webnovel

Kebimbangan

Belum sempat ketidakpercayaannya mereda, kini Lucia malah menambah bensin pada api. Hampir saja bola mata ke luar dari tempatnya ketika mendengar bahwa Lucia mendapatkan dua buku keterampilan di saat yang bersamaan dari monster terlemah—slime. Kendatipun demikian, Lucia sama sekali tidak terlihat puas dengan hasil yang di dapatkannya.

"Tapi sayang, aku gak dapat perlengkapan apa pun selain jelly biru."

Garis kehijauan terlihat kian bermunculan di kepala Npc Lorian dengan kedua tangan yang terkepal ketika melihat sikapnya yang begitu menjengkelkan. Hingga akhirnya sebuah pukulan mendarat di kepalanya, karena terlalu banyak menggerutu.

"Berhentilah merengek, Badjing*n! Apa kau tidak tahu seberapa beruntungnya dirimu itu! Sialan, kau membuatku merasa sangat iri."

Lucia sama sekali tidak mengerti maksud sebenarnya dari perkataan Npc Lorian, tetapi satu hal yang pasti, itu adalah sesuatu yang hebat.

"Umumnya hampir mustahil untuk bisa mendapatkan buku keterampilan dari monster di bawah level 10, terlepas dari tingkat keterampilan itu sendiri. Kendatipun demikian, bukanlah hal yang mustahil untuk mendapatkan dropnya dengan persentase tak lebih dari 0,0001%. Sialan, keberuntungan macam apa yang di miliki bocah ini," gerutu Npc Lorian dalam hati yang di penuhi kedengkian.

"Jadi, keterampilan macam ap—pufff! Sialan, kenapa kau begitu beruntung? Arghhh!"

Ketika melihat dua jenis keterampilan yang di miliki Lucia, Npc Lorian semakin menjadi iri karena salah satunya adalah keterampilan yang memang ia inginkan sedari dulu. Sejenak Npc Lorian berpikir untuk membunuh Lucia karena memiliki keberuntungan yang teramat mengerikan. Enggan untuk terus-terusan menderita, Npc Lorian langsung menyuruh Lucia untuk pergi ke area bernama Hista, lokasi dengan monster level 7 ke atas.

Setelah selesai membeli sebilah belati yang menghabiskan seluruh kekayaannya, Lucia langsung menuju lokasi yang di katakan Npc Lorian. Awalnya dia ragu untuk membeli belati, tetapi hal itu harus di lakukan guna memanfaatkan keterampilannya secara sempurna. Sejenak dia di bingungkan antara memilih pedang dan belati, karena dua hal itu adalah hal yang di butuhkan. Namun, karena harga pedang yang terlampau mahal, Lucia memutuskan membeli belati karena kekurangan uang.

Dengan tujuan grinding dan mencari item untuk di jual, Lucia dengan penuh semangat menuju ke hutan sendirian. Sama halnya seperti sebelumnya, dia mendistribusikan sebagian besar poin stat pada kecepatan dan ketangkasan dengan rasio 8/2 (80% pada kecepatan dan 20% pada ketangkasan).

Sedikit sulit untuk di jelaskan, apakah Lucia seorang ksatria atau pembunuh, karena statnya itu bukanlah stat yang di miliki seseorang dengan pekerjaan ksatria pada umumnya. Berbeda dengan sebelumnya, di perjalanan Lucia sempat di hadang oleh beberapa monster yang lebih lemah darinya. Walaupun begitu, Lucia masih cukup kesulitan karena daya serang yang lemah.

Akan tetapi, hal itu juga sangat menguntungkan karena bisa melatih keterampilan control miliknya. Awalnya belati itu terbang tanpa arah yang jelas, bahkan terkadang terjatuh atau tidak bisa di gerakkan. Sedikit sulit bagi Lucia untuk memahami konsep dasar penggunaan skil control, karena skil itu adalah pengendalian yang menggunakan otak dan di atur secara manual. Pada dasarnya kebanyakan skil di atur secara otomatis oleh sistem untuk membidik atau bergerak sesuai perintah yang sudah di berikan tanpa adanya kesulitan yang berarti.

Namun, kali ini berbeda karena keterampilan control sedikit istimewa. Walaupun sedikit sulit baginya, kini Lucia sudah bisa mengendalikan belati miliknya lebih baik dari sebelumnya. Walaupun dia hanya bisa menerbangkan dan mengenai musuhnya apalagi diam dan dalam keadaan paling tenang dan fokus.

Roarrr!

Belum sempat Lucia tiba di Lista, raungan monster terdengar begitu mengerikan. Bahkan dia sampai berhenti karena terkejut dan merasakan tekanan dari suara raungan tersebut. Tak lama kemudian, seekor monster berlevel tinggi muncul di tengah pertengahan jalan. Beruntung Lucia sempat bersembunyi sebelum di ketahui monster itu.

Monster itu memiliki bentuk selayaknya seekor macan tutul dengan tinggi sekitar 1 meter. Dia berbaring di tengah jalan, seolah dengan sengaja menghalangi pemain atau monster lain untuk melewati tempat itu. Namun, bar hp monster itu menunjukkan sesuatu yang berbeda. Bar healt miliknya berada dalam kondisi kritis—di bawah 10%—karena bertarung dengan sesuatu yang mengerikan.

Dalam keraguan, Lucia di tempatkan pada dua pilihan. Memilih untuk mencoba membunuhnya atau mencoba untuk menghindarinya dan diam-diam pergi ke Lista.

"Haa ... kuharap ini keputusan yang tepat!"

Lucia yang bersembunyi di antara pepohonan dan berada di tempat tinggi, mencoba untuk mengikis darah monster itu dengan belati yang di kendalikan menggunakan control skil. Benar saja, monster itu sama sekali tak bereaksi pada belati milik Lucia. Mungkin karena damage yang di berikan sanggatlah kecil, sehingga tidak di anggap sebagai ancaman olehnya. Belum ragi regenerasi monster itu jauh lebih tinggi daripada damage yang di hasilkan Lucia untuk setiap 10 detiknya.

Hangatnya blnar semakin menguatkan keraguan, tetapi silir angin menguatkan tekad untuk berjuang. Ketika sehelai daun menyentuh tanah, Lucia bergerak secepat yang di bisa. Bahkan tanpa ragu dia melompat dari atas pohon tempatnya berpijak guna mengambil sebuah kesempatan untuk menusuk kepala monster yang tengah beristirahat itu. Akan tetapi, sesaat sebelum Lucia memenggal kepalnya. Monster itu membuka mata dan menatapnya dengan penuh welas cinta, seolah benar-benar berharap untuk binasa.

Slash!

Bahkan dengan serangan yang begitu lemah, Lucia berhasil memenggal kepala monster itu. Mata yang menatap dengan penuh kesedihan, membuat dadanya terasa sesak. Sedikit pun tak ada kesenangan dalam pembunuhan, bahkan ketidakwajaran membuatnya kebingungan. Umumnya adalah hal yang mustahil untuk membunuh monster dengan level lebih tinggi dalam sekali serang, tak peduli apa pun alasan dan caranya.

Lucia bersimpuh di depan tubuh monster yang tengah menghilang menjadi butiran cahaya, kemudian memejamkan mata dan memberikan penghormatan terakhirnya. Lucia yang mengira bahwa monster itu sebelumnya meremehkan dirinya karena tak bereaksi dengan serangan belati, hanya bisa tertegun. Matanya kini terpaku pada langit biru dengan keraguan memenuhi hati.

Lavender di antara kelopak memberikan kesan indah nan kesedihan, hitam dan putih nan panjang terurai lembut di sapa sang angin. Mangata kian menjadi kelabu, bulir air perlahan jatuh membasahi tanah yang gersang. Levelnya meningkat cukup pesat, tetapi sedikit pun tak ada kesenangan tersirat.

"Haa ...."

Enggan memeriksa inventory-nya, Lucia berjalan dengan pelan menuju tempat yang berlawanan. Levelnya yang kini sudah meningkat menjadi 12, tidak cocok untuk pergi ke Lista. Di bawah derasnya hujan, dia terus berjalan seraya mencengkeram sebilah pedang dan belati yang terus melayang di belakang. Tak peduli apa yang menghadang, Lucia melawannya tanpa keraguan sedikit pun. Tiada lagi kesenangan dalam permainan, melainkan bagaimana mendapatkan uang dengan cepat.

ตอนถัดไป