webnovel

Balas Dendam yang Kejam 2

Editor: Wave Literature

Malam yang panjang itu berlalu dengan dipenuhi hawa panas membara.

Ye Yan akhirnya berhenti ketika melihat cahaya putih muncul dari horizon.

Lan Qianyu kelelahan akibat semalam, dia pun tertidur di atas ranjang. Bahkan dia tidak menyadari saat Ye Yan yang berada di sebelahnya terbangun. Tubuh Ye Yan yang kasar dan liar di bawah pancaran sinar fajar terlihat berkilau memikat.

Dia mengenakan jubah mandi berwarna putih dan berjalan ke depan pintu kaca. Dia menarik tirai yang berwarna krem dan menuangkan segelas anggur dingin untuk dirinya sendiri. Kemudian dia duduk di atas sofa menikmati anggurnya sambil memandang Lan Qianyu di atas tempat tidur.

Lan Qianyu tengkurap di atas tempat tidur, rambutnya yang hitam dan sedikit bergelombang itu terurai di atas punggungnya. Dia tertidur pulas seperti seorang anak kecil.

Ye Yan menatapnya dalam diam, serentetan pikiran bermunculan di kepalanya…

…..

Di atas dek, Xiao Qi yang semalaman terkena hembusan angin menggigil kedinginan. Dia menunduk melihat arlojinya, lalu melihat cahaya putih yang terpancar dari horizon. Dia memutuskan akan mencari Ye Yan. Hari sudah pagi, perjanjian mereka pun telah selesai. Ye Yan telah mendapatkan malam pertama Lan Qianyu, sedangkan dia… seharusnya dia juga akan mendapatkan bantuan untuk Xiaoshi!

Xiao Qi tidak sanggup menghadapi Lan Qianyu, dia lebih tidak ingin lagi melihat pemandangan menyedihkan di bawah sana. Namun dia mengingatkan dirinya bahwa ini semua sebentar lagi akan selesai. Tinggal selangkah lagi, maka dia akan menang…

Di saat Xiao Qi bersiap untuk turun ke bawah, tiba-tiba dari arah lautan terdengar suara perahu motor. Xiao Qi menoleh untuk melihatnya. Hatinya pun menjadi panik saat melihat Xiao Han datang. Dia tidak menyangka kalau Xiao Han akan mencarinya sampai ke sini.

Bagus juga, dia akan langsung mengatakan di hadapannya tentang Ye Yan yang mau memberikan bantuan untuk Xiaoshi, itu akan lebih mengguncangnya.

Xiao Qi tersenyum dingin memikirkan rencananya itu.

Xiao Han naik ke atas kapal dan menatap Xiao Qi dengan sorot mata dingin, "Mana Qianyu?"

Xiao Han tidak menyinggung tentang Xiaoshi namun langsung menanyakan tentang Lan Qianyu karena dia diam-diam merasakan firasat buruk.

"Huh!" Xiao Qi mencibir sambil mengangkat alisnya, "Aku sudah bilang, Xiaoshi adalah milikku, Qianyu juga adalah milikku! Jangan mengira karena kau menekan Daddy maka kau bisa mendapatkan hak waris. Direktur Ye telah menyetujui untuk menyuntikkan modal…"

"Menyuntikkan modal?" Xiao Han memicingkan matanya dengan penuh ancaman, "Kamu menjanjikan apa padanya?"

Mata Xiao Qi berkilat sejenak, bagaimanapun juga, menggunakan kekasihnya sendiri untuk hal semacam ini bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan, apalagi di hadapan Xiao Han, dia semakin tidak dapat mengatakannya.

"Tuan Han, Anda sudah datang!" Zhao Jun berjalan naik ke dek dan menyapanya dengan sopan, "Direktur Ye sedang menunggu Anda."

Xiao Qi terkejut. Apa maksudnya? Apakah Ye Yan dan Xiao Han saling mengenal?

Xiao Han berjalan tergesa-gesa ke kabin di bawah sambil mengepalkan tangannya, Xiao Qi segera mengikutinya…

**

Di dalam kamar, Lan Qianyu terbangun dengan rasa dingin di tubuhnya, aroma anggur yang tajam menusuk hidungnya. Ye Yan sedang mengguyurkan anggur ke wajahnya. Lan Qianyu pun secara refleks terduduk, cairan anggur itu mengenai dagunya dan terus mengalir turun ke tubuhnya yang telanjang.

"Benar-benar menggoda!" Ye Yan mengangkat dagu Lan Qianyu dan menatapnya, "Wangimu benar-benar memikat seperti anggur, aku sangat mengaguminya. Bagaimana?"

Selesai berkata-kata, Ye Yan ingin menciumnya. Lan Qianyu mengayunkan tangannya hendak memukul Ye Yan, namun Ye Yan menangkap tangannya dan mengangkatnya di atas kepalanya, lalu menindih tubuhnya. Dia lalu memberi ciuman panas dari keningnya, lalu matanya, hidungnya, pipinya dan terus menuju ke bawah. Ye Yan terus menciumnya dengan penuh gairah…

"Lepaskan aku…" Lan Qianyu memberontak tanpa tenaga dan hanya bisa menangis.

Di luar, Xiao Han yang mendengar perkataan Ye Yan itu dengan terkejut menghentikan langkahnya. Dia melihat ke pintu kamar itu dengan pandangan linglung. Hatinya terasa seperti jatuh ke dalam jurang tak berdasar…

Next chapter