"Aku kesini untuk makan bukan untuk berdebat dengan Anda," Hendra mulai bisa mengatur emosinya, dari jalan panjang caranya memahami perempuan, sejalan itu juga dia tahu makna menghargai orang yang lebih tua, Walaupun tetua Wiryo masih dengan wataknya.
.
.
Kini lelaki bermata biru telah duduk di meja makan, di ujung sana pada pantry yang cukup luas untuk di ringkas dengan mata, tertangkap Nana begitu sibuk mengatur segalanya.
Mereka seolah berkejaran dengan waktu, sebab si pewaris tunggal yang jarang di temukan pulang tampak sudah menunggu hidangan. Kumpulan asisten rumah tangga dan Nana tak mengerti Hendra memburu waktu agar bisa kembali. Kembali pada gadis marah yang perlu di damaikan hatinya secepat dia bisa.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com