webnovel

Pahlawan Wanita

Editor: Wave Literature

Setelah diam sejenak, Zhu Min lagi-lagi membujuknya, "Qi, mami tahu tidak seharusnya mami memaksamu seperti ini, tetapi kamu harus mengerti, semua mami lakukan demi kamu. Mami sudah cukup berumur, untuk apa berjuang lagi? Tetapi kamu masih muda, kalau sekarang tidak berjuang, di masa depan nanti kamu tidak akan memiliki apa-apa dan orang-orang akan memandang rendah dirimu. Daddy-mu hari ini sudah mengatakan kepadaku, kalau dalam sebulan kamu masih tidak mendapatkan perusahaan untuk menyuntikkan modal bagi usaha keluarga kita, dia akan menyuruh anak haram itu pulang untuk memegang kendali. Saat itu terjadi, bahkan sudah terlambat bagimu untuk menyesalinya."

Xiao Qi terdiam mendengarnya. Dia menatap bayangannya sendiri di lantai dengan sorot mata yang sangat rumit. Sejenak kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Aku mengerti, aku pasti akan menyelesaikan urusan ini dengan baik."

"Baguslah kalau begitu." Zhu Min mendesah perlahan, "Oh iya, aku sedang minum kopi dengan Lulu di Caprice sambil berbincang-bincang tentang penanaman modal. Dia memiliki beberapa usul yang bagus. Datanglah kemari untuk mendengarnya."

"Mami, sekarang Qianyu masih terbaring di rumah sakit, mana mungkin aku bisa pergi minum kopi???"

"Qi, Lulu sedang membantu kita, kamu bahkan mau melepaskan kesempatan berharga ini? Apa kamu benar-benar ingin keluarga Xiao bangkrut?"

Xiao Qi mengerutkan keningnya dan menoleh memandang ke arah kamar Lan Qianyu. Dia sejenak merasa ragu, namun akhirnya dia berkompromi juga, "Baiklah, aku segera ke sana."

------------------------------------------------------------

Saat Lan Qianyu sadar, dia sangat kecewa karena tidak melihat Xiao Qi di sampingnya.

"Qianyu, kamu sudah sadar? Mau minum air?"

Qiao Qing bergegas menuangkan setengah gelas air dan membantu Lan Qianyu meminumnya, tetapi karena gerakannya terlalu cepat, Lan Qianyu pun tersedak dan terbatuk-batuk tanpa henti.

Pada saat itu terdengar suara langkah kaki yang cepat dari luar kamar. Qiao Qing belum sempat menoleh ketika sebuah tangan besar menariknya minggir. Kemudian terlihat sebuah bayangan tinggi seseorang di hadapannya, dan juga terdengar suara seruan yang sangat akrab, "Lan Qianyu, kenapa kamu selalu membuatku khawatir???"

Lan Qianyu mengerutkan kening dan memejamkan matanya, dia lalu memalingkan wajahnya dan tidak ingin memedulikan orang itu. Dia merasa kesal, mengapa setiap saat selalu ada dia?

Lei Lie adalah seorang pemuda berusia dua puluh empat tahun dengan tinggi badan 187 cm. Kakinya ramping dan kuat, selain itu dia memiliki wajah tampan yang bisa memikat para wanita, ditambah lagi dengan potongan rambut ala korea, kemanapun dia pergi, dia selalu dapat membuat hati dan jiwa sekelompok wanita menjadi bergetar.

Mereka bertetangga. Rumah yang disewa Lan Qianyu bersama-sama dengan Qiao Qing dan Shen Xin berada di sebelah rumah Lei Lie. Lei Lie selalu mengikuti Lan Qianyu bagaikan bayangan dan selalu memperhatikannya. Seringkali dia suka bergurau agar Lan Qianyu mencampakkan Xiao Qi dan memilihnya. Tetapi di mata Lan Qianyu, pemuda yang usianya lebih tua satu setengah tahun darinya itu hanyalah seorang bocah nakal yang kekanak-kanakan. Lan Qianyu sama sekali tidak pernah memandangnya.

"Apa kamu tidak tahu kalau kamu nyaris saja mati?" Lei Lie memarahinya sambil menggertakkan gigi, tetapi sorot matanya menampakkan simpati yang besar. Dia rela untuk menggantikan Lan Qianyu menerima tembakan itu.

"Kamu ribut sekali." Lan Qianyu benar-benar ingin menenangkan dirinya.

"Lei Lie, minum dulu." Qiao Qing mengulurkan sebotol air mineral kepadanya dengan penuh perhatian, matanya yang indah memantulkan pendaran bagaikan musim gugur. Qiao Qing sudah lama menaruh hati kepadanya, kalau bukan karena Lan Qianyu yang memperingatkannya, sudah lama dia tidur dengannya.

"Tidak usah, ada sebuah kasus besar yang menungguku, setelah menyelesaikannya aku akan datang dan merawatmu." Lei Lie mengalihkan pandangannya dengan tidak rela, dia lalu melemparkan sebuah gulungan ke atas lemari kabinet di sebelah tempat tidur Lan Qianyu dan berkata dengan tidak senang, "Ini hadiah yang diberikan dari kantor polisi untukmu, katanya ini dikirim oleh utusan Direktur Ye yang telah kamu selamatkan nyawanya tadi. Carilah seseorang yang bisa membuat bingkai emas dan menggantungnya di dinding. Kamu benar-benar teladan seperti Lei Feng ya, bukan, Lei Feng saja tidak menolong orang sampai seperti ini. Kamu adalah Dong Cunrui yang hidup, rela menjadi tameng peluru untuk orang lain dan juga menyumbangkan kesucian demi negara."

Next chapter