webnovel

MENGALIR SEPERTI IKAN

DOR!

"A... Apa? Tidak mungkin." Ray terkejut. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. SwiftGun Hammond, si hebat yang selalu menang dalam duel, kini dipermalukan oleh lawannya. Lawannya telah kabur bersama dua orang wanita itu sejak ia mulai berbalik arah. Dan karena berdebar-debar. Pendengaran Ray yang tajam tidak bisa mendengar dengan baik.

"CIH! DASAR PENGECUT! BUKAN LELAKI! SINI KAU! BIAR KUPOTONG PUNYAMU DAN KULEMPAR KE KUCING!" Teriak Ray penuh emosi.

Ruka, Luke, dan Grace berlari menuju hulu sungai, melewati kamp sementara yang mereka buat. Grace mengambil sebatang kayu bakar untuk dijadikan obor. Mereka terus berlari ke hulu sungai dan kini mereka sampai ke sebuah air terjun. Mereka terpojok. Tidak dapat lari kemana-mana lagi, mustahil untuk mereka memanjat tebing dipinggir air terjun tersebut, karena licin. Dan gelapnya malam semakin meningkatkan resiko untuk terjatuh. Kini mereka hanya bisa mengandalkan pepohonan besar untuk bersembunyi. Grace melempar obornya ke sungai agar tidak ada cahaya yang menjadi petunjuk Ray untuk mencari mereka.

Suara letusan pistol terdengar semakin mendekati mereka. mereka tahu Ray Hammond akan segera datang.

"Apa boleh buat...." Luke yang melihat Ruka dan Grace yang tampak ketakutan, memutuskan untuk melawan Ray. Ia lalu keluar dari persembunyiannya. Dan menembakkan pistol colt yang tadi diberi pinjam oleh Ray, ke arah sumber cahaya ledakan yang ia lihat di arah hilir sungai.

TARR!

"AWWW!" pistol Colt di lengan kiri Ray terlepas jatuh, jarinya terserempet peluru yang ditembakkan Luke. Pistolnya terjatuh ke sungai. namun, di tangan kanannya masih ada Red Vulture. Ia membiarkan pistolnya yang tak terlihat dimana jatuhnya, dan berlari ke arah Luke menembak sambil sesekali bersembunyi dibalik pohon agar tak tertembak. ia tahu, kalau ia menembak, maka lokasi persembunyiannya akan ketahuan. Namun, sejak tadi, belum terdengar lagi suara tembakan dari Luke. Setelah cukup dekat dengan hulu sungai, Ray mengetahui bahwa Luke, Grace, dan Ruka tidak mungkin melarikan diri karena terhalangi oleh tebing air terjun. Mereka pasti di sekitar sini, pikirnya. Ia lalu menembakan sekali secara asal untuk memancing Luke. Dan benar saja. Luke membalas tembakan tersebut. Ray melihat cahaya ledakan itu dan menembak ke arahnya. Dengan sekali tarik pelatuk lalu menahannya, Red Vulture mengeluarkan 4 butir peluru sekaligus.

DODODODORR!

"Wow... luar biasa, Red Vulture memang kuat." Ray tersenyum kagum mengetahui betapa hebatnya senjata yang ia pegang. Luke membalas tembakan Ray. Ia tahu, kini pelurunya hanya tinggal 3 butir. Ray dan Luke kini mengetahui posisi masing-masing. Mereka sama-sama berada dibalik pohon. Mereka saling beradu tembak.

Luke membuka Revolver di tangannya, tinggal satu peluru. Sementara lawannya masih menghujaninya peluru. Luke menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia lalu keluar dari persembunyiannya. Memperlihatkan dirinya. Ray tertawa melihat kebodohan lawannya yang tampaknya sudah menyerah dan mau mati ini. Ia lalu menekan penuh pelatuk Red Vulture, yang kemudian memuntahkan seluruh pelurunya.

DODODODODODODODORRR!!!!

Seolah mengetahui arah jalannya peluru, Luke dengan cepat berjongkok, sehingga peluru-peluru itu hanya melewati kepalanya. Tidak ada satupun yang mengenainya.

"APA! MANA MUNGKIN KAU DAPAT MENGHINDAR?!" Ray terkejut, ia menarik kembali pelatuk Red Vulture. Namun, tidak satupun peluru keluar dari moncong Red Vulture. Pelurunya telah habis semua. Ia lalu mengambil beberapa butir peluru di kantong peluru miliknya.

"Eh... EHH!! INI RELOADNYA BAGAIMANA?! EHHH!! GAWAT!" Ray panik berusaha mencari dimana tempat memasukan pelurunya. Ia sibuk mencari-cari tombol khusus atau apapun untuk membuka fungsi pengisian ulang peluru, namun tidak dapat ditemukan.

"Eh.. Ehhhh!! Tunggu.. aduhh..dasar pistol tidak berguna!" kepanikan Ray membuatnya tidak menjatuhkan Red Vulture dan menghamburkan peluru-pelurunya. Ray kini terdiam tak bergerak. Ia sadar, Luke telah menodongkan pistol colt miliknya itu ke arahnya.

"Cih, dasar pengecut, sudah kupinjamkan pistol, kau malah kabur dari duel dan sekarang akan menembakku dengan pistol milikku." Ray berkata lirih dan pasrah. "TEMBAK SAJA AKU! BAWA PERGI SAJA GRACE DARIKU! BAWA SAJA PEREMPUAN BERDADA BESAR ITU!" Ray berteriak Parau. Wajahnya terlihat sedih, dia teringat akan semua hal yang pernah ia lakukan semasa hidup. ia telah membunuh banyak orang dan kini ia tahu, dengan satu gerakan jari saja. Luke dapat membunuhnya. Ia meneruskan perkataannya dengan suara yang terdengar galau "Baiklah.. kau boleh menembakku... tapi aku minta satu hal... sebelum aku mati.. untuk terakhir kalinya... Nona... Nona dada besar.. bolehkah saya menyentuh.."

"LUKE! BUNUH SAJA DIA!! CEPAT!!!" kali ini Ruka terlihat sangat marah dan geram. Luke tersenyum pada Ray. Ia masih menodongkan senjatanya ke arah Ray. Ia menarik pemicu dengan ibujarinya. Ray memejamkan kedua matanya.

DORR!!

Ray jatuh berlutut. Pikirannya tertuju pada penyesalan hidup yang tidak akan ada habisnya. Ia akan mati penasaran karena permintaan terakhirnya tidak terkabul, pikirnya. Namun, ia merasa aneh. Tidak ada satupun peluru yang mengenai tubuhnya. Ia masih hidup.

"Nih, kukembalikan!" Luke melempar pistol colt ditangannya ke arah Ray. Pistol itu jatuh di depan ray.

"HAHAHHA.. HAHAHAH! DASAR BODOH!!" Ray dengan segara mengambil pistol itu, membuka revolvernya lalu memasukan beberapa butir peluru.

BUGH!!

Sebuah benda terjatuh dari atas pohon tepat di depan Ray. "KYAAAAH!" Ray berteriak kaget.

Nguuuuung~ Nguuung~ Nguuuung~

"A.. Apa ini! LEBAH! SARANG LEBAH!! KYAAAAHH.. AWW~" Ray panik, suaranya terdengar seperti seorang gadis yang ketakutan. Benda yang jatuh tersebut adalah sarang lebah yang cukup besar. Sarang lebah itu jatuh karena Luke menembak ranting tempat sarang itu dibangun oleh lebah. Beberapa lebah mengentup Ray dan yang lainnya mengerubunginya. Ray berlari panik, lalu ia menceburkan dirinya ke sungai. lalu terbawa aliran sungai menuju hilir. Rombongan lebah itu terbang mengikutinya ke hilir sungai.

Luke tersenyum singkat. "Sudah kuduga.. dia pasti wanita.." Luke lalu mengambil Red Vulture yang terjatuh di tanah. Lalu berjalan ke arah Ruka dan Grace yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu dari balik pohon.

"Luke, bagaimana kau melakukannya? Bagaimana kau tahu di atas pohon itu ada sarang lebah? Bagaimana kau bisa menembaknya dengan tepat? Luke?" Ruka bertanya-tanya dan kagum pada rekannya ini. Ia merasa tenang. Luke tidak menjawab pertanyaannya. Ia hanya tersenyum melihat Ruka, lalu memberikan Red Vulture itu kepada Ruka. Jantung Ruka berdebar-debar. Baru kali ini ia merasakan perasaan aneh seperti ini. Hatinya berseri-seri. Ia kini merasa aman dari situasi yang tadi sangat menegangkan dan mengesalkan baginya. Namun, tiba tiba, luke terjatuh. Ruka lalu menahannya.

"Luke! Hey, Luke? Kau tidak apa-apa? Luke! Apa peluru mengenaimu?" Ruka yang tadi sempat merasa senang. Kini tiba-tiba kembali tegang. "Luke, jangan mati dulu, hey! Pistolnya baru ketemu satu! Luke.. " tanpa disadari, Ruka menitikkan air mata. Walaupun bodoh dan lemah, rekannya telah menyelamatkan nyawanya dua kali. Dari coyote brothers dan dari Swiftgun Hammond. ia pun merasa perasaannya tidak wajar. Tidak mungkin ia merasa suka dalam waktu yang singkat ini pada orang yang baru saja ia kenal beberapa hari yang lalu. Ia tidak tahu akan perasaannya, apakah itu rasa suka? Kesal? Atau khawatir karena seseorang yang telah melindunginya kini dalam bahaya? Ataukah karena orang yang menyebabkannya mengeluarkan uang 9000 dollar sekarang tidak bisa mengembalikan uangnya? Atau apa? Ia belum pernah mengalami perasaan berkecamuk seperti ini. Sambil meneteskan air mata, Ruka memeluk Luke erat. Luke masih tidak sadarkan diri. Grace hanya bisa melihat mereka berdua. Memang, ia merasa berterima kasih kepada mereka. tapi karena ia-lah mereka berdua berada dalam bahaya yang bisa merenggut nyawa mereka. Grace pun ikut bersedih.

"Uhuk! Uhuk!" Luke terbatuk, ia terbangun dari pingsannya.

"Luke.. kau masih hidup. dasar bloon, kukira kau sudah mati..." ujar Ruka sambil menghapus air matanya yang menetes. Kini ia merasa sedikit lega.

"Su... Susu..." Luke terbata-bata sambil mengangkat tangan kanannya. Lalu tangannya terjatuh, terkulai lemas dan mendarat di sebuah bantalan empuk yang aneh, yang menyebabkan sebuah tinju mendarat di pipinya.

DUAGH!!

"KURANG AJAR! MATI SAJA SANAAAA!!!!" bentak Ruka sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Grace tertawa melihat kejadian itu. Dan Luke pingsan kembali tak sadarkan diri.

********