webnovel

Isi Kontrak Pernikahan 16

Makan malam telah usai,suasana dimeja makan sama seperti biasanya.Sunyi,hanya ada suara sendok dan piring yang saring bertautan disana.

Sikap Reno kembali seperti biasanya,dingin.Semenjak pembicaraan mereka dikamar tadi yang berakhir dengan kekecewaan Reno.Reno tak lagi mengajak Lina berbicara.

"Buatkan aku kopi."Hanya kata itu yang terucap tak ada yang lain.

Lina tak mempermasalahkan sikap diam suaminya itu,malah ia merasa senang.Karna menurut Lina suaminya itu bukan orang yang asik untuk ia ajak bicara.

Sekalinya mereka terlibat pembicaraan ya ujung ujungnya berdebat.Lina tak suka itu.Dia bukan orang yang senang berargumen.

"Kopinya ka.."Lina menaruh secangkir kopi disudut meja kerja suaminya yang terlihat sangat serius dengan laptopnya.

Tak ada jawaban dari Reno,dia hanya melirik dan kembali fokus dengan pekerjaannya.

Lina tak langsung keluar dia mampir terlebih dahulu ke rak bukunya untuk mengambil buku untuk ia baca.

Waktu menunjukan pukul sebelas malam,Lina sudah terlelap dalam tidurnya,sedangkan Reno baru saja memasuki kamar.

Reno mengambil tempat disebelah Lina yang selalu tidur membelakanginya.

Sebelum dia menutup matanya,entah mengapa pandangannya selalu ingin menatap istrinya.Semenjak Reno tau Lina mempunyai tubuh yang seksi matanya selalu mencari sosoknya dan ia pandang secara diam diam.

Reno mencoba mengambil posisi tidur dengan lebih dekat dengan istrinya,dia tidur menempel dibelakang punggung istrinya.

Tercium wangi shampo yang segar,rambut Lina yang kini pendek menampilkan leher jenjangnya dengan sempurna,sedangkan pakaian yang ia pakai,Lina memakai baju tidur dengan celana panjang.

Tangan Reno yang semula ditempatnya kini mulai mencoba memeluk pinggang istrinya dengan perlahan agar Lina tak bangun.Ini baru pertama kalinya Reno menyentuh istrinya sendiri dalam keadaan sedang tak berakting didepan orang tuanya.

Keadaan sekarang pun mungkin berbeda dengan dulu yang mereka tidur dikamar terpisah,dulu kalo waktu dirumah mereka yang lama,Reno bahkan tak pernah memasuki kamar istrinya itu.Mengetuk pintunya pun ia belum pernah,karna dia yang jarang berada dirumah.

Pukul empat pagi Lina mulai membuka matanya karna dia biasa bangun jam segini.Dia merasa tidurnya sangat nyenyak dan nyaman.

Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai pulih,Lina menyadari ada benda dipinggangnya yang memeluknya dengan erat.

"Tangan..."ucap Lina begitu menyentuh benda yang memeluknya dengan erat dari belakang.

"Ka Reno ikh..."ucap Lina kini setengah berteriak,tapi tak berpengaruh untuk Reno.

"Kak,bangun ka..."Lina mencoba menyingkirkan tangan Reno dari pinggangnya tapi apa yang ada,Reno semakin mengeratkan pelukannya seperti Lina adalah bantal gulingnya.

"Kak,ayolah jangan begini..."Lina mencoba memutar tubuhnya secara perlahan,membalikan posisinya menghadap suaminya yang masih terlelap.

"Ka Reno,BAANGUNNNN....."Lina berteriak tepat didepan muka suaminya sambil mencubit hidungnya dengan satu tangannya,dan satu tangannya lagi mencubit tangan Reno yang memeluknya dengan posesif.

"Pagi istriku..."ucap Reno dengan tersenyum,entah dia sedang mengigau atau sengaja yang jelas dari ekspresi Reno dia tak merasakan cubitan Lina yang kencang itu.

"Kak Re..."kini teriakan Lina terhenti karna bibir Reno yang kini berada tepat dibibirnya.

"Iya aku bangun Lina,tapi nanti ok..."ucap Reno selepas mengecup bibir istrinya sekilas,Reno langsung membalikan badannya begitu saja membelakangi Lina yang masih sangat shock.

Setelah menyadari apa yang baru saja terjadi Lina langsing berlari kekamar mandi,ada perasaan kesal,kaget dan yang jelas ada yang berdebar didalam hatinya saat ini.

"Ciuman pertamaku ahh,..."ucap Lina frustasi dia tidak percaya ciuman pertamanya akan diambil oleh orang yang tak ia cintai dan orang yang tak mencintainya.

Lina sudah beberapa kali mencuci bibirnya bahkan menyikatnya dengan sikat gigi,berharap ciuman itu tak berbekas dibibirnya.

* * *

Sebulan sudah berlalu,ada sedikit perubahan yang Reno tunjukan kepada Lina.Dia selalu pulang tepat waktu paling lambat hanya sampai jam delapan malam tak pernah lebih,Reno pun sudah mulai sering mengajak Lina mengobrol walaupun obrolan ringan.

Seperti malam ini setelah makan malam Reno ikut bersama Lina menonton tv,lebih tepatnya mungkin film.

"Kamu gak bosen nonton ini berkali kali."tanya Reno mengambil duduk disamping Lina yang tengah menonton film frozen.

"Nggak,aku gemas banget sama Olaf siboneka salju."jawab Lina seraya memasukan beberapa cemilan kedalam mulutnya.

"Lagian kamu udah gede gini masih aja suka kartun."Reno ikut memasuki cemilan kedalam mulutnya.

"Kan gak ada batasan yang umur juga ka,lagi pula nonton kartun tuh obat stres dari pada nonton sinetron yang bikin pusing sendiri sama alurnya yang berbelit dan berbelok tak tentu."

"Kamu gak suka drakor emang.Kan sekarang lagi musimnya itu."tanya Reno lagi sseraya terus mengemil.

"Suka,tapi pengalaman aku pribadi nih.Kalo aku nonton itu terlalu sering itu membuat aku lupa akan kenyataan dan terus hidup didunia khyalan.Aku termasuk orang yang seperti itu."jawab Lina dengan serius bahkan ia menghentikan aktivitas mengemilnya.

"Itu mah kamunya aja yang terlalu baper."jawab Reno sekenanya tak menghiraukan Lina yang sudah berganti ekspresi diwajahnya.

"Ya bisa dibilang aku begitu.Baper,tapi memangnya siapa yang akan tetap berpikir waras,mereka menyuguhkan hal yang tak mungkin menjadi mungkin,memberi harapan pada sang pemimpi hidup bahagia secara indah,aku suka menonton drakor tapi selalu berakhir aku menyesal telah menontonya.Semakin membuat aku tak sadar akan kenyataan kehidupanku yang tak sesuai dengan yang kubharapkan."ucap Lina teedengar dengan menundukan wajahnya dia tak berani mengangkat wajahnya takut air mata yang sudah menggunung dimatanya akan jatuh.

"Apa kamu menyesal dengan semua keputusan yang kamu ambil disepangjang kehidupanmu."Reno mulai peka dengan pembicaraan Lina yang terdengar seolah olah dia menyesal menikah dengan Reno.

"Ya banyak yang aku sesali sekarang,mungkin semuanya."jawab Lina terdengar parau air mata yang ia tahan tak bisa ia bendung.

"Apa termasuk dengan pernikahan ini ."tanya Reno serius dia mentap tajam kearah Lina yang menunudukan wajahnya,rambut Lina yang pendek berhasil menutupi wajah Lina dari pandangannya.Tapi Reno tau dari nada bicaranya Lina tengah menangis.

Lina menggangguk pelan.Di iringi dengan suara tangisan yang pecah.

Mendengar Lina yang menangis repleks Reno memberinya pelukan berharap sang istri mendapat kekuatan dari dirinya.

Reno memang tak tau apapun akan kehidupan Lina sekarang dan masa lalunya Reno tak tau apa apa.Dulu begitu ibunya bilang setuju jika Lina lah yang akan menjadi istrinya,Reno tak peduli dengan latar belakangnya.Yang ia tau saat itu jika dia punya seoarang wanita yang mau menikah dengannya dan ibunya merestui mereka.

Jadi Reno sedikit bingung akan keadaan Lina sekarang,banyak sekali pertanyaan dibenaknya saat ini akan kata kata Lina yang telah menyesal akan hidupnya.

Next chapter