Gelora 💗 SMA
Well, ini adalah hari pertama aku masuk sekolah setelah menjalani hukuman skors selama 3 hari, karena melakukan tindakan ceroboh beberapa hari yang silam. Seperti biasanya aku melenggang dengan perasaan hati yang tanpa beban menyusuri koridor yang sudah penuh lalu lalang dengan aktivitas para siswa.
''Hai, Polo!'' sapa beberapa dari mereka.
''Hai juga!'' jawabku.
''Poo ... baru kelihatan ke mana aja!'' Salah satu celetukan siswa saat berpapasan denganku. Aku hanya balas dengan senyuman.
''Kok, tidak pernah gentayangan di sekolah'' lanjut dia.
''Hahaha!'' Aku tertawa. __Gentayangan, emangnya Aku roh penasaran apa!
''Sakit, ya?''
''Tidak!''
''Ohh ... kupikir sakit, terus kenapa?''
''Aku bilang aku tidak apa-apa!'' ujarku dengan penekanan.
''Oh ... Oke-oke!'' Selanjutnya dia berlalu dari hadapanku.
__Hmmm ... Kepo banget jadi manusia. Kebanyakan micin atau kurang sianida, sih. Heran!
Aku melanjutkan langkahku menuju ke ruang kelas. Tak ada yang berubah, sebagian penghuni kelas sudah menampakan diri dan berbincang-bincang dengan teman-teman terdekatnya menggosipkan game-game online yang mereka mainkan. Cowok banget!
Mataku melirik ke arah meja Akim Cs, mereka belum hadir. Mungkin masih dalam perjalanan. Aku juga melirik ke arah teman-teman yang lain, mereka cuek saja dan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Mereka memang sedikit kurang peka. Tapi aku bersyukur, karena dengan begitu mereka tidak akan kepo dan mengintrogasiku mengapa aku absen selama 3 hari.
Aku duduk di bangku milikku, kangen juga dengan bangku ini karena beberapa hari aku tidak meletakan pantatku di atasnya. Entah, apakah bangku juga kangen dengan bokongku yang sudah tidak virgin ini.
__Ah, sial ... gara-gara Guru cabul itu, predikatku jadi turun kasta. Bila mengingat itu semua, kadang aku jadi merasa sedih. Tapi, apa boleh buat aku tidak bisa memutar waktu kembali. Aku hanya berusaha men-delete peristiwa itu dari memori otakku.
Aku menyandarkan punggungku ke sandaran kursi dan mulai memejamkan mataku, lalu aku sedikit demi sedikit menghilangkan kenangan buruk yang masih berputar-putar di benakku. Beberapa detik kemudian aku membuka mataku dan saat itu aku melihat Akim Cs telah menampakan diri di depan pintu. Dengan wajah cerah dan sumringah mereka memasuki ruang kelas ini seperti tidak ada beban dalam diri mereka. Akim mendongak ke arahku, dia menyadari kalau aku sempat menatapnya sebelum aku memalingkan mukaku ke arah lantai, karena aku tidak ingin cowok itu ke-GeeR-an karena aku diam-diam memperhatikannya.
Tapi, shittt .... kenapa dia malah menghampiriku? Oh, tidak!
''Hai ... anak baru, ya?'' ujar dia tepat di hadapanku. "Boleh kenalan, tidak?'' lanjutnya menggoda lengkap dengan akting menyodorkan tangannya ke arahku. Sumpah, ngeselin banget nih, anak!
''Apaan, sih ...'' timpalku seraya menyingkirkan tangannya itu.
''Kok, aku baru lihat sih, ada cowok manis di kelas ini.'' Kembali dia menggodaku. ''Teman-teman! Ada yang kenal dengan cowok ini? Kasih tahu dong, siapa namanya kepadaku!'' lanjut dia berseru yang kemudian disambut dengan riuh sama seisi kelas. Dasar Akim, bikin malu aku saja!
DUGGG!!! Aku menyiku perutnya.
''Aduh ... sakit!'' rintih Akim dengan ekspresi wajah meringai.
''Syukurin!'' timpalku geram.
''Tapi enak, sih ... lagi dunk!'' kata Akim dengan nada yang super duper ngeselin, kampret bener nih, anak! Makhluk dari planet mana sih, hobby banget bikin aku gondok.
''Kim ... jauh-jauh deh, kamu dariku!'' kataku kesal.
''Eh ... kok, kamu sudah tahu namaku? Oh, iya ... aku 'kan siswa populer ... pantesan kamu kenal aku."
''Iiiiihhh ... jijayyy!"
''Hehehe ....'' Akim tertawa iblis. Teman-teman sekelas ikutan tertawa pula. Aku hanya bersingut.
''Aku senang kamu bisa bersekolah lagi, Poo ...'' Tetiba Akim berbicara dengan nada yang lunak dan memasang wajah yang jauh lebih serius.
''Sorry, aku menggodamu lagi ... aku lakukan ini agar kamu bisa tersenyum. Tapi sayangnya aku gagal membuatmu tersenyum,'' lanjut Akim yang bikin hatiku jadi meleleh. Aku tidak mengerti apa sih, maunya anak ini!
Aku melirik ke muka Akim, bener-bener lucu ekspresinya seperti anak kecil yang kalah saat bermain. Merunduk lesu sangat memelas. Entah, aku harus bagaimana menanggapinya, aku ingin tersenyum tapi aku tahan. Gengsi dong! Aku tidak ingin dia merasa berhasil membuatku tersenyum.
"Poo ... aku janji aku tidak akan menggodamu. Tidak menggodamu sekali, tapi berkali-kali. Hahahaha ...."
''Ah, dasar!''
"'BUGG!!!'' Aku menonjok bahu Akim, aku yakin dia meringai dan akan benar-benar kesakitan.
''Mampuss!'' umpatku dalam hati. Dan Akim pun menjauh dariku, tapi tidak benar-benar jauh, karena dia hanya bergerak ke arah belakangku. Oh ya, aku baru ingat, ternyata dia duduk di bangku pas di belakangku. Kuharap dia tidak mengganggu konsentrasiku saat jam pelajaran tiba nanti.