webnovel

Bersiap untuk Mengembalikan Uang

Editor: Wave Literature

Zhu Haimei terus memasak hingga larut malam. Setelah merebus zhuxiahuo, ia baru pulang ke rumah yang ditinggalinya bersama Shen Dongyuan. 

Zhu Haimei berjalan di bawah sinar bulan malam ini. 'Kehidupan tidak ada habisnya dari generasi ke generasi, hanya bulan di sungai yang selalu sama tahun demi tahun'. 

Bulan yang ia lihat sekarang masih bulan yang sama seperti yang ia lihat di kehidupannya yang dulu, hanya saja orang-orang dan lingkungan di sekitarnya yang berbeda. Kehidupan ini memang benar-benar ajaib. Jika bukan karena ia terlahir kembali, apakah Zhu Haimei bisa melihat bulan yang sekarang? 

Jika ia punya uang lebih, Zhu Haimei akan membeli dua buku untuk dibaca agar tidak kesepian. 

Setelah tiba di rumah, Zhu Haimei terlebih dahulu menyimpan uang hasil berjualannya. Lalu ia mengambil sepotong zhudachang (usus besar babi) yang sudah direbus dan beberapa potong zhugan (hati babi) untuk kak Huang. 

Kali ini Wu Tianlei lah yang membukakan pintu. 

"Kak Wu juga di rumah ya." 

"Masuklah, Kak Huang mu juga ada di rumah." Kata Wu Tianlei. 

Zhu Haimei dengan cepat berkata, "Tidak perlu. Aku hanya ingin mengantarkan ini, zhudachang dan zhugan (usus besar dan hati babi). Zhugan baik dikonsumsi untuk anak-anak, karena menyehatkan mata. Aku juga tidak tahu apakah kak Wu bisa memakannya." Ujar Zhu Haimei sembari mengulurkan makanan yang dibawanya kepada kak Wu lalu bergegas turun.

Wu Tianlei memanggil-manggilnya, namun Zhu Haimei sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya. Wu Tianlei kemudian menutup pintu dan membawa masuk makanan pemberian Zhu Haimei. Aroma harum pun menyerang hidung Wu Tianlei dan istrinya saat mereka membuka kertas minyak pembungkus makanan dari Zhu Haimei. Pasangan suami-istri itu kemudian saling melempar pandangan. Aroma masakan ini sangatlah harum, hingga Qiang Qiang berlari menghampiri mereka dan berkata, "Daging, daging, Ibu aku mau makan daging."

Kak Huang pun merespon dengan cepat dan mencuil sedikit zhugan (hati babi) untuk dicicipi terlebih dahulu. Ia tidak menyangka kalau rasanya super enak. Kemudian Kak Huang juga mencuilkan sedikit untuk Qiang Qiang dan suaminya. Pada akhirnya, mereka setuju kalau makanan tersebut memang enak.

"Ada apa dengan Zhu Haimei? Kenapa setiap hari ia mengirimkan sesuatu ke rumah kita?" Kak Huang bertanya dengan heran.

"Siapa yang tahu. Kalau kita menerima barang darinya terus juga tidak baik. Kita harus membalas pemberiannya." Kata Wu Tianlei. 

Kak Huang lalu menghela nafas. "Selain makanan kering, cuma ada sayur-sayuran di rumah. Dan itu tidak cukup baik untuk diberikan kepada orang lain." Ujar Kak Huang. 

"Apa pun itu, berikan sedikit padanya." Balas Wu Tianlei. 

Keesokan harinya, Kak Huang membawa sekantong jamur kuping dan beberapa mentimun segar, lalu pergi ke rumah Kapten Shen. Setelah beberapa lama mengetuk pintu, tetapi tidak ada orang yang muncul. Alhasil, kak Huang harus pulang. Kemana Zhu Haimei? Mengapa ia tidak ada di rumah? Pikir Kak Huang. 

Setelah Zhu Haimei tiba di rumah tadi malam, ia berpikir, Shen Dongyuan seharusnya sudah ada di rumah. Ia kemudian mengetuk pintu kamarnya dan dari dalam kamar terdengar suara. "Ada apa?" 

"Di dapur ada zhufei dan zhudachang (paru-paru dan usus besar babi) rebus bumbu kecap. Kamu bisa memakannya besok." Kata Zhu Haimei. Meskipun ia masih marah karena Shen Dongyuan sudah melemparkan mangkuk padanya, tetapi ia juga harus mengambil hati Shen Dongyuan. Zhu Haimei benar-benar tidak ingin pulang ke kota asalnya. Ia enggan memotong sayuran setiap hari untuk memberi makan babi. Selain itu, ia juga tidak ingin menapak tanah yang penuh dengan kotoran ayam di halaman rumahnya. Zhu Haimei tidak menunggu jawaban dari Shen Dongyuan dan memilih untuk bergegas mandi, karena badannya sudah bau keringat setelah beraktivitas seharian. 

Keesokan harinya, Zhu Haimei bangun pagi-pagi sekali dan pergi ke rumah kecilnya di desa Shangshui. Ia masih sibuk seperti sebelumnya. Kemarin, sup yang tersisa dari rebusan kecap zhuxiahuonya masih banyak. Ia lalu mencuci akar teratai segar dan memotongnya menjadi lembaran tebal, kemudian memasukkannya ke dalam panci berisi sup sisa rebusan kecap zhuxiahuo tersebut. Setelah itu, ia menyalakan api dan merebusnya dengan api kecil. Akar teratainya sudah ia siapkan kemarin, jadi hari ini ia tinggal merebusnya untuk dijadikan sebagai bonus tambahan saat berjualan nanti. 

Masakan Zhuxiahuo menghabiskan biaya produksi sebanyak dua yuan. Zhu Haimei kini sedang mengiris zhuxiahuo dengan ukuran yang sama dan menaruhnya di baskom besar hingga memenuhi setengah baskom, dan sisanya tetap ia gantung di depan sumur seperti biasa. Zhu Haimei lalu berpikir tentang berapa harga yang cocok untuk satu porsinya? Biaya pembuatan masakan ini memang tidak tinggi, hanya saja proses pembuatannya cukup menyusahkan. Bagaimana kalau ia menjualnya dengan harga yang sama dengan hidangan biasa, yaitu 0.2 yuan per porsi? Karena kalau terlalu mahal juga tidak bagus. 

Kali ini sama seperti kemarin, orang-orang datang untuk membeli makanan pada jam 12 siang. Perbedaannya adalah, hari ini lebih ramai daripada kemarin. Untungnya, hari ini Zhu Haimei memasak dua baskom besar nasi. 

Ketika pembelinya sudah semakin banyak, Zhu Haimei berkata, "Jangan berdesakan, jangan berdesakan. Bagaimana kalau kalian semua membuat antrian, itu akan lebih cepat." 

Para pembeli tersebut lalu secara sadar mulai membuat antrian. Sedangkan Zhu Haimei kembali sibuk melayani para pekerja yang membeli makan siang. Hari ini ia akan memberikan tambahan berupa sepotong zhudachang atau zhugan untuk siapa saja yang membeli lauk sayuran. Dan ia juga akan memberikan tambahan berupa beberapa potong akar teratai untuk siapa saja yang membeli lauk daging. Hal itu Zhu Haimei lakukan untuk membuat semua orang makan makanan seimbang. 

Para pekerja pun makan dengan sangat senang, tetapi mereka yang terlambat datang dan tidak bisa membeli apapun hanya bisa pergi dengan kecewa. 

Saat Zhu Haimei melihat banyak akar teratai tersisa di dalam baskom, ia segera berteriak pada mereka dan berkata bahwa ia akan menambahkan satu potong akar teratai lagi untuk setiap orang. Setelah itu, semua orang pun pergi dengan gembira. Sepertinya, ia harus memasak lebih banyak nasi dan lebih banyak lauk untuk besok.

Segera setelah kembali ke rumah kecilnya, Zhu Haimei tidak sabar untuk mengeluarkan uang di dalam kotak dan mulai menghitungnya sedikit demi sedikit. 

Semua biaya untuk membeli sayuran kemarin hanya 10 yuan. Penghasilannya hari ini ternyata lebih dari 25 yuan. Selain itu, masih ada setengah zhuxiahuo yang ia gantung di dekat sumur dan setengah panci akar teratai di dalam panci yang tersisa. Ia bisa menjualnya besok. Besok ada 'hari pasar' di sini, jadi ia tidak perlu pergi dari rumah ke rumah untuk membeli sayuran. Ia akan datang lebih awal untuk berbelanja dan ia harus menyiapkan lebih banyak nasi. Sepertinya dua baskom nasi tidak cukup untuk dijual besok. Ia perlu membeli satu baskom lagi untuk nasi dan dua baskom untuk sayuran. 

Zhu Haimei kemudian mengeluarkan uang lima yuan dan memasukkannya ke dalam tas kecilnya. Jika besok ia memiliki lebih banyak penghasilan, ia akan bisa mengembalikan uang Shen Dongyuan dengan segera. Ia benar-benar tidak suka mempunyai hutang dengan Shen Dongyuan. 

Ketika 'hari pasar' tiba, Zhu Haimei membeli 50 kilogram beras dan 25 kilogram tepung. Ia lalu menyuruh orang untuk mengirimkannya ke rumah kecilnya. Kemudian ia mulai membeli sayuran. Saat ia melihat ada penjual tahu, ia langsung membeli lebih dari 5 kilogram tahu karena harganya yang murah. Zhu Haimei bisa menggunakan tahu itu untuk membuat doufudundachang (masakan tahu dan usus besar babi rebus bumbu kecap) yang merupakan masakan terkenal di kehidupannya sebelumnya. 

Benar saja, hari ini semua orang memuji doufudundachang. Mereka menyarankan agar besok Zhu Haimei memasak hidangan itu lagi. Apalagi hidangan itu hanya 0.2 yuan per porsinya, benar-benar murah dan bergizi. 

Sayangnya, Zhu Haimei tidak berencana untuk memasak masakan itu lagi. Hal itu dilatarbelakangi oleh beberapa alasan. Pertama, karena ia harus pergi terlalu jauh untuk membeli zhuxiahuo. Kedua, membersihkan zhuxiahuo itu menghabiskan banyak waktu dan terlalu melelahkan. Hari ini, Zhu Haimei memutuskan untuk membeli banyak tulang besar. Kalau sore nanti ia punya waktu, ia bisa memisahkan daging dari tulangnya dan memasak tulangnya menjadi sup tulang. Lalu besok ia akan menaruhnya di ember dan para pembeli bisa mengambilnya secara cuma-cuma. 

Besok, Zhu Haimei harus berjuang sehari lagi agar bisa mengembalikan uang ke Shen Dongyuan. Dari awal hingga lima hari setelah ia membuka bisnisnya, bisnisnya sangat sukses. Pada hari kelima, ia mendapatkan lebih dari lima puluh yuan. Omset sebesar itu, bahkan lebih dari cukup untuk mengembalikan uang milik Shen Dongyuan. Akan tetapi, setiap harinya ia tidak bisa mendapatkan lebih dari lima puluh yuan karena jumlah orang di lokasi konstruksi terbatas, dan jumlah orang yang datang untuk makan setiap hari juga terbatas. Suatu hari, ia pernah mencoba untuk memasak nasi lebih banyak, tetapi tidak terjual habis. 

Keesokan harinya, sebelum pergi, Zhu Haimei mengetuk pintu Shen Dongyuan dan berkata, "Sore nanti, aku akan pulang lebih awal. Kalau bisa, pulanglah untuk makan malam di rumah!" Hari ini Zhu Haimei berencana untuk mengembalikan uang Shen Dongyuan. Dengan begitu, Zhu Haimei bisa merasa lega. 

Zhu Haimei tidak mendengar jawaban Shen Dongyuan dan berkata pada dirinya sendiri. "Jika tidak ada jawaban, itu berarti ia menyetujuinya."

Setelah mendengarnya, Shen Dongyuan baru menjawab. "Aku mengerti." Shen Dongyuan sebenarnya ingin menolak, tetapi saat mendengar nada bicara Zhu Haimei yang tulus, ia tidak jadi menolaknya. Organ dalam babi yang hari itu diberikan kepadanya, ia bawa ke tim nya karena sayang kalau dibiarkan di rumah lalu dibuang. Dan tanpa diduga, semua teman tentara atau prajurit nya memuji rasa masakan tersebut, bahkan terus mengatakan bahwa makanan itu lezat. Shen Dongyuan lalu teringat akan sesuatu. Mie yang dibuat Zhu Haimei beberapa hari yang lalu juga sangat lezat, hanya saja ia cuma memakannya sedikit. 

Next chapter