Kimmy membuka ponselnya, dia memandangi nama yang tertera di ponselnya. Papa. Sudah lama dia tidak menerima telpon dari Papanya. Selama ini Papanya seperti tidak pernah menghiraukan keberadaannya. Papanya lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan kakak lelakinya, Damar. Dengan berat hati Kimmy menjawab telponnya.
"Ada apa pa?"
Kimmy terkejut dengan pertanyaan yang diajukan Papanya. Bagaimana dia bisa tahu bahwa Kimmy beberapa minggu belakangan ini sering menghabiskan waktu dirumah Pak Haryo.
"Papa tunggu saja berita dari Eyang Haryo." Kimmy kemudian mematikan ponselnya.
Berita kembalinya Bara tentu membuat keluarga mereka terkejut. Terlebih Pak Haryo belum memberitahukan berita ini kepada siapa pun kecuali dirinya dan Pak Gilang. Entah apa yang membuat Pak Haryo menunda memberitahukan berita ini.
Bima sudah bisa menduga putrinya akan bereaksi keras terhadap telponnya. Bima mencurigai putrinya sudah tahu bahwa Bara benar-benar telah kembali. Dirinya mendapat kabar bahwa beberapa minggu belakangan ini, Kimmy sering menghabiskan waktu dirumah Pak Haryo.
"Gimana, Pa? Kimmy sudah tahu kabar tentang Bara?" tanya Damar pada Papanya.
"Kimmy bilang kita tunggu saja kabar dari Eyang Haryo," jawab Bima dengan wajah ragu-ragu.
Bima bisa merasakan bahwa Kimmy sudah mengetahui kabar tentang kembalinya Bara. Bisa saja Kimmy sebenarnya sudah bertemu dengan Bara karena Kimmy sangat dekat dengan Pak Haryo. Bahkan ketika Bara menghilang sepuluh tahun yang lalu, Kimmy lah yang selalu berada disisi Pak Haryo.
"Besok kita kembali ke Jakarta," ujar Pak Bima.
"Baik, Pa."
----
Bara sangat menikmati hari-harinya bekerja sebagai Office Boy boy di MG Group. Kesempatan ini benar-benar dia manfaatkan untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan. Siang itu, dari kejauhan Bara melihat Kimmy melangkah memasuki gedung MG Group.
"Tumben si Kimmy ke kantor," batin bara.
"Woy, liatin siapa lu?" senggol Arga.
Mata arga kemudian mengikuti ke arah Bara memandang.
"Oh liatin Mbak Kimmy, jangan mimpi ketinggian, sakit nanti kalau jatuh," ledek Arga.
"Emang dia siapa?" Bara pura-pura bertanya.
"Salah satu anggota keluarga Pradana yang punya tempat kita kerja sekarang. Orang-orang bilang mereka old money, sampai tujuh turunan juga ngga habis hartanya, malah nambah terus kayanya," terang Arga.
"Kok Abang bisa tahu?"
"Ya kan gue bisa baca, mereka kan sering masuk berita. Di tambah lagi Mbak Kimmy kan juga Model."
"Oh, kayanya dari pertama masuk belum pernah lihat dia dikantor."
"Dia cuma datang sebulan sekali, kalau ada rapat bulanan."
Bara menggangguk-angguk mendengar penjelasan Arga.
"Kayanya gue pernah lihat berita ada salah satu penerusnya yang sudah lama hilang tiba-tiba kembali lagi," ucap Arga sambil mencoba mengingat berita beberapa waktu lalu tentang penerus keluarga Pradana yang hilang.
"Masa ada yang kaya begitu bang?" Bara bertanya ragu. Dirinya tidak menyangka bahwa kehebohan di rumah sakit waktu itu benar-benar menjadi sebuah berita.
"Lu kan punya smartphone, masa ngga pernah baca berita online, orang waktu itu beritanya banyak banget, itu smartphone lu pakai buat apaan?" tanya Arga gemas.
"Buat maen game, Bang," jawab Bara sambil terkekeh.
Arga melirik Bara setengah dongkol.
"Yaudah, ayo buruan. Kalau Mbak Kimmy sudah datang berarti rapatnya udah mau mulai." Arga menyuruh bara untuk segera bergegas.
Sesampainya di kantor, Bara segera membantu Arga merapikan ruang rapat yang akan digunakan untuk rapat bulanan. Begitu akan keluar ruang rapat, tanpa sengaja Bara berpapasan dengan Kimmy. Kimmy melirik kearah Bara sambil melangkah masuk ke ruang rapat. Sebelum pintu ruang rapat ditutup, Bara bisa melihat kimmy sedang menatap kearahnya sambil tersenyum. Bara membalas tersenyum ke arah Kimmy.
***
Malam hari begitu tiba di apartmennya, Bara dikejutkan dengan kehadiran Kimmy di dalam apartmennya. Wajah Kimmy terlihat lesu. Baru kali ini Bara melihatnya seperti itu.
"Gue kirain tadi ada setan," ucap Bara sambil melangkah menghampiri Kimmy.
"Mana ada setan secantik dan semodis gue?" Kimmy membalas ucapan Bara.
Bara melihat sebotol wine yang sudah terbuka di atas meja.
"Lu udah minum seberapa banyak?" tanya Bara.
"Baru segelas," jawab Kimmy.
"Gue minum kalau lagi pusing aja, itu juga ngga banyak."
"Meeting tadi bikin lu pusing?"
"Harusnya lu yang ada disana tadi, bukan gue." Kimmy tidak menghiraukan pertanyaan Bara dan kembali menyesap anggur miliknya.
"Gimana kerja dikantor?" Kimmy balik bertanya pada Bara.
Bara tahu, Kimmy sedang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Sejauh ini sih oke. Gue banyak belajar dari Staff yang gue bantuin," jawab Bara.
"Kira-kira reaksi mereka gimana ya, kalau tahu OB yang selama ini mereka suruh-suruh itu ternyata cucunya yang punya perusahaan," ucap Kimmy sambil tersenyum.
"Entahlah," jawab Bara sambil menganggkat bahu. Sejujurnya Bara juga belum bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang terhadap dirinya begitu mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya.
"Pokoknya lu harus belajar semaksimal mungkin, jangan sampai bikin Eyang kecewa."
"Itu pasti," sahut Bara yakin.
"Malam ini gue nginep ya, gue lagi pengen ngobrol."
"Silahkan aja, toh ini kan juga apartmen punya lu."
"Ya udah mandi dulu sana, lu bau asem," ledek Kimmy.
"Yeee, gue kasih ketek juga nih." Bara membalasnya dengan merangkul erat Kimmy. Kimmy berusaha mendorong tubuh Bara. Tetapi gagal, karena Bara merangkulnya dengan sangat erat. Melihat Kimmy yang meronta berusaha melepaskan rangkulannya, Bara akhirnya melepas rangkulannya dan berlari menuju kamarnya. Kimmy melemparnya dengan bantal sofa yang ada di dekatnya, Bara meledeknya karena bantal tersebut gagal mengenainya.
"Dasar barbar." Kimmy pun tertawa karena tingkah Bara barusan.
***
Bara dan kimmy melanjutkan obrolan mereka sambil menyantap pizza yang di pesan oleh Kimmy melalui aplikasi online. Kimmy bercerita bahwa dulu Bara dan Damar selalu berebut potongan pizza terakhir. Pada akhirnya potongan pizza terakhir di lahap Kimmy, karena mereka berdua terlalu sibuk untuk berebut.
"Gue belum dengar cerita lu, selama ini lu ada dimana, cerita dong," ucap Kimmy sambil menyenggol bahu Bara.
"Apa yang mau diceritain, lu pasti ngga bakal bisa bayangin gimana beratnya hidup gue selama ini," ucap Bara pelan.
"Coba aja, lu juga ngga tahu kan di balik kehidupan gue yang terlihat gemerlap ini ada sisi gelapnya juga."
"Nih lihat." Bara membuka sedikit kaosnya dan menunjukkan bekas luka yanga ada di perutnya pada Kimmy.
"Ini masih sakit?" tanya Kimmy sambil menyentuh sedikit bekas luka milik Bara dengan hati-hati. Takut jika dia sembarangan menyentuhnya Bara akan merasa kesakitan.
"Aw!" Bara pura-pura berteriak kesakitan ketika Kimmy menyentuhnya.
"Sorry sorry, gue ngga tahu kalau itu masih sakit." Kimmy terkejut melihat ekspresi kesakitan Bara. Melihat ekspresi panik Kimmy, Bara tidak bisa menahan tawanya. Kimmy pun sadar bahwa Bara hanya menggodanya.
"Lu percaya ngga? Gue sampai ditusuk penagih hutang gara-gara gue ngga sanggup bayar hutang. Mereka emosi karena gue selalu minta perpanjangan waktu buat bayar hutang, sementara mereka harus setoran ke bosnya. Mereka akhirnya melampiaskannya ke gue."
Kimmy terperangah dengan penjelasan bara.
"Hutang lu sebanyak apa sampai lu ngga sanggup bayar?" tanya Kimmy penasaran.
"Lebih dari dua puluh juta. Itu belum termasuk bunganya yang ngga masuk akal. Dan itu sebenarnya bukan hutang gue, tapi hutang Bapak yang selama ini ngerawat gue."
Bara kemudian melanjutkan ceritanya tentang keluarga yang selama ini merawatnya. Bagaimana hutang keluarga tersebut menumpuk karena sang kepala keluarga gemar berjudi sementara istrinya kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bertiga.
Sampai pada akhirnya sang istri tiada dan sang kepala keluarga pergi entah kemana. Mulai dari situ, Bara yang ditinggalkan seorang diri menjadi sasaran para penagih hutang untuk membayar seluruh hutang keluarganya. Bara juga bercerita bahwa wanita yang selama ini ia panggil ibu sangat menyayanginya.
"Gue kaget waktu Eyang bilang kalau gue ini cucunya dan orang yang selama ini ngerawat gue itu bukan keluarga gue sebenarnya, karena ibu ngerawat gue seperti anaknya sendiri, sekarang gue bahkan ngga ingat masa kecil gue sama ibu kandung gue sendiri, yang gue ingat malah ibu yang selama ini ngerawat gue."
Kimmy menyadari ada kesedihan pada ucapan Bara ketika bercerita tentang Ibu. Kimmy mengelus punggung Bara.
"Gimana sama keluarga lu?" Bara balik bertanya pada Kimmy.
"Mama sudah meninggal belum lama ini karena kanker. Papa sama kakak gue sibuk kerja, Eyang gue juga sibuk, cuma Eyang Haryo yang rajin telpon gue meskipun dia juga sama sibuknya sama mereka," jawab Kimmy.
"Untung sekarang ada lu disini, jadi gue punya teman ngobrol," lanjut Kimmy sambil menatap serius kearah Bara.
"Kayanya lu harus terima kasih sama penagih hutang yang ngejar-ngejar gue. Karena, kalau bukan karena mereka gue ngga bakal ada disini," ucap Bara sambil tersenyum menggoda.
"Omongan Lu ngerusak momen banget." Kimmy memukul keras pundak Bara.
"Ceritain tentang keluarga kita dong," pinta Bara.
"Cerita tentang keluarga kita kan sudah sering muncul di artikel, bagaimana awal mula Eyang lu sama Eyang gue membangun bisnis keluarga kita sampai seperti sekarang ini."
"Kalau itu juga gue sering baca. Maksudnya cerita yang lain, yang ngga banyak orang tahu."
"Yang ngga banyak orang tahu ya cerita tentang lu, karena selama ini lu hilang entah kemana."
"Gimana ceritanya sampai gue hilang?" tanya Bara penasaran.
Kimmy ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan bara. Bukannya langsung menjawab pertanyaan Bara, Kimmy malah membuka ponselnya dan terlihat serius mengetikkan sesuatu di mesin pencari Google. Setelah Google menampilkan hasil penelusurannya, Kimmy menyerahkan ponselnya pada Bara. Bara melihat hasil penelusuran Google pada ponsel Kimmy.
"Parah banget kecelakaannya, sampai hangus begitu kendaraannya," komentar Bara ketika melihat sebuah gambar mobil yang terbakar habis akibat kecelakaan.
"Itu mobil orang tua lu," ucap Kimmy.
Bara terperangah mendengar ucapan Kimmy.
"Lu bercanda, kan?" Tanya bara setengah tidak percaya.
"No, itu ngga becanda. Itu benar-benar terjadi, dan setelah kejadian itu, lu seperti hilang di telan bumi. Hilang entah kemana," jawab Kimmy.
Bara bangkit berdiri dan menatap kimmy tidak percaya.
"Bercanda lu ngga lucu, Kim," sergah Bara masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kimmy. Bara kemudian berdiri membelakangi Kimmy dan memandangi gemerlap lampu ibukota dihadapannya. Pikirannya melayang pada mimpi buruk yang belakangan ini selalu menghantuinya. Kimmy menghampiri Bara dan menepuk pundaknya.
"Pada saat kejadian itulah kita semua kehilangan lu, hanya ditemukan dua jasad orang dewasa di tempat kejadian. Kita kehilangan jejak lu, bahkan tim pencari dari Kepolisian pada akhirnya menyerah dan Eyang akhirnya memutuskan untuk menyewa jasa penyidik swasta buat nyari lu," ucap Kimmy sambil ikut memandangi gemerlap lampu ibukota dari balik jendela apartement Bara.
Bara menatap Kimmy tidak percaya. Kimmy bahkan tidak menunjukkan ekspresi apa pun ketika Bara menatapnya. Bara terduduk lesu. Dengan tatapan menerawang Bara memandangi gemerlap lampu dihadapannya. Kimmy ikut duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya.
"Pada akhirnya lu kembali, Bara. Itu sudah cukup buat gue sama Eyang," ucap Kimmy.
"Lu bisa antar gue ke makam orang tua gue?"
"Besok kita ziarah ke makam orang tua lu, mereka pasti senang lihat lu sudah kembali."
"Thanks, kim."
"No problem."
Kimmy memandangi wajah Bara. Telihat jelas Bara sangat terkejut dengan apa yang disampaikannya barusan. Kimmy juga menyadari kehadiran Bara akan memberikan perubahan pada keluarga besarnya. Entah itu perubahan yang baik atau yang buruk. Kimmy hanya merasakan akan ada sesuatu yang besar akan terjadi pada keluarganya. Yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah membantu Bara untuk menyesuaikan diri dengan keadaannya saat ini.
***
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.
Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.