webnovel

Alpha dan Zero

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Tidak peduli bagaimana aku bisa mengetahuinya, seharusnya kau memberitahuku sejak awal!" Vincent tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Bagaimana aku bisa memberitahumu kalau aku saja baru tahu bahwa Cathy adalah anak perempuan Chloe. Sejak awal aku berpikir mereka berempat adalah anak dari Daniel."

"Daniel? Siapa itu?"

Benjamin menghela napas. "Daniel Paxton. Dia adik seibu dengan Chloe. Bisa dibilang dia adalah kakakku."

"Kau punya kakak laki-laki? Kenapa aku tidak pernah bertemu dengannya?"

Benjamin menjawabnya dengan senyuman sinis. Mana mungkin Vincent bisa menemuinya kalau dirinya sendiri saja tidak pernah bertemu dengannya.

"Aku dengar Daniel melarikan diri dari rumah saat ayah menikah dengan ibuku. Sejak saat itu ibu tidak pernah menyinggung nama Daniel dan memastikan pada orang-orang bahwa aku adalah satu-satunya putra Davone."

Vincent menggelengkan kepalanya tidak percaya. Dia tahu, semenjak Lest menceritakan asal usul keluarga Paxton, dia tahu keluarga Chloe sangat rumit. Dia sama sekali tidak menyangka, seiring berjalannya waktu keluarga ini semakin rumit seperti benang kusut yang sudah tidak bisa diuraikan.

"Dimana Daniel sekarang?"

"Dia dirawat di rumah sakit jiwa. Sepertinya kehilangan istri yang dicintainya membuatnya tidak bisa menahan tekanan hidup."

Kedua mata Vincent melebar mendengarnya. Dia teringat ucapan Cathy kemarin malam.

'Kau tahu dimana papa sekarang? Dia ada di rumah sakit jiwa... ada kemungkinan... yang akan datang, aku mungkin.. mungkin juga..'

Jadi Daniel yang telah menampar Cathy? Daniel yang membuat Cathy kehilangan penglihatan warna dan membuat Cathy berpikir dia juga akan berakhir sama seperti ayahnya?

Meski Cathy bukan putri kandungnya, bagaimana bisa seseorang tega menyakiti keponakannya? Apakah karakter ini memang sifat genetika dari Paxton? Leonard juga tega memberi racun pada keponakannya selama berbulan-bulan hingga memperlakukan keponakannya sedemikian keji mengakibatkan kematiannya.

Inilah sebabnya dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Paxton. Darah Paxton dipenuhi dengan ambisi, serakah dan kejam. Mereka akan melakukan segala cara demi mencapai tujuan mereka.. meski harus membunuh saudara kandungnya.

"Kalau begitu apa rencanamu sekarang?" Vincent agak penasaran apa yang akan dilakukan sepupunya setelah mengetahui Cathy adalah putri Chloe.

"Aku berencana mengirimnya ke luar negeri. Dengan begitu Martin ataupun James tidak akan pernah melihatnya dan tidak akan tahu Chloe pernah melahirkan seorang anak."

"Sayangnya... Hari ini Martin sudah bertemu dengannya."

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Tidak peduli dimana kau mengirimnya, cepat atau lambat Martin akan menemukannya. Bukankah sebaiknya kita memikirkan solusi lainnya?"

Benjamin terdiam memikirkan sesuatu dengan serius. Sementara Vincent mengingat kembali peringatan Chloe sebelumnya. Wanita itu tidak ingin Benjamin terlibat, dia tidak ingin Leonard atau Martin menyakiti Benjamin. Tapi Benjamin bukanlah anak tak berdaya seperti dulu lagi. Dia memiliki kekuasaannya sendiri dan pemikirannya setara dengan anggota tim inti LS. Dan lagi.. Vincent lebih mempercayai Benjamin daripada LS.

"Benjie, ada satu hal yang ingin kuberitahukan padamu. Apa kau pernah mendengar Alpha dan Zero?"

Benjie menengadahkan kepalanya ke arah Vincent. "Bagaimana kau bisa mengetahui nama itu? Apa mereka menemuimu? Dimana mereka?"

"Berarti kau pernah bertemu dengan mereka?"

"Aku pernah melihat salah satunya. Kenapa kau membahas mereka?"

"Aku ingin membuat mereka muncul kembali."

Benar. Hanya Alpha dan Zero yang setia melindungi pewaris tahta Paxton. Hanya saja, semenjak Chloe mematikan Stealth, Chloe mengusir keduanya dan hingga sekarang tidak ada yang tahu keberadaannya.

Alpha dan Zero masing-masing memiliki kemampuan yang luar biasa menjauhi orang normal. Bahkan tidak ada anggota tim LS yang bisa menyaingi mereka. Rumor mengatakan keduanya berasal keturunan langsung dari Savannah Paxton. Mereka berdua dilatih menjadi tak terkalahkan atas permintaan Atlas untuk melindungi Davone serta penerusnya.

Sayangnya, Alpha dan Zero hanya mau bertindak berdasarkan data Stealth. Jika Stealth tidak menyala, maka mereka juga tidak akan bertindak. Sebaliknya begitu Stealth menyala, keduanya akan melindungi pewaris tahta serta orang-orang yang disayanginya.

Berbeda dengan LS, mereka hanya ingin melindungi pewaris tahta dan tidak memperdulikan orang yang dikasihi sang pewaris tahta. Vincent tahu, ada begitu banyak yang disayangi Cathy. Ketiga adiknya, Katleen Morse serta orang-orang yang bekerja di Red Rosemary. Dia tidak ingin jika suatu saat nanti Martin menggunakan adik Cathy untuk membuat Cathy masuk ke dalam perangkapnya.

LS tidak mungkin mengirim anggotanya untuk melindungi adik Cathy maupun Katleen. Mereka hanya fokus melindungi Cathy saja. Berbeda dengan Alpha dan Zero. Jika Stealth aktif, Alpha dan Zero pasti akan bergerak untuk melindungi Cathy serta orang-orang disayangi Cathy.

Benjamin tahu apa yang direncanakan Vincent tanpa harus bertanya. Alpha dan Zero sangat melegenda diantara keluarga Paxton. Hanya karena tidak ada yang pernah melihat mereka sebelumnya, keduanya dianggap mitos atau rumor belaka. Kenyataannya, Alpha dan Zero memang tidak pernah menunjukkan diri kalau bukan masalah darurat.

Benjamin sendiri hanya kebetulan bertemu dengan salah satunya saat dia berusia sekitar tujuh tahun. Waktu itu dia terlepas dari pengasuhnya dan menyeberang jalan seorang diri. Dia tidak mengerti peraturan lalu lintas dan sebuah truk melesat ke arahnya nyaris menabraknya. Kalau saja tidak ada yang mendekapnya dan langsung menjauhkannya dari jalanan raya, dia pasti sudah mati tertabrak truk itu.

Orang yang menyelamatkannya memakai topeng bewarna merah dan memberitahunya untuk tidak menyeberang seorang diri. Begitu pengasuhnya terlihat kembali, orang bertopeng merah tersehut menghilang. Saat dia menceritakannya pada Chloe, barulah dia tahu orang yang menyelamatkannya adalah Alpha.

Rupanya selama ini Alpha melindungi dan mengikuti Benjamin diam-diam. Chloe juga bercerita ada satu orang lagi dengan nama Zero memakai topeng bewarna hitam. Namun Benjamin belum pernah bertemu dengan Zero.

Semula Benjamin tidak mengerti kenapa Alpha dan Zero harus melindunginya tapi tidak pernah kelihatan. Dia juga tidak mengerti kenapa dia membutuhkan seorang pengawal.

Semakin usianya bertambah dia menyadari paman dan kedua sepupu Chloe bersikap jahat padanya dan berusaha menculik Benjamin kecil untuk dijadikan sandera. Tentu saja usaha mereka selalu gagal karena Alpha selalu berhasil mengeluarkannya dari cengkeraman mereka.

Hanya Alpha dan Zero yang bisa melindungi banyak orang disaat bersamaan. Entah bagaimana caranya, tapi kemampuan keduanya sudah tidak perlu diragukan lagi.

"Bagaimana caranya kau membuat mereka muncul kembali?"

"Aku masih memikirkan cara lain. Tapi, saat ini satu-satunya cara membuat mereka muncul adalah dengan mengaktifkan Stealth. Kita harus segera menemukan kunci pengaktifan."

"Stealth? Apakah kita membicarakan kunci yang sedang dicari Martin selama ini?"

"Benar."

Benjamin memijat keningnya sambil mendesah. "Sebenarnya apa yang bisa dilakukan Stealth hingga Martin begitu putus asa mencarinya?"

"Lebih dari yang bisa kau bayangkan." jawab Vincent dengan senyuman kecut.

"Sepertinya kau memutuskan untuk memberitahunya semua huh?" tiba-tiba suara orang asing terdengar disusul dengan sosok seorang pria keluar dari bayangan kamarnya. "Lama tidak berjumpa Benjamin."

Kening Benjamin mengerut sama sekali tidak mengharapkan kehadiran orang itu. Dan lagi, bagaimana Lest bisa memasuki penthousenya tanpa mendobrak pintunya?

Tentu saja mengingat profesi pria tua ini, Benjamin sudah tidak terlalu terkejut lagi.

"Aku sama sekali tidak mengharapkan kedatanganmu Lest." sahut Ben dengan dingin namun membiarkannya duduk bergabung dengan mereka.

Malam itu ketiganya mulai mendiskusikan cara terbaik untuk melindungi Catherine. Vincent masih bersikeras untuk mencari cara menemui Alpha dan Zero namun Lest menyuruhnya untuk menyerah. Karena keduanya tidak akan bisa ditemukan dengan mudah kalau mereka tidak ingin ditemukan. Satu-satunya cara untuk membuat mereka muncul kembali adalah mengaktifkan Stealth. Yang berarti mereka harus membuat Cathy mengingat kembali dimana dia menyimpan kunci tersebut.

Sekali lagi Vincent menentangnya karena yakin Chloe tidak mungkin menyerahkan kunci sepenting itu pada Cathy. Benjamin juga sependapat dengan Vincent, yakin Cathy tidak memiliki kuncinya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menemui Daniel Paxton di rumah sakit jiwa keesokan harinya. Mereka ingin menyelidiki apakah ada kemungkinan Chloe memberikannya pada Daniel.

Sayangnya begitu Vincent dan Benjamin tiba disana, seseorang telah membawa Daniel keluar dari rumah sakit itu. Lest segera menyelidikinya apakah Martin telah membawanya dan menjadikannya sandera. Sayangnya tidak ada tanda-tanda Daniel berada di tangan Martin. Juga tidak ada gerakan yang mencurigakan dari Martin untuk menangkap Daniel. Lalu, siapa yang telah membawa orang sakit jiwa pergi keluar dari perawatannya?

"Aku ingin melihat kamar yang pernah dipakainya." ucap Vincent dengan nada datar.

"Kenapa kau ingin melihat kamarnya?" tanya Benjie merasa penasaran dengan sikap aneh sepupunya.

"Entahlah. Siapa tahu kita menemukan sesuatu disana." jawab Vincent cuek.

Begitu masuk ke sebuah kamar kosong, mereka segera melihat ke sekeliling seolah sedang mencari sesuatu.

Mereka mendapat kabar Daniel Paxton telah keluar dari rumah sakit ini dua minggu lalu. Itu sebabnya mereka tidak terlalu berharap banyak karena menduga barang-barang yang disimpan Daniel sudah pasti diambil atau dibuang oleh pihak rumah sakit.

Vincent mendesah pasrah karena tidak menemukan petunjuk apapun. Dia memang tidak suka perlakuan Daniel terhadap Cathy, tapi biar bagaimanapun Cathy telah menganggap Daniel sebagai ayahnya. Karena itu dia berharap Daniel tidak berada dalam genggaman Martin.

"Tidak ada apa-apa disini." sahut Benjamin. "Sebaiknya kita kembali."

Vincent menyetujuinya dan hendak berjalan keluar saat matanya menangkap sesuatu. Ada sebuah coretan seperti gambar di tembok. Gambar itu sangat kecil dan tersembunyi di belakang lemari. Jika orang hanya melewatinya biasa, tidak akan ada yang menyadarinya.

Namun Vincent telah dilatih untuk menyadari hal sekecil apapun di sekitarnya. Karenanya gambar kecil itu sangat menarik perhatiannya.

Vincent berjongkok dan menajamkan penglihatannya melihat gambar itu. Begitu menangkap arti gambar tersebut, Vincent melamun untuk sejenak.

"Apa yang sedang kau lakukan? Kau menemukan sesuatu?" tanya Benjamin

"Tidak." jawab Vincent sambil bangkit berdiri dan menyusul sepupunya.

"Aku harap kita bisa menemukan kakakku." ucap Benjie. "Aku akan mengerahkan semua orangku untuk mencarinya. Jadi kau tidak perlu khawatir dan fokus apapun yang ingin kau lakukan."

"Hm."

Selama perjalanan dengan menggunakan mobil Ben, keduanya saling berdiam masih sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

"Vincent, apa kau yakin masih ingin bersama Catherine?" Benjamin sudah mengetahui hubungan spesial sepupunya dengan keponakannya melalui diskusi mereka kemarin malam. Hanya saja Benjamin sangat meragukan apakah hubungan mereka bisa bertahan atau tidak. "Begitu Vienna tahu Cathy adalah putri Chloe..."

"Aku tahu. Biarkan aku yang mengurusnya. Daripada hubunganku dengan Cathy, bagaimana denganmu? Sampai kapan kau akan membuat Felis menunggu?"

"Kau tahu?"

"Dia pernah menceritakannya padaku... dalam keadaan mabuk. Jadi ya, jangan salahkan dia. Dia bilang kau memintanya untuk menunggumu enam tahun yang lalu."

"Benar. Waktu itu aku berpikir aku ingin menyelesaikan urusan bisnis Paxton ini dan menyerahkannya pada Catherine. Kemudian aku akan melepas nama Paxton dan mengembangkan Star Risen. Baru setelah itu aku akan melamarnya."

Vincent tersenyum mendengarnya. Dia tahu Benjie sangat menyukai sahabatnya, hanya saja dia sama sekali tidak menyangka sepupunya berencana melamarnya langsung. Lamaran sepupunya tidak akan mudah mengingat orang tua Felicia sangat tidak menyukai Paxton, apalagi Benjamin.

"Kalau begitu semoga beruntung."

"..." Benjamin sama sekali tidak menanggapinya, dia hanya menatap ke jalanan dengan sedih. "Aku rasa.. aku tidak bisa lagi membuatnya menunggu. Aku memutuskan untuk melepaskannya."

Seketika senyuman Vincent lenyap. "Alasannya?" pertanyaannya lebih ke arah menuntut jawaban.

Benjamin merasa Felicia tidak akan bisa hidup tenang jika menikah dengannya. Dengan konflik antar sepupu Paxton belum lagi bisa membahayakan keselamatan mereka, bagaimana mungkin dia tega membiarkan wanita yang dicintainya masuk ke dalamnya? Dia juga tidak yakin apakah dia masih bisa hidup selama dua tahun kedepan.

Chloe yang memiliki kekuasaan dan perlindungan ketat dari organisasi khususnya saja bisa gagal dan mati terbunuh... apalagi dia yang bukan apa-apa, tidak memiliki darah Paxton namun terjebak kedalam peperangan ini. Dia tidak akan bisa melindungi istri ataupun anak-anaknya kelak.

Selama Martin masih hidup, selama keserakahan dan ambisi masih mengalir pada darah Paxton, siapapun yang memasuki keluarga Paxton melalui pernikahan tidak akan bisa hidup damai. Ibunya juga begitu. Ibunya selalu sibuk mengamankan harta ayahnya dan berusaha menjadikan miliknya. Karena jika ibunya tidak memiliki kuasa apapun, dia pasti akan ditindas oleh sepupu Chloe.

"Kalau kau jadi aku, dan Felis adalah Cathy.. apakah kau akan membiarkannya masuk ke dalam sarang Paxton?"

"Tidak." Vincent menjawabnya tanpa keraguan. Jika Vincent merupakan anggota keluarga Paxton, dia lebih memilih untuk tidak menikah dengan siapapun. Karena dia tidak ingin istrinya hidup dalam bayangan kematian.

Akhirnya mereka kembali terdiam hingga sampai ke tempat tujuan mereka.

"Ngomong-ngomong apakah kau tahu siapa ayah kandung Cathy?" tanya Vincent yang dijawab gelengan kepala dari Benjamin.

Rupanya kemarin malam Lest tidak memberitahu mereka siapa ayah kandung Cathy serta kenyataan bahwa Cathy memiliki kakak kembar.

Dimana Daniel? Apa yang diketahui Vincent mengenai coretan yang dilihatnya?

Nanti malam akan saya up lagi, mumpung sudah ada. Tinggal di revisi aja.

Happy reading

VorstinStorycreators' thoughts
Next chapter