Kicauan burung yang terbang bersemangat membawa suara merdu seolah – olah suara itu sendiri di bawa dari surga oleh mereka. Sedikit sinar terang menembus kegelapan diantara rimbunnya pohon yang menjulang. Walau itu hanya secercah tapi setidaknya ada cahaya di tempat itu yang membuat hutan tidak se mengerikan seperti malam tadi.
Kini sepasang mata terbuka dan dengan penuh perhatian mengawasi keadaan sekitar, lalu pandangan nya beralih pada dua orang yang tak berada jauh dari nya masih terlelap dalam tidur mereka. Berkelana di dunia mereka sendiri tanpa khawatir pada urusan dunia nyata. Azalea meregangkan tubuh nya yang Lumayan segar pagi ini. Tangan nya terulur untuk menyibak jubah yang menyelimuti tubuh nya, mengambil kembali perkamen emas yang masih sama seperti sebelumnya tapi kini itu terasa berbeda dalam pandangan nya.
Sebuah rasa akrab muncul ketika ia dengan cermat meneliti pola aneh yang terdapat dalam gulungan tersebut seakan ia pernah melihat itu sebelumnya dan mengenal dalam pola aneh tersebut.
Jika dilihat dari dekat pola itu bukan sebuah sulur melainkan gambar permata yang dirangkai menggunakan sebuah rantai indah berpola aneh. Di tengah ikatan itu ada serangkaian huruf yang ditulis samar dengan goresan tinta abu – abu memberi perasaan jika tulisan itu sedari awal tidak berniat di ungkapkan pada dunia.
Tapi kata itu menggunakan huruf yang bahkan Azalea sendiri tak mengerti, itu sama sekali tidak ada di salah satu ingatan yang baru saja di dapat nya. Dari awal ia membuka perkamen itu ia sudah tahu akan keberadaan tulisan tersebut tapi disebabkan ia tak mengetahui apa yang ditulis ia tak memberi tahu akan hal itu pada kedua sahabat nya.
"Engh.." Suara lenguhan seorang pria mengejutkan Azalea dan membangunkan gadis itu dari keadaan linglung nya. Ia menoleh dan melihat bahwa Edward sudah bangun dan masih menguap lebar tanpa di tutup. Mencium bau tak sedap dari sebelahnya, Elyzabeth dengan kesal membuka mata nya. Manik mata cantik berwarna coklat itu menatap tajam penuh aura pembunuh pada pria yang masih menikmati kegiatan nya. Setelah mengumpulkan kekuatan di kaki nya ia mendorong sekuat tenaga kaki putih mulusnya pada punggung tegap lelaki itu dan membuat umpatan kasar keluar dari mulut nya.
"Yah ! Gadis terkutuk sialan, apa lagi salah ku hingga membuat mu menyakiti punggung indah milik ku ? Apa kau tahu Hah ? Di luar sana banyak gadis cantik yang mendambakan siang dan malam hanya untuk sekedar bersandar di punggung ku !" Edward dengan mimik melas mengusap bagian yang di tendang Elyzabeth. Sedangkan gadis yang di maki itu memasang tampang jijik setelah mendengar pernyataan penuh percaya diri lelaki tersebut.
"Bah ! Omong kosong lagi yang kau katakan. Para gadis itu bukan ingin bersandar di tubuh mu melainkan mereka berharap bisa dekat dengan mu dan menghancurkan punggung mu itu supaya kau tidak lagi bisa berucap penuh kesombongan dan percaya diri seperti itu. Kau tahu ? Semua itu menjijikkan saat terdengar di telinga ku !"
Walau mereka bertengkar penuh kebencian, tak dapat disangkal bahwa mereka melupakan dimana mereka berada dan menganggap dunia hanya milik mereka berdua hingga sebuah teguran dari Azalea menghentikan adu mulut keduanya. Mereka mendekat ke arah Azalea walau tangan mereka satu sama lain yang berada di bawah itu masih saling berselisih, Azalea hanya mampu memijat pelipis nya tak berdaya ketika melihat itu.
"Sampai kapan kalian akan seperti itu ? Ini sudah terhitung lama sejak kita terdampar disini, dan kalian hanya mementingkan pertikaian kalian !" Jarang bagi Azalea untuk marah seperti ini, itu berarti sudah melampaui batas sabar nya dan membuat gadis yang selalu tenang serta tak acuh itu meluapkan emosi nya. Kedua lain nya juga segera terdiam, mereka bukanlah penakut tetapi sekarang di hadapan Azalea mereka
seperti pencuri yang tertangkap. Mereka sadar bahwa sikap mereka salah kali ini dan membuat gadis pendiam yang telah berusaha keras memahami petunjuk tersebut kehilangan kontrol.
Melihat bagaimana dua musuh bebuyutan itu berdamai, Azalea mengangguk puas. Ia kembali membuka Perkamen Emas itu dan sekali lagi potongan gambar itu kembali muncul. Mereka semua mengamati dengan lebih saksama dan berhati hati, sebuah pemahaman baru muncul ketika mereka melihat lebih dekat pada rune misterius itu.
"Lihat arah jalan itu ! Sebelumnya kita juga menyusuri arah yang sama tetapi sepertinya kita hanya berputar dan sama sekali tidak melangkah. Tapi di dalam peta itu tergambar jelas arah dan tujuan nya dan itu sama sekali tidak seperti hanya berputar dalam labirin !" Elyzabeth menunjuk ke arah gambar yang menunjukkan ke arah kanan setelah pembelokan jalan lurus dari posisi mereka berada. Elyzabeth mengingat dengan jelas semua arah yang sebelumnya mereka telah lalui dan arah di gambar itu merupakan salah satu arah yang mereka ambil dari banyaknya persimpangan di depan sana.
Edward dan Azalea lebih memperhatikan jalan yang ditunjuk Elyzabeth saat ini dan mereka mengangguk diam - diam ketika yang di katakan gadis itu memang benar adanya bahkan Edward harus mengakui bahwa gadis sembrono seperti Elyzabeth memang layak di juluki sebagai gadis berotak tajam. Mata nya benar-benar jeli saat melihat sesuatu dan otak nya segera memproses jika tampak ada sedikit saja yang berbeda.
"Kau ternyata ada gunanya juga-" Edward yang berniat kembali menggoda Elyzabeth langsung terdiam seketika saat mendapat tatapan tajam dari Azalea." Baiklah, aku akan diam." Edward mengangkat kedua tangan nya. Elyzabeth hanya melirik malas ke arah pemuda itu.
"Kalau begitu ayo kita bergegas mengikuti jalan itu." Ajak Elyzabeth dengan semangat. Edward juga menampilkan senyum cerah, secerah obor malam. Tapi Azalea bahkan tak bergerak sedikit pun dari posisi nya, ia terus menatap pada gulungan di atas sana. Wajah nya yang tertutup tudung membuat mereka tak dapat menebak apa yang dipikirkan gadis itu dan membuatnya ragu untuk melangkah walau sudah jelas bagi mereka bagaimana bisa keluar.
"Kau memang benar Elyza jalan itu tidak berputar tapi perhatikan setelah kita menapaki jalan itu kita akan terus melangkah seperti mengejar sesuatu. Arah dari jalan itu seolah mengajak kita terus melangkah tanpa henti dan terburu – buru. " Azalea mengangkat jari telunjuknya dan mengarahkan nya pada jalan yang sebelumnya juga di tunjuk Elyzabeth. Memang benar bahwa jalan di gambar itu setelah berbelok ke arah kanan jalan itu sepenuhnya akan lurus dan hanya ada beberapa cabang jalan berbeda itu pun setelah melangkah sangat jauh. Edward mengerutkan kening ia tak mengerti memang kenapa jika itu sedikit terburu – buru ? Bukankah akan lebih baik jika segera kembali ke rumah ?
"Lalu apa jika memang jalan itu membuat kita melangkah tanpa henti ? Bukankah itu baik, lebih cepat kita keluar dari tempat terkutuk ini maka lebih baik kondisi nya." Tak ada yang menanggapi perkataan Edward, dua gadis itu masih diam sembari mata mereka terus mengamati gambar di atas rune misterius tersebut.
"Jangan terburu – buru dalam melangkah !" Azalea menggumamkan kata itu kembali, Elyzabeth yang mendengarnya juga ikut termenung lalu setelah beberapa saat sepertinya ia mendapat sebuah pencerahan, dengan mata berkilau semangat ia memakai kembali tudung jubah nya.
"Baik aku mengerti, kita hanya harus melangkah dengan tenang dan tidak boleh terburu – buru ! Di ujung tempat sana sesuatu akan muncul dan kita harus mencari sesuatu yang berwarna sebiru laut !" Azalea terdiam sejenak sebelum akhirnya seulas senyum tipis mengembang di sudut bibir nya, ia mengangguk setuju lalu akhirnya mereka bertiga mencari sebatang kayu yang akan bisa mereka gunakan jika sewaktu – waktu di perjalanan sana akan ada hewan buas yang mengganggu.
"Hei, untuk apa mencari kayu. Aku dan mantra ku saja sudah cukup untuk melindungi kita !" Edward mengeluh selama perjalanan, karena lagi ia yang akhirnya harus membawa tiga kayu yang cukup berat itu dalam gendongan nya. Elyzabeth yang masih bersenda gurau dengan Azalea menoleh Ke belakang, mata cantik gadis itu menyipit ketika mendengar perkataan Pria itu.
"Benarkah ? Memang sudah berapa lama kau mempelajari buku sihir mu ?"
Dengan senyum polos Edward memberi tahu
"Dua minggu !"
Elyzabeth mencebikkan bibir nya kesal, ia juga sudah berumur Tujuh Belas tahun tapi sampai sekarang ia hanya mampu membuka buku sihir nya dan masih belum bisa mengucap mantra yang tertulis di dalam nya. Sedangkan itu Azalea yang ikut mendengar percakapan merasa sedikit iri karena sampai saat ini ia bahkan belum bisa membuka lantaran usia nya belum menginjak tujuh belas tahun.
Mulai dari ini perjalanan itu dimulai. Jalan itu lurus tanpa ada kerikil yang mengganggu, semakin masuk ke dalam mereka menyadari bahwa sepertinya pepohonan yang bergoyang ditiup angin itu memiliki kesadaran nya sendiri dan tengah mengawasi setiap langkah mereka.
Bunga anggrek kuning kembali mereka lihat di perbatasan jalan, jalan itu sendiri bercabang menjadi tujuh bagian yang masing - masing seolah membawa ke arah dunia yang berbeda atau itu hanya dimaksudkan untuk membuat yang menapaki jalan tersebut hanya berputar di sekitar seperti orang bodoh ? Tidak ada yang tahu. Untuk antisipasi mereka mengukir diagram arah di salah satu pohon yang berada di dekat perbatasan. Menghirup napas dalam mereka menguatkan hati dan memantapkan langkah menyusuri jalan yang di tunjuk oleh gulungan emas tersebut.
"Semoga kita bisa keluar dari sini secepatnya !" Itu mungkin harapan semua nya ketika kaki mereka mulai memimpin menuju arah kanan perbatasan.
Mereka semakin masuk ke dalam hutan, semakin lama cahaya Matahari sepenuhnya di telan oleh rimbunnya dedaunan membawa kegelapan yang menakutkan. Edward menghidupkan obor yang sebelumnya ia buat dengan api sihir nya, kedua gadis itu takjub akan apa yang dilakukan Edward dan tentunya hal itu membuat Edward semakin berada di atas angin.
"Sshh.." Desisan itu hampir membuat mereka bertiga berteriak, tapi setelah menyadari tempat mereka berada ketiga orang tersebut kembali tenang, semak belukar berdaun lebat yang menjadi asal suara tersebut dengan hati – hati disibak oleh Edward menggunakan batang kayu yang dibawa nya tadi.
"AAAA.." Kedua gadis dan Edward melompat kaget dan ketakutan ketika melihat apa yang ada dibalik semak – semak tersebut. Seekor ular panjang dengan sisik emas yang ekornya menyerupai cambuk berlidah dua dan ada sepasang tanduk mungil di kepala nya menatap mereka bertiga dengan pandangan memangsa. Mereka seperti tikus di hadapan ular ganas.
"itu, itu bukankah Ular Iblis bersisik emas ?" Edward ketakutan sampai kehilangan akal. Walau dia jarang membaca dan berpengetahuan sempit legenda tentang Ular menakutkan ini masih diceritakan oleh nenek nya dulu sewaktu ia masih kecil.
-Ikuti kata hati mu, tapi jangan lupa bawa otak mu bersama mu-