webnovel

FATIR  {PART 1}

Fatir dan Ayudia berbincang serius di sebuah restoran eksklusif. Ini pertemuan mereka yang kesekian kalinya sejak keduanya bertemu di kelab malam empat minggu yang lalu. Hampir setiap malam Fatir datang menemui gadis itu di tempat kerjanya. Ia terus datang untuk memastikan Ayudia tak di-booking pengunjung lain.

"Ayu. Kapan kamu berenti kerja di sana? Apalagi yang kamu tunggu dan pikirkan?" Fatir bingung dengan keputusan Ayudia yang terus menolak dinikahi.

"Mas, kita belum kenal lama. Baru juga empat minggu. Masa udah mau nikah aja?" terang gadis itu menjelaskan pemikirannya.

"Apa sih yang membuat kamu ragu? Aku bakal bertanggung jawab. Aku juga bakal kasih modal yang cukup untuk kamu memulai bisnis. Aku pemilik perusahaan batu bara salah satu yang terbesar di pulau ini. Aku juga memiliki perkebunan dan perusahaan minyak sawit. Kamu enggak akan kekurangan." Suara Fatir menyiratkan nada penekanan.

Fatir memang pengusaha yang cukup terkenal. Dia tampan dan mapan. Dia juga memiliki pribadi yang menarik.

"Kita coba jalani dulu, aja. Kita coba saling mengenal dalam satu sama lain." Hati Ayudia mulai mencair. Dia pun berharap hubungan ini bisa berhasil. Menurutnya, kehidupan yang lebih baik layak untuk dia dapatkan.

"Oke. Kapan aja kalau kamu udah siap. Jangan 'kelayapan' sama siapa pun dan berenti kerja secepatnya!" Fatir menatapnya penuh tekanan.

"Oke. aku gak bakal kelayapan." Gadis itu tertawa. "Tapi mau tetap kerja. Aku pasti langsung pulang ke kost-an kalau udah waktunya pulang."

"Untuk apa kamu masih kerja di sana? Aku bakalan kasih uang yang lebih dari cukup kok untuk kamu. Aku gak mau ada laki-laki pegang-pegang kamu. Kamu ngerti gak, sih?!" Fatir meninggikan suaranya. Dia geram kenapa Ayudia tidak mengerti hal mudah seperti ini.

Sebenarnya, bukannya Ayudia tak mau berhenti bekerja, hanya saja dia merasa senang jika menghasilkan uang sendiri.

"Oke. Akhir bulan aku berenti kerja setelah gajian." Gadis itu tersenyum.

"Astaga Ayuuuu!" Fatir menggelengkan. Ia hanya bisa menghela napas panjang. Ia sebenarnya kesal, tetapi ia tak ingin memancing keributan dengan Ayudia.

"Oke, aku bakal tunggu. Aku juga gak mau terlalu memaksa kamu. Biar keinginan itu datang sendiri atas kemauan kamu." Fatir menyerah pada kekerasan hati Ayudia.

"Kamu memang lelaki penuh pengertian, Mas." Ayudia tersenyum senang.

"Kapan kamu mau kenalkan aku sama orang tua kamu? Aku mau kenal kamu lebih dan juga keluarga kamu juga." Fatir terdengar sangat serius.

"Nanti aja kalau udah mau nikah." Ayudia tampak enggan membicarakan orang tuanya.

"Ya udah. Begitu kamu siap, kita pergi ke rumah orang tua kamu." Fatir menangkap kilatan ketidaksukaan di dalam mata Ayudia saat ia membicarakan orang tuanya.

"Setelah kita selesai makan, temani aku." Fatir manis dengan tatapan memohon.

"Ke mana?" Ayudia penasaran.

"Aku mau membeli mobil baru, aku mau meminta pendapat kamu mobil mana yang bagus."

"Mobil kamu kenapa emangnya? Sepertinya masih bagus dan terlihat baru."

"Iya mobil itu agak kebesaran. Aku mau beli yang lebih kecil, jenis sedan," ucapnya cuek. Sepertinya membeli mobil baru hanya seperti membeli baju untuk Fatir.

Setibanya di showroom mereka segera menemui bagian marketing dari showroom tersebut. Fatir meminta pendapat Ayudia, akhirnya jatuhlah pilihan pada mereka pada mobil yang cantik. Menurut Ayudia harga mobil itu sudah luar biasa mahal. Bahkan dia belum pernah melihat uang 600 juta lebih langsung dengan kedua matanya.

Saat pengurusan administrasi, Fatir meminta KTP Ayudia untuk diserahkan kepada tim administrasi.

"Kenapa pakai KTP-ku?" tanyanya bingung, tapi dia tetap menyerahkannya juga.

"Aku tadi buru-buru. KTP-ku ketinggalan di rumah." Fatir memasang wajah menyesal.

Ayudia terdiam. Ia bingung, bagaimana bisa Fatir membawa dompetnya tapi tidak ada KTP-nya?"Tapi ... ya udah lah." Gadis itu menepis semua pemikirannya.

"Mbak Ayudia, tandatangani surat serah terimanya." Seorang perempuan pegawai showroom mendekat membawa banyak berkas yang perlu ditandatangani.

Setelah semua selesai Fatir berbisik.

"Mobil itu buat kamu." Fatir tersenyum.

"A-apa? Ah, jangan becanda, ya!" Ayudia terkejut, tapi ia berharap apa yang didengarnya adalah kenyataan.

"Iya, tapi itu gak gratis. Malam ini kamu milikku." Fatir tersenyum nakal dan licik.

"Aku milik kamu selamanya." Ayudia tertawa gelak penuh kebahagiaan.

"Besok kamu belajar nyetir. Aku tau tempat yang bagus." Fatir menyerahkan kartu nama sebuah LPK mengemudi.

"Oke. Besok aku datang ke sini." Ayudia memasukkan kartu nama itu ke dalam tasnya.

Setelah semua selesai Fatir mengantarkan Ayudia pulang. Ada rapat perusahaan yang harus dihadirinya.

ตอนถัดไป