webnovel

Home

.

.

.

.

.

12.00

Jimin menghampiri meja kerja Yuura dimana Yuura sedang sibuk mengoreksi data yang sedang di kerjakan.

Yuura yang sedang fokus dengan pekerjaan nya tidak menyadari Jimin yang sedang memperhatikan nya sambil menopang dagu.

" Jangan memaksakan diri, kau tidak lihat ini jam berapa? ".

" Tuan? ... Apa yang bisa kubantu ? ".

" Ayo makan siang ".

Ajak nya.

Yuura yang sejak tadi terus bekerja tidak menyadari bahwa jam sudah pukul 12 siang.

Dia segera membereskan meja nya dan menyusul Jimin yang sejak tadi sudah duluan menuju kantin.

.

.

.

.

.

" Tuan ingin aku pesan kan makanan apa? ". Yuura melihat daftar menu.

" Aku ingin steak dengan ukuran medium ".

Yuura segera memesan kan pesanan nya lalu sambil menunggu Jimin memainkan ponselnya.

" Libur akhir pekan akan tiba sekitar seminggu lagi, aku akan memberimu cuti mulai besok ".

Mendengar pernyataan dari Jimin membuat Yuura sedikit terkejut.

" A.. Aniyo, tidak perlu besok. Aku bisa cuti di minggu depan saja ". Dengan sedikit terbata bata.

" Mengapa? Kau pasti butuh libur bukan? ".

" Aku... Aku hanya ... ".

Jimin menebak nebak apa yang akan di katakan oleh Yuura.

" Hanya ?? Apa? ".

" Maksud.. Maksudku hanya saja tidak perlu terburu buru untuk besok . Lagipula aku masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan ".

" Pekerjaan mu bisa di selesaikan nanti saja, setelah cuti mu selesai kau bisa kembali bekerja ".

" Aniyo, pokoknya aku akan mulai cuti minggu depan saja ". Pungkasnya.

" Baiklah kalau itu maumu, aku tidak akan memaksa ".

Yuura menundukan kepalanya sambil menenangkan pikiran nya itu.

Dan makan siang hari ini terlihat lumayan canggung.

.

.

.

.

.

Yuura terdiam di kursi dengan tatapan kosong.

Di kepalanya terdapat banyak ke khawatiran.

Jimin kembali menuju meja kerjanya sambil menopang dagu.

" Jika kau tidak mau cuti mulai besok, maka aku memintamu untuk datang ke rumahku besok pagi ".

" Da.. Datang? Ke rumah mu? ".

" Itu jika kau tidak mau mulai cuti besok, maka ku berikan pilihan yang lain ".

Jimin kembali ke ruangan nya, dan Yuura terjebak dalam kebingungan.

Akhirnya yang bisa Yuura hanya lakukan ialah menghela nafas sambil memeluk meja kerjanya.

.

.

.

.

.

Saat Kakak nya Yuura sedang sibuk bekerja .

" Adikmu baik baik saja? ".

" Ya dia baik baik saja , ada apa kau menanyakan hal itu? ".

" Tidak aku hanya merindukan nya , kau ingat dulu saat adik mu masih kecil dia akan selalu memintaku untuk di buatkan cheese cake ".

" Apa kira kira adikmu itu masih menyukai nya? ".

Kakaknya sedikit berpikir sambil menyajikan masakan.

" Terakhir aku memberinya cheese cake dia hanya makan separuh, karena dia bilang berat badan nya akan naik ".

Mendengar nya membuat teman nya itu tertawa.

" Ahhh.. Sudah lama aku tidak melihatnya, omong omong pasti ia sangat sibuk bukan untuk menjadi seorang asisten pribadi? ".

" Yuura sangat sibuk, tapi dia selalu punya waktu luang untuk berkumpul bersama keluarga ".

.

.

.

.

.

Sore nya Yuura di antarkan pulang oleh Jimin .

Sesampainya di rumah kebetulan saja kakak nya juga baru saja pulang .

" Kakak nya membuka kan pintu mobil nya untuk

Yuura ".

" Selamat sore, terimakasih sudah mengantarkan adikku pulang ".

" Tidak masalah ". Jawab Jimin dengan sopan nya.

" Apakah kau mau mampir terlebih dahulu? Kebetulan aku akan membuat makan malam ".

" Tidak, tidak perlu terimakasih aku harus cepat

pulang ".

Jimin membungkukan tubuhnya dan pergi melaju bersama dengan mobilnya.

" Dia Manager yang baik ".

Kakaknya memberikan pujian.

Sementara Yuura tidak menjawab apapun melainkan masuk ke dalam rumah.

" Ada apa dengamu? ".

" Tidak, tidak apa apa ".

" Kau serius? ".

Yuura hanya mengangguk dan menuju kamarnya.

Dia merasa bahwa kasur adalah hal yang sangat tepat untuk saat ini.

" Haaahhhh... Apa yang salah dengan ku hari ini? ".

Yuura terbaring sambil melihat langit langit kamar .

" Aku merasa bahwa aku , ... Aku terlalu khawatir padanya ".

.

.

" Bisakah kau menyiapkan satu kamar untuk wanita? Salah satu Asisten ku akan menginap besok ".

" Baik Tuan ".

Jimin berlalu menuju kamarnya.

Yuura sama sekali belum tau karena Jimin akan menyuruhnya bermalam di rumah nya.

Jimin memutuskan untuk mandi menyegarkan tubuhnya.

Rasa penatnya pasti akan hilang sesudah ia mandi.

.

.

.

.

.

" Yuura, makan malam sudah siap ! ".

" Nee .. ".

Sahutnya dari atas.

Merasa sedikit malas Yuura menggeliat di kasurnya lalu berjalan dengan langkah pelan.

Aroma makan malam buatan kakak nya itu berhasil memancing perut.

Yuura segera berlari menuju meja makan.

" Makanlah yang banyak, jangan khawatirkan berat badan mu ".

Yuura sedikit manyun, dan menyantap makanan nya.

" Minggu depan kau mulai cuti bukan? Kudengar ibu sedang sibuk menjaga ayah jadi akan sulit kemungkinan untuk kita mengunjungi ibu ".

" Jadi kita tak perlu menemui ibu ? ".

" Untuk libur kali ini sepertinya kita tidak perlu kemana mana ".

Yuura hanya ber oh ria, dan melanjutkan makan nya sampai habis.

.

.

.

.

.

Paginya sesuai permintaan Jimin, Yuura di haruskan datang ke rumahnya.

Yuura menekan tombol bel yang berada di samping pintu.

Tak lama seseorang membuka pintunya.

Jimin berdiri di ambang pintu, dia mengenakan pakaian yang sangat santai, hanya mengenakan kaus putih polos dan celana training lengkap dengan sendal rumah.

Sangat berbeda dengan penampilan nya  yang saat memakai baju kuasa nya sebagai Manager.

" Masuklah ".

Yuura menurut dan melihat sekeliling rumahnya.

" Kau sendirian? ".

" Sebenarnya pada saat itu ada ibuku, tapi ibuku sekarang sedang berada di busan. Dan aku hanya bersama dua pembantu , tapi jam kerja mereka sudah habis ".

" Ohh begitu, lalu apa Tuan sudah sarapan? ".

" Tunggu ? Tuan ? ".

" Nee? Aku salah ? Memanggilmu Tuan ? ".

Yuura sedikit kebingungan.

" Begini , di luar kantor kau cukup memanggilku dengan namaku saja tetapi saat di kantor kau boleh memanggilku dengan sebutan itu lagi ".

" Kenapa begitu ? Aku merasa menantang mu jika aku memanggil namamu ". Ucap Yuura dengan polos.

" Aku hanya tidak ingin membatasi hubungan antara Asisten dan Manager".

" Nanti kau akan terbiasa memanggilku Jimin ".

" Umm.. Baiklah Tuan.. Ehh, maksudku Jimin ? ".

Jimin terkekeh mendengarnya .

" Kau bisa masak? Aku ingin sesuatu yang manis ".

Jimin terlihat seperti anak kecil saat ini.

Yuura mengikuti Jimin yang menuju dapur.

" Kau mau roti panggang coklat? Atau pancake? ".

" Bagaimana jika keduanya ? ". Pinta Jimin .

" Baiklah, tapi sebelum itu kau bisa duduk disana menunggu ku sampai selesai ".

Jimin mengangguk tersenyum dan menunggu nya .

Setiap gerak gerik Yuura ia perhatikan dengan sangat detail.

Mulai dari saat Yuura mengoleskan selai , dan menyiapkan penggorengan.

" Kemarilah , kau harus mencoba roti ini ".

Jimin mencicipi roti yang baru saja jadi.

" Hati hati, masih panas ".

" Hummm... Mmm ini enak ".

" Aku mempelajari nya dari kakak ku yang bekerja sebagai seorang Chef ".

" Pantas saja jika roti saja bisa seenak ini ".

" Apa sudah jadi semua? Ayo kita makan ".

Yuura akui Jimin saat ini begitu sangat seperti anak kecil yang manja.

Dia menggemaskan.

Apa Jimin akan bersikap seperti ini juga saat di kantor?

Ohh ayolah mungkin tidak akan pernah terjadi.

" Jimin? Bisakah kau makan rotimu secara perlahan? Coklat nya mengotori sampai pipimu ".

" Ahh jinjja? Dimana? Di pipi kanan? ".

" Disini .. ".

Yuura membantu membersihkan nya menggunakan tisu.

Sesaat aktifitas nya terhenti karena Jimin menatapnya .

" Mmm.. Mianhae ".

" Aniyo , tidak apa apa.. Kau, kau bisa kembali memakan rotinya ".

Keduanya terlihat begitu sangat canggung.

Jimin mencoba bertingkah normal , tapi perasaan macam itu?

Jantungnya tiba tiba saja berdegup.

Next chapter