Leng Yunchen tidak berbalik, hanya sedikit memalingkan wajah saat mengatakannya, bahkan tidak menatap langsung ke arah adiknya.
Dari sudut inilah Leng Xiaomo hanya melihat sinar matahari terbit menerpa wajahnya, menutupi sebagian sosoknya dengan lingkaran emas, seolah-olah ia adalah Dewa Agung yang begitu dingin.
Dan ia bertanya, "Kenapa kamu menciumku tadi malam."
Satu kalimat itu.
Penuh dengan tanda tanya besar.
Seperti membuatnya tidak bisa tidur sepanjang malam, berpikir tanpa henti, menunggu jawabannya, menunggunya sepanjang malam.
Ekspresi di wajahnya pun tanpa menegang, seolah menciptakan jarak yang membentang.
Untungnya, ia tidak menatap langsung ke arah Leng Xiaomo. Kalau tidak, pasti ia akan dihadapkan dengan keterkejutan dan kepanikan yang jelas di mata adiknya saat pertanyaan itu ia lontarkan.
Sementara di lain sisi, Leng Xiaomo hanya mampu duduk tak bergerak di tempat tidur, dengan tangan menggenggam seprai erat-erat.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com