webnovel

9. Bukti

Gelora 💗 SMA

Pak Armando tertawa. Aku cuma bisa nyengir. Sumpah, aku malu sekali. Aku menunduk memandang lantai dan berharap agar Pak Armando tidak berpikir macam-macam terhadap aku. Aku ingin menjelaskan kepadanya bahwa buku yang aku ambil ini secara acak dan tanpa kuricek terlebih dahulu. Tapi mana mungkin aku punya keberanian itu. Tapi, ah ... sudahlah.

''Baca, boleh. Dipratikan jangan!'' ujar Pak Armando sembari mengacak-ngacak rambutku.

''Hehehe ...'' Aku kembali nyengir sambil menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tak gatal.

''Mendingan kamu baca buku pelajaran saja, Poo ...''

''Iya, Pak ...''

''Jangan kamu isi otakmu dengan bacaan yang bisa mencemari pemikiranmu!'' Pak Armando menarik sebuah buku dari rak, aku tidak tahu apa judul buku itu, lalu tanpa banyak kata guru muda nan rupawan itu pergi meninggalkan aku dan keluar dari perpustakaan.

Hmmm ... aku bisa bernafas lega. Aku sudah bebas dari kegugupan, tapi aku belum bisa melenyapkan rasa malu pada Pak Armando. Aku kesal sendiri dan mengumpat buku sialan itu. Aku langsung mengembalikan buku ber-cover merah kekuningan yang ternyata bergambar siluet orang yang sedang berhubungan intim ini ke rak semula. Mood membacaku seketika hilang. Dan lebih baik aku balik ke dalam kelasku.

Di kelas masih rame seperti dalam pasar. Mereka mengobrol dengan kelompok gang-nya masing-masing. Suasana memang begitu riuh, bising karena ada satu gang yang bernyanyi-nyanyi tak jelas dengan iringan tabuhan meja dan kursi. Mereka seperti sedang konser. Dan di antara mereka ada si Akim, suaranya paling besar volume-nya. Meskipun suaranya tak merdu tapi dia sangat percaya diri menyanyikan lagu Bukti-Virgoun.

Saat di bagian reff, tepatnya di lirik :

'Kamu adalah Bukti dari cantiknya paras dan hati kau jadi harmoni saat ku bernyanyi tentang terang dan gelapnya hidup ini'...

Yah, di bagian itu Si Akim bernyanyi sambil melirik ke arahku. Beneran deh, itu sangat meyebalkan sekali, seolah-olah dia menyanyikan lagu itu untukku. 'Kan aku jadi baper ... eh gak ding, lebih pas-nya aku jadi tengsin, malu pakai banget, apalagi teman-teman serempak pada bilang Cieee ... sumpah, mukaku makin bertambah merah. Aku benci Akim. Titik. Kenapa sih, ada makhluk alien macam dia di kelas ini.

Rasanya aku ingin melemparkan buku ke arah Akim, agar dia diam dan berhenti membuat spekulasi liar di pikiran teman-teman. Please, sumpalkan mulut si Akim!

''Hahaha ...'' Semua teman-teman tertawa. Pandangan mata mereka penuh dengan ejekan yang menyebalkan.

Oh ... Tuhan, aku ingin kabur dari kelas ini, tapi aku tidak tahu musti mengungsi ke mana? Aku tidak nyaman berada di tempat yang penuh dengan orang-orang yang ingin mem-bully.

''Tak usah dipikirkan, Poo ...'' Seorang temanku bernama Awan mendekatiku, ''Anak-anak memang suka bercanda, enjoy aja buat hiburan!'' imbuhnya menenangkan aku.

''Iya, Wan ...'' sahutku.

''Kamu tahu sendiri 'kan kalo di sekolah ini Cewek merupakan makhluk yang langka, jadi wajarlah kalau tindakan mereka pada konyol buat pelampiasan ... pepatah bilang tak ada rotan akar pun jadi, dan tak ada cewek, cowok pun kemek, hehehe ...'' Awan tersenyum, kok manis ya, senyumannya. Wajahnya juga teduh, beda dengan yang lainnya.

__Ah ... apaan sih!

''Hehehe ...'' Aku ikutan tersenyum. Walaupun sedikit dipaksakan.

''Tapi, Wan ...''

''Tapi kenapa, Poo?''

''Sepertinya Akim itu tidak main-main, dia serius ... dia benar-benar menyukai aku. Memang kamu tidak tahu, dia itu tidak waras, penyuka sejenis alias pelaku jeruk minum jeruk ... aku sangat membencinya.''

''Jangan terlalu membenci, Poo ...''

''Bodoh amat ... pokoknya aku benci sama dia ...''

''Awas lho, Poo. .. Kena karma dan bisa-bisa kebencian kamu berubah jadi cinta.''

''Ihhh ... amit-amit!''

''Hahaha ...'' Awan jadi ngakak, aku cuma bisa menghela nafas tak jelas.

Apa yang diucapkan Awan ada benarnya juga, kita tidak boleh terlalu membenci seseorang karena kebencian akan berubah jadi rasa cinta. Tapi, kalau jatuh cinta sama Akim, sepertinya harus berpikir 1000 kali lagi, deh. Kalau pun aku jadi homo, aku tidak bakalan suka sama Akim. Yes, ini sumpahku dan akan aku buktikan.

Next chapter