Aku mulai bergaul dengan bandar narkoba yang ada di new york sangat mudah bagiku untuk berbaur bahkan aku sudah menjadi teman baik dari pemimpin mereka dan bukan berarti aku meremehkan bawahannya,aku sering bercanda bersama mereka dan bercerita mengenai sikap ponakanku ternyata mereka tahu bahwa ponakanku sering dibawa oleh wanita yang pernah kulihat itu ke club malam hal itu membuatku sangat marah bahkan mereka mengadu bahwa seringkali perempuan itu membeli narkoba dari mereka dan memberi pada keponakanku dalam bentuk rokok yang terlihat biasa.Akupun mengatakan bahwa apabila mereka melihat keponakanku sekalian saja dihajar agar dia tahu rasa,bukan saja hanya bandar narkoba yang kutemani bahkan pihak kepolisian banyak yang menjadi teman dekatku karena pergaulan itulah yang merenggangkan hubunganku dengan george,acapkali kami berkelahi tapi ia tak kunjung memutuskanku"aku tahu kamu sangat mudah bergaul dengan banyak lelaki tapi pikirkan juga dengan perasaanku,bahkan kita berpacaran sudah lebih tiga tahun kamu tidak pernah menanyakan kabarku ataupun tetawa untukku aku tidak tahu apakah kamu memberi hati untuk hubungan kita,aku tidak tahu apakah kamu mencintaiku,bahkan aku tak pernah tau kamu dimana,apa masalahmu dan bagaimana keadaanmu."tandas george saat kami berdua bertemu,melihat mimiknya dan juga matanya yang hampa kosong aku merasa sangat sakit dan seperti ada tiupan angin aku merasa diam kaku hingga pada saat dia hendak pergi karena merasa kecewa atas ketidakadaan tanggapanku,aku akhirnya mengejarnya memeluk ia dari belakang yang membuat ia sontak berhenti kaku.Setelah george menguasai emosinya ia berbalik hingga tubuh kami hanya berjarak beberapa centi,ia menarikku kepelukannya dan aku merasa sangat nyaman tidak pernah kurasakan kehangatan yang demikian kemudian ia membisikkan sesuatu ditelingaku"bagaimanapun keadaanmu percayalah aku selalu ada dibelakangmu dan dikejauhan untuk mengawasimu" aku mendengar dan menoleh keatas untuk melihat wajahnya kutatap matanya yang berwarna coklat emas dan mata kami bertemu entah keberanian darimana ia menundukkan kepalanya menuju wajahku,aku yang tidak pernah berciuman sempat kalut dan cemas hingga pada akhirnya dia memahami keadaan membelai rambutku dengan lembut lalu mengecup bibirku dengan lembut,ia memeluk pinggangku dan entah mengapa aku menggantungkan tanganku dilehernya,akupun berbisik"seandainya aku sangat tidak peduli terhadapmu aku tak akan tahan denganmu,aku mencintaimu george tetaplah sabar dengan sikapku"lalu aku kembali mengecupnya untuk yang terakhir kali.