webnovel

Tenang Disaat Bahaya: Bermain Game Sebelum Ujian Besar

Editor: Wave Literature

"Tuan muda Song, apakah game itu begitu bagus hingga Anda membangunkan kami sepagi ini?" Gerbang kota baru saja dibuka dan belum ada begitu banyak orang di jalanan. Ada dua orang pemuda berbaju putih dan merah terlihat sedang berusaha menyamakan langkah mereka dengan Song Qingfeng.

"Pelanlah sedikit! Tuan muda Song, kenapa kamu begitu terburu-buru?" Tanya pemuda berbaju merah yang memegang kipas di tangannya. Ia kemudian menutup kipasnya dan bergegas mengikuti langkah kaki Song Qingfeng.

"Tuan muda Song, itu hanya toko kecil. Mengapa kamu begitu serius dengan game itu?" Pemuda yang memakai pakaian berwarna merah tersebut kembali bertanya seraya mengibaskan kipas yang ada di tangannya dengan santai. Ia tampaknya berasal dari keluarga konglomerat. "Kamu bahkan tidak datang ke pesta makan malam kemarin. Berani sekali kamu."

"Dia benar!" Sahut pemuda yang memakai pakaian berwarna putih. "Kamu keterlaluan sekali, Tuan muda Song." Imbuhnya.

"Lagipula, kamu tahu kan hari ini ada apa?" Pemuda berbaju merah tersebut kembali bertanya. 

"Hari ini adalah hari ujian sekolah Lingyun! Aku tahu kamu kuat dan berpengalaman, jadi kamu bisa mengabaikan hari besar ini, tetapi kami berdua ingin mendapatkan peringkat tinggi. Bagaimana bisa kamu menyuruh kami untuk mengenyampingkan ujian dan bermain game bersamamu?"

"Bukankah ujiannya dibuka seharian? Mengapa kalian harus terburu-buru?" Balas Song Qingfeng dengan acuh tak acuh.

"....." Kedua pemuda tersebut terdiam setelah mendengar ucapan Song Qingfeng. Ujian sekolah Lingyun memang berlangsung selama seharian. Dengan status dan kemampuan mereka, mereka masih bisa ikut ujian bahkan jika mereka datang terlambat.

"Benar juga." Balas pemuda berbaju putih sambil tertawa. Namun apakah hal tersebut yang menjadi alasan Song Qingfeng menyeret mereka keluar untuk bermain game sepagi ini?

"Sudahlah." Ucap pria muda berbaju merah yang mencoba menengahi perselisihan. "Kalau Qingfeng yang merekomendasikan, lebih baik kita pergi untuk melihatnya."

Di hari kedua membuka bisnis, Fang Qi bangun pagi sekali dan melihat jam, ternyata masih belum pukul delapan.

Tetapi tak perlu khawatir. Karena hari ini ia bangun pagi, maka ia bisa membuka warnetnya lebih awal.

Fang Qi kemudian turun ke bawah untuk membuka tokonya, tetapi ia ingin membeli makanan terlebih dahulu. Ketika ia hendak pergi keluar untuk membeli bakpao...

"Tuan moda Song, bagaimana ini? Tokonya masih belum buka. Apakah perlu ku panggil pemiliknya?" Tanya Xiaoman yang berdiri di belakang Song Qingfeng dengan suara pelan.

Pada saat itu sudah ada beberapa orang yang membuka toko sebelum Fang Qi.

Fang Qi melihat ke arah luar warnetnya dan membeku.

Ia melihat Song Qingfeng dan beberapa pemuda lainnya sedang berdiri di luar tokonya.

"Apa kalian tidak datang terlalu pagi?"

'Apakah tidak boleh jika datang terlalu pagi?' Pikir Song Qingfeng.

Song Qingfeng tersenyum pahit. "Bisakah kami bermain sekarang?"

"....." Fang Qi terdiam. "Apa kalian sudah lama menunggu?" Tanyanya.

Song Qingfeng pun menjawab. "Bukankah itu karena permainannya terlalu menyenangkan?"

"Ini belum waktunya untuk buka." Jawab Fang Qi seraya menyentuh hidungnya. Ia benar-benar tidak berharap Song Qingfeng akan datang sepagi ini, "Masuklah."

Song Qingfeng menganggukkan kepalanya lalu berjalan masuk ke dalam warnet.

Sementara dua orang di belakangnya saling melirik seolah-olah mereka merasakan makna yang mendalam di balik percakapan Song Qingfeng dan Fang Qi.

Sebenarnya permainan seperti apa yang bisa membuat Song Qingfeng kecanduan begini? Bahkan membuatnya rela menunggu sepanjang malam untuk bermain lagi?

Mereka merasa mungkin yang mereka remehkan ini menjadi permainan yang penting bagi Song Qingfeng.

Kedua orang pemuda tersebut ikut berjalan memasuki warnet.

Begitu mereka masuk, mereka melihat papan tulis berukuran kecil di dekat pintu.

"Mahal sekali?!" Kedua pemuda tersebut memekik lalu menunjuk Fang Qi dan berkata, "Apa kamu yakin pria ini tidak sedang menipu kita?"

Song Qingfeng membuka game Resident Evil seraya menjawab pertanyaan dua temannya barusan. "Kalian coba aja sendiri, nanti juga kalian tahu."

Kemudian Fang Qi mengingatkan. "Jangan lupa bayar."

Kedua wajah pemuda itu kemudian berubah menjadi suram. "Apakah kami terlihat seperti orang yang punya uang sebanyak itu?"

"Aku senang kalau kalian memilikinya," jawab Fang Qi. "Kamu harus membayar dulu sebelum bermain. Itu adalah peraturan di toko ini."

"Aku tidak percaya! Pemilik toko macam apa kamu ini?! Aku akan menghancurkan tokomu!" Ujar dua pemuda tersebut sambil melotot, menatap ke arah Fang Qi.

Sementara itu, Song Qingfeng menaruh sekantong roh kristal di atas meja. "Aku traktir kalian. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf karena kemarin aku sudah melanggar janji pada kalian berdua." Ucap Song Qingfeng.

Pemuda yang mengenakan baju merah tersebut bernama Xu Luo dan yang berbaju putih bernama Lin Shao. Mereka berdua berteman baik dengan Song Qingfeng. Hal itu lah yang membuat Song Qingfeng memanggil mereka berdua agar merasakan kehebatan game yang ada di warnet Fang Qi.

Dua pemuda tersebut melihat uang yang ada di dalam kantong dan meloncat kaget. "Kenapa kamu memberinya begitu banyak uang??"

Setiap orang membutuhkan tujuh roh kristal agar bisa bermain, karena ada tiga orang yang akan bermain, maka di dalam kantong tersebut ada lebih dari empat belas roh kristal.

"Kalian berdua harus membuat akun terlebih dahulu. Setiap orang bisa bermain selama enam jam, jadi totalnya adalah empat puluh enam roh kristal."

Mata Fang Qi melotot. Padahal ia baru saja membuka bisnisnya selama dua hari, tetapi ia sudah menghasilkan hampir lima puluh roh kristal!

Lima puluh roh kristal bagi keluarga Wang Tai yang memiliki restoran saja, merupakan jumlah yang sangat besar. Mereka masih harus bekerja keras beberapa bulan untuk mendapatkan uang sebanyak itu!

Tetapi Fang Qi bisa mendapatkannya dalam waktu dua hari!

Namun, beberapa saat kemudian uang yang ada di tangan Fang Qi tiba-tiba menghilang!

Menghilang begitu saja!

"Astaga! Sistem, apa yang kamu lakukan?!" Pekik Fang Qi yang sedang panik karena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia menjadi seperti seekor induk ayam yang baru saja kehilangan anak ayamnya yang tersayang.

"Membuat game dan menjalankan komputer membutuhkan energi yang dibutuhkan sistem." Suara tersebut berasal dari dalam pikiran Fang Qi. Suara itu merupakan suara dari sistem. "Maksudmu, roh kristal ini diprioritaskan untuk sistem?"

"Kenapa kamu begitu bodoh?" Ucap Fang Qi pada dirinya sendiri. Wajahnya tampak muram saat dia mengarahkan jari tengahnya ke kepalanya. "Katakan padaku, kapan aku bisa mendapatkan roh kristalnya?"

"Sistem telah memberimu tempat tinggal, itu sudah lebih dari cukup bagimu untuk hidup."

"Kamu gila ya?" Ucap Fang Qi sambil melihat beberapa roh kristal.

"Enam jam?" Protes Lin Shao. "Aku mau bertemu dengan seseorang nanti siang. Aku tak punya banyak waktu untuk bermain bersama Tuan muda Song!"

Bukankah, seharusnya mereka belajar untuk ujian sekolah Lingyun yang berlangsung hari ini? Bagaimana mungkin Song Qingfeng bisa mengabaikan ujian dan justru bermain game selama enam jam? Walaupun Lin Shao menghargai traktiran Song Qingfeng, tetapi ia meragukan apa yang Song Qingfeng lakukan.

"Sudahlah!" Ujar Xu Luo. "Lagipula tuan muda Song sudah mentraktir kita. Kita harus menghargainya. Kita lihat saja, apakah uang yang dihabiskan ini setara atau tidak! Kalau iya, maka bagus, tapi kalau tidak ya...."

Xu Luo menggantungkan kalimatnya dan melirik Fang Qi. "Kalau begitu jangan salahkan kami kalau tidak mempertimbangkan perasaan Qingfeng!"

"Kalau kalian pikir game ini tidak sepadan dengan harganya yang mahal, silahkan kalian hancurkan tokoku saja." Kata Fang Qi dengan penuh keyakinan.

"Kamu sendiri yang mengatakan hal itu!" Setelah mendengar apa yang dikatakan Fang Qi, Xu Luo dan Lin Shao akhirnya merasa tenang.

Dengan bantuan petunjuk dari Song Qingfeng, mereka berdua bisa memulai permainannya.

Animasi dari game yang ada di dalam komputer tersebut terlihat begitu nyata. Dunia yang ada di dalam game tersebut benar-benar berbeda dengan dunia yang mereka tinggali. Di dunia itu ada sebuah mesin yang dapat terbang.

"Game ini seperti sebuah novel yang divisualisasikan secara nyata." Jelas Song Qingfeng pada teman-temannya. "Kalian sekarang adalah karakter utama di dalam game ini."

Kedua temannya pun terperangah saat melihat sekeliling mereka yang terlihat begitu nyata. "Apa yang… telah terjadi pada kita?" Tanya mereka dengan panik.

Penampakan yang ada di depan mata mereka adalah teknologi gelap yang keluar karena imajinasi mereka!

Saat itu mereka berdua benar-benar membisu dan tak ada yang mengeluh tentang betapa mahalnya permainan tersebut.

"Bukankah kalian bertanya-tanya bagaimana keterampilanku bisa tiba-tiba meningkat?" Tanya Song Qingfeng seraya tersenyum misterius. "Kalian akan tahu setelah memainkan game ini."

"Jadi… karena ini?!" Mereka berdua saling memandang dan melihat keherenan di wajah mereka masing-masing.

Song Qingfeng tersenyum saat melihat mereka terkejut. Sejujurnya, kemarin ia juga mengalami hal yang sama.

"Tapi kalian harus hati-hati. Monster yang ada di sini benar-benar kuat." Kata Song Qingfeng yang mengingatkan teman-temannya. "Setelah aku menghabiskan setengah hari untuk membunuh mereka, aku hanya membunuh lima atau enam monster saja. Tapi aku mati sebanyak sepuluh kali!"

"Mati?" Kedua temannya pun berbalik dan menatap Song Qingfeng.

"Ini kan cuman game. Bagaimana kamu bisa mati?" Song Qingfeng paham dengan pertanyaan mereka.

"Kamu bisa melakukan itu?! Bagaimana mungkin permainannya bisa begitu nyata?" Mendengar hal ini, ekspresi mereka terhadap Fang Qi pun berubah. Mereka menemukan hal tak terduga. Syukurlah mereka tidak menyinggung Fang Qi, karena bisa saja Fang Qi adalah seorang kultivator, kan?

Kalau itu benar, mereka khawatir kalau Fang Qi bukanlah kultivator biasa!

Mereka berdua dapat menikmati permainannya dengan cepat, tapi mereka terlalu fokus dengan zombie, sama seperti pemain baru pada umumnya."

"Kenapa aku tidak bisa membunuh monster ini? Padahal aku sudah bersusah payah untuk membunuhnya! Aku mau gila rasanya!" Resident Evil 1 memiliki suasana yang mengerikan. Meskipun mereka bisa keluar dari game kapanpun mereka mau, tetapi mereka masih trauma setelah melihat karakter yang mereka mainkan diserang oleh zombie.

Mereka menjadi terdiam dan merasa takut. Zombie biokimia tersebut benar-benar menakutkan bagi mereka.

Kemudian mereka menatap kagum pada Song Qingfeng. "Tuan muda, Song... bukankah kamu mengatakan bahwa kemarin kamu telah membunuh lima atau enam monster?"

"Dan kekuatanmu bisa meningkat setelah melawan mereka, kan?"

Song Qingfeng memandang kedua temannya kemudian mengangguk. Ia kemudian berkata, "Monster-monster ini kuat, tapi masih ada cara untuk menghadapinya."

"Kamu tahu caranya?" Mereka berseru kaget. Mereka tidak bisa membunuh zombie, meskipun telah melakukan berbagai cara. Tetapi apakah Song Qingfeng benar-benar sudah tahu cara membunuh zombie tersebut?

Song Qingfeng mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Kemarin aku membutuhkan waktu lama untuk menemukan caranya!"

Kedua temannya kemudian memohon agar diberitahu. "Tolong beri tahu kami, Sobat!"

"Karena kalian begitu tulus, aku akan memberitahukan caranya." Ujar Song Qingfeng lalu menganggukkan kepalanya karena merasa bangga. "Saat aku sedang melawan monster-monster ini, aku secara tak sengaja menemukan cara untuk membunuh mereka."

Song Qingfeng kemudian memberikan isyarat agar kedua temannya mendekat….

Berkat 'petunjuk' Song Qingfeng, kini keterampilan Lin Shao dan Xun Luo pu meningkat secara drastis. Meskipun mereka berdua masih muda, namun keterampilan bertempur mereka cukup bagus.

Mereka dapat dengan cepat menghindari serangan para zombie. Sepuluh menit kemudian, mereka berhasil menghancurkan kepala zombie.

Ini adalah pertama kalinya mereka bermain Resident Evil. Mereka benar-benar ketakutan dengan keberadaan zombie biokimia, dan mereka tidak dapat melupakan sosok zombie tersebut.

Setelah melihat musuh yang 'ganas' tersebut akhirnya mati di tangan mereka, kini Lin Shao dan Xu Luo menjadi percaya diri. Dan rasa takut yang ada di dalam hati mereka telah berganti menjadi rasa puas dan bangga. "Jadi begitu caramu membunuh zombie!"

Next chapter