webnovel

Cloudy and Sunny

Setelah menapaki akhir pekan yang dipenuhi dengan ledekan yang dilontarkan Kimmy, datangnya hari senin membuat Bara lebih bersemangat. Bara sudah berangkat dari kediaman Pak Haryo ketika hari masih agak gelap. Menikmati suasana subuh yang begitu magis. Semburat cahaya jingga malu-malu di ufuk timur seolah menjanjikan harapan baru bagi semua orang.

Bara membuka kaca mobilnya untuk menghirup udara pagi yang masih segar. Ketika melewati sebuah pasar, Bara menyadari, bahwasanya roda kehidupan telah berjalan bahkan sebelum ayam mulai berkokok. Bara teringat ketika dirinya membantu Ibu menjajakan kue basah di pasar.

Ibunya telah mulai membuat kue-kue tersebut selepas magrib, keterbatasan alat yang dimiliki membuat mereka harus mulai membuat kue-kue tersebut lebih awal. Ketika semua kue telah siap, mereka akan tidur sebentar sebelum membawa kue tersebut ke pasar. Selepas subuh mereka akan berangkat membawa kue-kue tersebut ke pasar.

"Berhenti di depan situ sebentar, Pak." Bara menunjuk sebuah lapak kecil penjual kue basah yang berada di pinggir jalan.

Bara bergegas keluar dari mobil ketika supirnya sudah menghentikan mobil yang mereka naiki tidak jauh dari lapak kue basah tersebut dan segera berjalan menghampirinya. Bara segera memilih-milih kue yang dijajakan. Bara memilih kue talam, kue cucur, kue lumpur dan lemper. Ia membeli agak banyak agar bisa dinikmati bersama dengan rekan-rekannya dikantor. Selesai melakukan pembayaran, Bara bergegas kembali ke mobilnya.

"Kue, Pak. Buat ngemil." Bara memberikan satu dus kecil berisi kue kepada supir pribadinya.

"Makasih, Mas." Supir pribadinya langsung membuka kotak kue pemberian Bara dan mengambil sebuah lemper kemudian menyuapkannya ke dalam mulut.

"Lapar ya Pak?"

"Hiya Mas," jawab Supir pribadinya dengan mulut penuh lemper.

Setelah menandaskan satu buah lemper, Supir pribadi Bara kembali menyalakan mesin mobil dan mereka kembali melanjutkan perjalanan.

***

"Widih, kue dari siapa nih?" ucap Arga begitu memasuki pantry dan melihat piring-piring berisi kue basah di atas meja pantry dan mencomot sepotong kue cucur.

"Itu si Ranu," jawab salah seorang Office Boy yang sedang duduk menikmati kue yang dibawa Bara.

"Traktiran gaji pertama nih ye," Arga menggoda Bara.

"Kuenya enak ngga, Bang?" Bara menanggapi ucapan Arga.

"Kalau gratis apa aja jadi enak," sahut Arga sembari mencomot kue talam.

Para Office Boy yang sudah datang ramai-ramai menikmati kue yang dibawa Bara. Mereka menikmati kue sambil bersenda gurau membahas tingkah laku para karyawan MG Group.

Selagi mereka bersenda gurau, Damar yang mendengar ruang pantry ramai dengan canda tawa, memutuskan untuk mampir sejenak dan menengok hal apa yang sedang diperbincangkan oleh para Office Boy. Damar memperhatikan para Office Boy yang sedang bersenda gurau dari bibir pintu. Damar memperhatikan mereka tanpa banyak bicara, sampai salah satu diantara mereka menyadari kehadiran damar.

"Pagi, Pak." Sapa salah seorang Office Boy yang menyadari kehadiran Damar. Sontak para Office Boy yang lain menghentikan gurauannya dan menoleh ke arah Damar.

"Seru banget kayanya." Damar berjalan mendekati meja pantry.

"Kue, Pak." Bara mencoba menawari kue yang dibawanya pada Damar.

"Boleh?" Damar menunjuk piring yang berisi kue.

"Boleh Pak, silahkan." Bara menggeser sedikit piring kue tersebut agar mudah digapai oleh Damar.

"Makasih, ya." Damar membawa piring berisi kue tersebut keluar.

Para Office Boy yang lain saling tatap begitu melihat Damar membawa keluar piring berisi kue tersebut. Damar tiba-tiba kembali masuk sambil meletakkan piring tersebut di meja.

"Bercanda, ngga mungkin juga saya habisin semuanya," ujar Damar sambil tersenyum.

"Bisa aja Bapak bercandanya," Arga menanggapi candaan Damar.

"Saya ambil ini aja," Damar mengambil sepotong lemper.

"Makasih kuenya, Ran." ucap Damar.

"Sama-sama, Pak."

Damar kemudian keluar dari pantry dan berjalan menuju ruangannya.

***

Sekitar pukul sepuluh Damar memanggil Bara keruangannya. Damar meminta tolong untuk dibelikan kopi seperti yang biasa dia pesan.

"Ran, sini dulu deh sebentar," Damar kembali memanggil Bara yang hendak keluar dari ruangannya setelah mengantar kopi yang dipesan damar.

"Ada apa, Pak?"

Damar berjalan ke arah Bara sambil membawa sebuah setelan jas lengkap.

"Saya mau kasih setelan ini ke sepupu saya. Tapi, saya sudah lama ngga ketemu dia, kalau dilihat dari foto kayanya posturnya mirip sama kamu." Damar mencoba mencocokkan setelan dibawanya ke tubuh Bara.

"Tolong kamu jajalin dulu, Ran. Biar saya tahu ini pas atau ngga," ucap Damar.

"Ya ngga enak dong Pak kalau saya jajalin dulu," ujar Bara mencoba bersikap setenang mungkin di depan Damar.

"Ngga apa-apa, lagipula ini belum dicuci, nanti setelah kamu jajal, baru saya laundry."

Karena Damar yang terus mendesak Bara mencoba setelan yang dibawanya, akhirnya dengan berat hati Bara menjajal setelan tersebut.

"Wow, cocok juga kamu pakai setelan kaya gitu," ujar Damar begitu Bara keluar dari ruang ganti pakaian yang ada di ruangan Damar.

"Kalau begitu, saya sudah ngga ragu lagi buat kasih ke sepupu saya, pasti sama dia juga pas," ucap Damar.

Mendengar ucapan Damar yang seolah-olah mengetahui sesuatu, membuat Bara semakin tidak nyaman berada di ruangan Damar. Apalagi Damar terus saja menyebut sepupunya yang notabene adalah Bara sendiri.

"Saya ganti baju lagi ya, Pak," ucap Bara sesopan mungkin.

"Kenapa buru-buru? Kamu cocok sekali pakai setelan begitu."

"Ngga nyaman aja, Pak. Ini kan buat saudaranya Bapak."

"Gampang itu sih, saya bisa beli satu lagi yang persis sama kaya gitu."

Bara terdiam mendengar ucapan Damar. Bara bergegas kembali ke ruang ganti pakaian dan kembali mengenakan seragam Office Boy miliknya.

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Bara setelah kembali berseragam Office Boy.

"Sudah, Ran. Terima kasih ya."

Bara bergegas keluar dari ruangan Damar. Situasi barusan benar-benar membuatnya sangat tidak nyaman. Bara mencurigai Damar sudah mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya.

"Gimana, alatnya berhasil kamu pasang?" tanya dam9ar pada seorang pria yang sedari tadi bersembunyi di ruangannya begitu Bara keluar.

"Itu sih urusan kecil," jawab pria tersebut.

Damar memerintahkan pria tersebut untuk memasukkan alat penyadap pada ponsel Bara. Selagi Bara berganti pakaian dengan setelan jas dia bawa, diam-diam pria suruhannya menyelinap masuk ke dalam ruang ganti dan memasangkan penyadap tersebut pada ponsel Bara. Sementara Damar mencoba mengulur waktu dengan bercakap-cakap dengan Bara.

Pria tersebut kemudian memasang sebuah piranti lunak pada laptop milik Damar, agar Damar dapat mengakses semua aktifitas pada ponsel bara.

"Bayarannya gimana Bos?" tanya pria tersebut pada Damar.

Damar mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi mobile banking, kemudian mentransfer sejumlah uang ke rekening pria tersebut. Setelah transaksi sukses, Damar menunjukkan bukti transfer pada layar ponselnya kepada pria suruhannya. Melihat nominal fantastis pada jumlah transfer yang dikirimkan Damar membuat pria tersebut tersenyum lebar.

"Nah, sudah selesai." Pria tersebut menunjukkan piranti lunak yang sudah terpasang pada laptop damar dan memperlihatkan riwayat aktifitas pada ponsel Bara.

"Kerja bagus," ujar Damar.

"Kalau butuh apa-apa telpon saya lagi aja bos, saya pamit dulu." Pria tersebut kemudian pergi meninggalkan ruangan Damar.

Damar kembali ke mejanya dan memperhatikan riwayat aktifitas pada ponsel Bara dengan seksama.

***

Sepulang kerja ketika akan menuju basement tempat parkir mobil, Bara melihat Raya yang sedang bertengkar dengan kekasihnya di dekat pintu keluar pejalan kaki. Bara berjalan mendekati pintu keluar sambil memperhatikan Raya yang terlihat menundukkan kepalanya, sementara kekasihnya terus menerus berbicara sambil mendorong-dorong tubuh Raya.

Raya berulang kali mengusap pipinya. Bara menduga, Raya sudah menangis dengan perlakuan kekasihnya itu. Kekasih Raya mulai melayangkan tangannya, Bara yang melihat hal tersebut segera menghampiri Raya dan kekasihnya. Bara menangkis tangan kekasih Raya yang hendak memukulnya.

"Siapa lu berani ikut campur?" tanya kekasih Raya pada Bara dengan nada penuh amarah.

"Gue temannya. Beraninya kasar sama perempuan," Bara membalas perkataan kekasih Raya.

"Suka-suka gue, cewe-cewe gue," ucap kekasih Raya yang tidak terima dengan ucapan Bara.

Bara akhirnya terlibat adu mulut dengan kekasih Raya. Bara tidak tahan melihat perlakuan kekasih Raya yang kasar tersebut. Kekasih Raya mulai mendorong-dorong tubuh Bara. Bara tidak mau kalah dan balas mendorongnya. Akhirnya mereka terlibat saling dorong satu sama lain.

Sementara itu Raya mencoba melerai keduanya. Raya tidak ingin keributan ini terus berlanjut. Kekasih Raya mulai mengepal-ngepalkan tinjunya ke arah Bara. Raya berdiri di depan Bara tepat ketika kekasihnya itu melayangkan pukulannya ke arah Bara. Raya pun terjatuh sambil memegangi pipinya yang terasa panas akibat pukulan kekasihnya itu. Bara yang melihat itu segera menghampiri Raya yang terjatuh.

"Ray, lu ngga apa-apa?" tanya Bara sambil membantu Raya untuk berdiri.

Kekasih Raya semakin emosi melihat Bara yang membantu Raya.

"Lu ngapain pegang-pegang cewe gue?" ujar kekasih Raya sambil menghampiri Bara dan menariknya untuk menjauhi Raya. Bara yang kehilangan keseimbangan mencoba berdiri. Kekasih Raya bergegas kembali menghampiri Bara dan mendaratkan bogem mentahnya di perut Bara.

Bara berlutut sambil menahan sakit akibat pukulan tersebut. Sementara kekasih Raya kembali memukul Bara yang sedang menahan sakit. Beberapa orang mulai berkerumun dan mencoba melerai perkelahian tersebut. Seorang pria berbadan tegap akhirnya berhasil melerai keduanya.

"Makasih, Mas," ujar Bara sambil berusaha berdiri tegak dan berusaha menahan sakit di bagian perutnya.

Kekasih Raya terus berkata kasar dan hendak memukul Bara lagi, namun aksinya itu ditahan oleh sebagian orang yang berkerumun.

"Bawa aja itu ke pos Sekuriti," ujar pria yang membantu Bara berdiri.

Akhirnya kekasih Raya digiring ke pos Sekuriti karena dianggap telah membuat keributan. Bara dan Raya mengikuti orang-orang tersebut ke pos Sekuriti.

Sesampainya di pos Sekuriti, mereka bertiga di interogasi. Kekasih Raya masih saja dengan amarah yang meluap-luap menumpahkan kekesalannya sambil berkata kasar. Sementara Bara menjelaskan dengan tenang dan Raya menangis menceritakan apa yang tadi terjadi sebelumnya sampai akhirnya Bara datang menolongnya.

"Sekarang Mas sama Mbaknya gimana? Mau di laporin ke pihak berwajib atau selesai damai disini aja?" tanya Kepala Sekuriti yang menginterogasi mereka.

"Silahkan aja kalau mau laporin," tantang kekasih Raya dengan angkuhnya.

Raya hanya menunduk.

"Saya mau laporin, Pak." ucap Bara tegas.

Raya menoleh melihat Bara yang dengan tegas mengatakan akan melaporkan kekasihnya tersebut.

"Jangan, Ran. Mending damai disini aja, ngga usah dibikin jadi panjang," ujar Raya memohon pada Bara.

"Orang kaya dia sekali-kali harus dikasih pelajaran Ray."

"Udah damai aja. Lu ngga tau lu berurusan sama siapa Ran."

Bara melirik kearah kekasih Raya. Kekasih Raya sedang melihat mereka berdua dengan tatapan yang mengejek.

"Cuma OB aja berani ngelaporin gue," ujar kekasih Raya yang meremehkan Bara.

"Saya tetap laporin, Pak," ucap Bara tegas sambil menatap kearah kekasih Raya.

"Tapi, Ran." Raya masih ingin berusaha mencegah Bara melaporkan kekasihnya.

"Lu tenang aja, ini urusan gue sama dia," ujar Bara menenangkan Raya.

"Ya sudah nanti saya buatkan laporannya," sahut Kepala Sekuriti.

-----

Setelah selesai membuat laporan untuk kepolisian, akhirnya mereka bertiga keluar dari ruangan Kepala Sekuriti.

"Ayo, Ray. Gue antar pulang," ucap Bara.

"Sebentar, Ran. Gue mau ngomong sesuatu dulu sama dia," ujar Raya sambil menunjuk ke arah kekasihnya.

Raya kemudian berjalan menghampiri kekasihnya yang sudah berdiri menunggunya.

"Ini terakhir kalinya kita ketemu, mulai detik ini kita ngga ada hubungan lagi," ucap Raya pada kekasihnya.

Kekasihnya menanggapi ucapan Raya sambil cengengesan.

"Silahkan aja, toh yang rugi kalau kita putus itu lu bukan gue," sahut kekasih Raya.

Tanpa berbasa-basi ia kemudian pergi meninggalkan Raya.

Raya kembali berjalan menghampiri Bara yang sudah menunggunya.

"Lu ngga apa-apa Ray? " tanya Bara yang melihat Raya seperti sedang menahan tangisnya.

"I'm not okay, tapi gue lega bisa putus sama dia," jawab raya berusaha terlihat tegar dihadapan bara.

"Yuk pulang," ajak Raya.

Raya mulai berjalan meninggalkan halaman pos jaga Sekuriti. Bara segera berjalan menyusul Raya dan berjalan di sampingnya.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.

ตอนถัดไป