webnovel

23. Kejutan

Gelora 💗 SMA

Sambil menggendong sekotak tisu ini, aku memasuki ruang kelasku. Suasana kelas yang semula ramai mendadak mencekam. Setiap individu langsung duduk manis di tempatnya masing-masing, tak ada yang mau menyapaku. Dan ketika aku menyapa pada mereka, mereka hanya diam saja. Aku sempat berpikir, ''ada apa ini? Kok aneh,'' gumanku dalam hati.

Aku melangkah ke tempat dudukku sembari mendongak ke arah teman-teman yang tetiba itu jadi pada rajin membaca buku. Please, teman-teman ... sapalah aku, beri ucapan salam dan selamat buat aku. Tidak tahukah kalian kalau hari ini adalah hari ulang tahunku, apakah kalian lupa? Duh ... kenapa aku jadi ngarep banget, sih. Ngapain aku berharap mereka peduli sama aku? Sadar, Poo ... sadar! Kamu bukan siapa-siapa di kelas ini. Oke, mulai sekarang aku tidak perlu peduli pada mereka. Titik.

Aku duduk di bangku kesayanganku. Aku fokus untuk menyiapkan buku pelajaran di jam pertama hari ini. Ada pelajaran pendidikan agama. Dilanjutkan pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan terakhir pelajarannya, Pak Armando. Guruku terganteng dan termuda di SMK ini.

Tapi sepanjang hari ini, di sekolah benar-benar menyebalkan. Teman-temanku mendadak bersikap cuek kepadaku. Mereka mendiamkan aku. Aku benar-benar terasing di dalam kelasku sendiri. Hingga di ujung pelajaran terakhir tiba. Ketika bel tanda pulang berdering dan guru mata pelajaran terakhir sudah pergi meninggalkan kelas.

Jejreng ....

Mereka (teman-teman) sekelasku satu per satu mengerubungiku. Lalu dengan membabibuta dan tanpa memberi ampun, mereka semua melempari aku dengan telur, tepung dan irisan daun kol secara bertubi-tubi.

Plook ... ploook!

Telur-telur itu pecah menghantam tubuhku, sebagian mengotori seragam sekolahku, sebagian lagi melumuri mukaku. Sekujur tubuhku penuh dengan butiran tepung dan irisan kol. Aku merasa sudah seperti adonan bakwan yang siap digoreng.

Sumpah, aku sangat terkejut dan marah sekali, aku kesal dan geram pada mereka. Namun, kemarahan itu seketika sirna pada saat mereka serempak dan kompak menyanyikan lagu, "HAPPY BIRTHDAY TO YOU'' sambil bertepuk tangan dan bersorak gembira.

Oh Tuhan, aku sangat terharu sekali ... ternyata mereka masih peduli sama aku. Mereka sejak pagi mendiamkan dan mencuekan aku hanya untuk memberikan kejutan ulang tahun semacam ini. Aku benar-benar speechless! Dan tanpa sadar aku menitikan air mataku. Aku terharu berat.

''Hai, Milea ...'' Akim muncul dari balik kerumunan teman-teman. Sejujurnya aku benci dengan sebutan itu, tapi entah mengapa, hari ini serasa berbeda. Aku menganggap sebutan itu tak punya arti apa pun, bahkan aku jadi berpikir kalau Milea merupakan panggilan sayang dari Akim buatku. Walaupun hati kecilku menolak untuk dipanggil nama perempuan!

''Cieee .... Milea lagi ulang tahun, selamat, ya!'' Akim menyalami tanganku dan semua teman-temanku langsung riuh bersorak dengan gemuruh. "Semoga panjang umur, sehat selalu dan bahagia."

"Aamiin ..."

''Nih .. ada hadiah kecil buat kamu,'' ujar Akim sembari menyerahkan boneka Doraemon seukuran baboon.

''Anjriiittt ... ini sih, bukan hadiah kecil, Kim ... tapi gede!'' timpalku.

''Hahaha ... kuharap kamu suka, buat nemenin kamu tidur. Jangan lupa ya, dipeluk! Karena ini perwakilan tubuhku. Saat kamu peluk boneka ini, aku bakal merasa bahwa kamu sedang memelukku, Poo ...''

''Najisss ....''

''Hahahaha ....'' Akim tertawa ngakak. Teman-teman juga ikutan ngakak.

''Terima kasih ya, Kim ...'' ujarku.

''Iya, sama-sama, Milea ...''

''BUGG!''

Aku meninju dada Akim.

"Berhentilah kamu panggil aku dengan sebutan itu, Akim jelek!'' geramku.

''Oke deh, Manissss ...'' Akim mencolek daguku yang masih penuh dengan bedak tepung.

''Hahaha ...'' Seisi kelas tertawa.

Aku juga tertawa. Aku merasa sangat bahagia. Apalagi ketika teman-temanku satu per satu menyalami aku dan memberikan ucapan selamat serta kado buatku. Aku benar-benar terharu berkali-kali, pokoknya thank you so much for you all, Guys!

Usai prosesi salam-salaman, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan kotoran telur dan tepung. Aku terpaksa mandi di sini. Gebyar-gebyur menyiram semua kotoran yang menempel di tubuhku hingga aku merasa suci.

Oke, setelah aktivitas siraman, aku mengambil tisu yang diberikan oleh makhluk misterius itu. Aku menggunakan tisu tersebut buat mengeringkan tubuhku, karena aku tidak membawa handuk ke sekolah. Sungguh, sangat berguna sekali hadiah ini. Bagaimana bisa dia berpikir sejauh itu. Siapa sih, yang mengirimkan kado sederhana ini? Siapa pun kamu aku sangat berterima kasih sekali. Karena kadomu sangat berfungsi di saat darurat begini.

Well, tubuhku sudah kering. Aku langsung memakai baju dalamanku, kaos dan celana pendek. Karena hanya baju dalamanku saja yang tidak tercemar kotoran telor dan tepung sehingga aku bisa mengenakannya kembali. Setelah aku merasa rapi, aku keluar dari kamar mandi. Pada saat aku keluar, aku berpapasan dengan seseorang. Siapa dia? Let's see!

Next chapter