webnovel

Seperti Sepasang Malaikat Yang Dikirim Padanya

Bian menggandeng Mumut menuju tempat, dia menghentikan langkahnya saat ada seorang yang menyapanya. Mumut tak begitu mengenali lelaki yang menyapa Bian tapi dia merasa pastilah seorang ayang bekerja di tempat ini karena Mumut merasa pernah melihatnya. Bian memeperkenalkan Mumut sebagai istrinya kemudian kembali berbincang akrab dengan orang itu. Mumut pamit untuk menunggu di tempat parkir saja karena tidak mau mengganggu pembicaraan keduanya. Bian mengiyakan dan menyuruhnya hati-hati. Mumut melangkah ke tempat mobil Bian diparkir. Mumut melihat Andika berada di parkiran sepeda motor sedang mengeluarkan motornya, dia segera memalingkan mukanya agar tidak bersitatap dengan Andika. Mumut sadar dia sudah menjadi istri orang karena itu dia berusaha menghindar dari Andika agar rasa sukanya pada Andika perlahan menghilang.

Di sisi lain Andika melihat Mumut berdiri di tempat parkir mobil, dia terlihat seperti menunggu seseorang. Andika berniat untuk mendekat dan menawarkan tumpangan tapi langkahnya terhenti saat melihat seorang lelaki menghampiri Mumut dan memeluknya. Meski terlihat malu tapi ekspresi wajah Mumut tampak bahagia.

Andika merasa kecewa, hatinya merasa seperti dirobek-robek saat melihat lelaki itu menundukkan kepalanya dan mencium puncak kepala Mumut kemudian membimbing Mumut memasuki mobil mewahnya. Tak lama kemudian mobil itu melaju dan menghilang di jalanan.

Andika selalu merasa Mumut mencintainya dan dia mempunyai perasaan yang sama. Karena dia dan Mumut tak suka pacaran, maka Andika ingin Menjadikan Mumut istrinya setelah mereka wisuda nanti. Tapi semua rencana itu tampaknya harus kandas karena hari ini dia melihat Mumut terlihat begitu intim dengan seorang laki-laki.

Andika menghela nafas sambil menghidupkan mesin motornya. Dia melintasi jalanan malam dengan perasaan kosong.

***

Bian melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh ke rumah mama. Tadi pak Arya memberi kabar kalau mama berhasil membujuk ibu untuk tinggal bersamanya. Rencananya Bian akan menempatkan ibu di salah satu rumah miliknya. Bian tidak tega kalau ibu kembali ke kontrakan karena ruangannya yang sempit dan ramai. Apalagi ada dua orang perawat yang akan merawat ibu selama sakit. Tentu ruangan itu akan kurang memadai karena hanya ada satu kamar yang sempit. Bian bersyukur ibu mau tinggal bersama Mama karena nantinya Mama akan ada yang menemani.

Keduanya memasuki rumah sambil bergandengan. Mama segera memeluk Bian saat melihatnya dan mencium pipinya kemudian melakukan hal yang sama pada Mumut membuatnya merasa jengah. Mama membawa mereka ke kamar yang ditempati ibu.

"Ma, maaf ya. Jadi merepotkan mama," kata Mumut.

"Gak, merepotkan, Mut. Justru mama senang karena jadi ada teman," mama tersenyum menggandengnya.

Mumut memalingkan mukanya dari mama dan mengusap air matanya yang jatuh dengan punggung tangannya. ibu dan anak itu seperti sepasang malaikat yang dikirim padanya.

Memasuki kamar ibu, Mumut melihat ibu tengah berbaring di tempat tidur dan sedang mengobrol dengan bu Wati, ditemani perawat Muna dan Elsa.

Mumut segera menyalami dan mencium tangan Ibu dan Bu Wati kemudian menyalami kedua perawat itu sebelum ikut bergabung bersama mereka.

Setelah berbincang beberapa waktu berbincang, seorang pelayanan memberi tahu makan malam sudah siap dan semua diminta untuk ke ruang makan. Di ruang makan, Mama dan Bian telah menanti mereka, Mama tersenyum saat mereka mendekat. Mumut mendorong kursi roda yang dipakai ibu dan memindahkan ibu ke sebuah kursi dibantu Bian. Bu Wati duduk di sebelah ibu dan kedua perawat memilih untuk makan di belakang saja meski Mama sudah memerintahkan mereka makan bersama.

Makan malam itu berlangsung dengan akrab karena mama sangat pandai mencairkan suasana. Bian makan dalam diam sambil menatap Mumut yang sedang tertawa kecil mendengar cerita mama.

Tiba-tiba telepon Bian berbunyi, Bian segera mengangkatnya kemudian berdiri menjauh dari mereka dan tak terlihat sampai mereka selesai makan.

***

Mumut berdiri di teras belakang menatap taman di belakang rumah yang indah dan terawat, cahay bulan yang temaram membuat pemandangan di depannya terasa indah. Mumut tengah menunggu Bian yang sedang berbincang dengan Randy yang datang tak lama setelah telepon Bian berdering. Mereka tampak begitu serius saat berbincang karena itu Mumut memilih untuk menunggu Bian di tempat ini.

Tiba-tiba Mumut merasa sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang, dan mencium belakang telinganya yang membuatnya geli. Dia segera menoleh dan mendapati wajah Bian yang begitu dekat dengannya dan segera mencium bibirnya.

***

Chapter ini, buat pengganti kemarin karena tidak sempat upload kemarin karena belum selesai. Untuk hari ini, author akan usahakan untuk membuat sebuah chapter lagi. Terimakasih atas dukunga readers semua.

Happy reading

Next chapter