Aku masih berusaha menggerakkan tubuhku tapi tidak ada hasil gerakkan sedikit pun.
Aku juga menutup mataku berusaha menahan rasa sakitnya sambil mengerakan dan menguatkan sisa tenaga tubuhku.
Zuka mendekatkan alat penyetrum itu ke kemaluan ku.
Aku dapat merasakannya kalau benda itu sudah menyentuh kemaluanku dan itu membuatku sangat panik.
"Selamat malam...Yuna"
Setelah dia mengucapkan itu...
Zuka..Menyalakan penyetrum itu.
Dengan sekejap setelah di nyalakan, Penyetrum itu menyalah dan mengeluarkan tegangan listrik yang cukup untuk melumpuhkan tubuh manusia.
Dan alat itu menyetrum persis dan tepat di kemaluan ku.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!"
Aku berteriak kesakitan.
Kedua mataku terbuka lebar.
Kedua bola mataku bergelinding kebelakang.
Lidah ku perlahan mulai keluar.
Dari dalam mulutku, Aku perlahan mengeluarkan busa.
Tubuhku kejang-kejang akibat disetrum tepat di kemluanku.
Zuka masih mempertahankan alatnya untuk menyala.
Lalu Zuka dengan perlahan menusukan benda itu masuk kedalam kemaluanku walaupun tidak dalam.
"AAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!"
Aku berteriak kesakitan lebih keras dari sebelumnya.
Kedua bola mataku bergelinding lebih kebelakang dan lebih kedalam.
Lidah ku keluar lebih panjang dan busa keluar lebih banyak dari mulutku.
Tubuhku bergetar dan kejang-kejang lebih heboh dari sebelumnya.
Zuka terus melanjutkannya dengan perlahan dengan wajah dan ekspresi yang sangat datar.
"AAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!"
"Ini balasan ku untuk senyuman mu di upacara kepergian Himawari...Yuna"
"AAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!"
.
.
.
.
.
.
Setelah 10 menit berturut-turut tanpa jeda Zuka menyetrum ku.
Aku dijatuhkan oleh Zuka di lepaskan dari ikatan rantai ku.
Aku jatuh dengan keras ke atas lantai tanpa ada satupun yang melindungi pendaratanku.
Zuka menggulung rantainya di tangannya.
Zuka kemudian melempar alat setrum milik ku ke arah ku.
Dia kemudian mengambil tasnya yang bergeletak di atas lantai dan mulai pergi meninggalkanku.
"Sampai jumpa...Yuna"
Setelah mengucapkan kata perpisahan, Zuka meninggalkan gudang ini dengan aku yang masih bergeletak di dalamnya.
Aku masih setengah sadarkan diri dan dari dalam mulutku aku mengeluarkan banyak isi perut tanpa ku sadari.
Aku tidak bisa bergerak..Aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Aku hanya bisa bergeletak disini dan tertidur disini.
Yaa...Seteah itu aku justru pingsan dan tidak sadarkan diri untuk beberapa jam kedepan.
.
.
.
.
.
3 Jam kemudian tepatnya sekitar jam 22.00 aku terbangun dari tidur ku atau lebih tepatnya dari pingsan ku.
Aku masih ingat dengan jelas apa yang terjadi padaku.
Aku berusaha menggerakkan tubuhku dan menompa tubuhku untuk berdiri.
Aku mengambil pemukul baseball yang Zuka tinggalkan untuk membantu ku dapat berdiri.
Aku mengambil celana dalam milikku dan rok milik ku lalu dengan sisa tenaga aku kembali mengenakkannya.
Aku juga mengambil baju ku yang tergeletak di atas lantai lalu memakainya.
Setelah itu aku mengambil boneka beruang milikku.
Mata sebelah kirinya terlepas dan hancur..Tapi aku tetap mengambil matanya yang sudah tidak utuh itu dan memasukkannya kedalam tas beserta tubuh bonekanya dan alat setrum milikku.
Dengan sisa tenaga ku, Aku berjalan keluar menuju rumah dibantu dengan pemukul baseball sebagai penyangga ku untuk berdiri.
Perjuangan ku membutuhkan waktu yang sangat lama...Sekitar jam 01.30 aku berhasil sampai di rumah.
Hari ini...Sangat melelahkan.
Aku tidak ingin hari ini..
Terulang kembali.