Cathy melirik satu per satu dress casual yang sudah dibeber di ranjang besarnya. Ada satu dress yang panjangnya agak sedikit di atas lutut dengan sabuk pita di pinggang yang cantik, ada terusan tanpa lengan dengan renda di ujung rok, atau memadu padakan kaos broklet dengan rok pendek. Tidak.. sepertinya kalau memakai rok pendek, malah dia sendiri yang tidak akan nyaman. Apa sebaiknya dia memakai kaos dengan celana jeans seperti biasa saja?
Cathy menutup wajahnya dengan kedua tangannya benar-benar merasa bingung. Dia mencoba mengobrak-abrik isi lemarinya untuk melihat baju apa saja yang dia miliki.
Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dia sama sekali tidak pernah memikirkan penampilannya saat menemui seseorang. Bahkan saat bekerjapun dia hanya memakai seadanya dengan celana jeans kesukaannya. Lalu kenapa dia sampai mengacak-acak isi lemari yang sebelumnya nyaris tidak pernah dibongkarnya?
Cathy berjalan mundur menjauhi lemarinya tidak percaya apa yang akan dilihatnya. Untuk pertama kalinya semenjak dia tinggal disana, situasi lemari pakaiannya tampak seperti kapal pecah.
Akhirnya dia berbaring di kasurnya dengan helaan napas pasrah. Dia bahkan tidak bisa melihat warna, jadi bagaimana caranya dia tahu dia akan terlihat cantik saat memakai baju pilihannya?
Cantik.. dia seringkali mendengar kata cantik yang ditujukan untuk dirinya. Tapi tidak pernah sekalipun dia menganggap mereka dengan serius karena tiap kali dia memandang pantulannya di cermin, dia sama sekali tidak terlihat cantik. Yang ada tatapan mata sedih dipenuhi dengan kepahitan, dan juga warna abu-abu yang menyelimutinya dari atas kepala hingga ujung kaki.
Bagaimana rasanya bila dia menganggap dirinya cantik? Apakah dia bisa cantik? Apakah orang yang akan ditemuinya akan...
Cathy menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras sebelum mengambil bantal dan menutupi wajahnya.
Dia merasa dirinya sudah gila. Dia bahkan berharap pria itu bisa menganggapnya cantik. Karenanya dia berusaha memilih pakaian yang bisa menunjukkan kecantikannya. Benar. Dia ingin menunjukkan penampilan terbaiknya untuk pemuda itu. Ini.. pertama kalinya.
"Aaaaaaa.." Cathy berteriak di bawah bantalnya meluapkan rasa frustasinya. Tentu saja suaranya teredam dengan sempurna agar tidak membuat adik-adiknya khawatir.
Setelah tak bergerak sejenak dia mulai bertanya-tanya.. apakah sebaiknya dia memakai baju biasanya saja? Lagipula dia juga tidak ingin dipandang terlalu berlebihan. Toh, mereka bukan pasangan kekasih dan pertemuan ini juga bukanlah kencan. Benar. Dia akan pakai baju yang biasanya saja. T-shirt dengan celana jeans favoritnya.
Dia sudah berganti pakaian dengan sesuai pilihannya dan sudah pamit pada ketiga adik-adiknya serta mengecup kening mereka, bahkan sudah keluar dari gerbang rumahnya. Langkahnya terhenti dan mendecak kesal ke arahnya sendiri.
Dia langsung berlari kembali masuk ke rumahnya dengan terburu-buru.
"Anna, tolong bantu kakak."
"Bantu apa?"
"Bantu kakak pilih baju yang cantik."
Terlihat sekali mata Anna berbinar-binar. Hobi Anna yang paling diminatinya adalah mendadani saudari-saudarinya dengan sangat cantik. Lagipula anak ini sebentar lagi akan masuk kuliah jurusan fashion designer. Seleranya soal fashion sudah tidak diragukan lagi.
Siapa yang pernah kayak gini hayo.. bingung milih baju pas mau ketemu ma gebetan
Hihihi
Ini cuman spin off aja ya. Kejadiannya persis setelah Vincent ajak Cathy ketemuan di bab sebelumnya
Semoga kalian suka