Malam hari, setelah mobil yang dikendarai Bara kembali memasuki Ibukota Jakarta, ia menoleh ke arah Maharani yang duduk di sebelahnya. Bara berdecak pelan melihat Maharani masih tertidur. Nampaknya ia memang tidak beristirahat sejak kemarin. Kantung matanya terlihat menghitam dan matanya sedikit bengkak karena sepertinya ia kerap kali menangis setiap ia mengingat Agung.
Separuh perjalanan dari Bandung menuju Jakarta Bara habiskan hanya dengan mendengarkan musik di dalam mobilnya, sementara Maharani kembali tertidur. Meski saat ini wajahnya masih terlihat pucat, namun wajahnya sudah sedikit lebih tenang ketimbang pada saat ia di rumah sakit.
Ketika di rumah sakit, Bara kerap harus memegangi tangannya ketika ia mulai terlihat gusar di dalam tidurnya. Begitu telapak tangan Bara kembali menyentuh tangannya, barulah Maharani kembali tenang. Bara akhirnya tidak bisa pergi ke mana pun dan terus memegang tangan Maharani agar wanita itu bisa beristirahat dengan tenang.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com