Ya, Nike melakukan itu untuk membalas Dona. Membalas atas penghinaan yang sudah Dona berikan padanya waktu itu. Sehingga sampai detik ini tuan Arjun Saputra tidak pernah lagi menyapanya.
---
Acara makan malam ini sedikit spesial, karena seluruh anggota keluarga datang. Tidak terkecuali Dinda. Walaupun istri kecil tuan Arjun Saputra itu sedikit malas, untuk urusan perut dia tidak mau ketinggalan.
Dinda tidak duduk di samping Dona seperti biasanya yang dimana biasanya dia duduk di samping tuan Arjun Saputra sebelum Dona menjadi istri ke empat tuan Arjun Saputra dan nyonya di kediaman. Dia memilih duduk di samping Nike dan bertukar tempat duduk dengan Bella.
"Sayang kenapa kamu di sana, itu bukan tempatmu?" tegur tuan Arjun Saputra.
"Maacih sayang, tapi di sana panas." kata Dinda ketus.
Dona menanggapi dengan santai ucapan Dinda. Menatap mie yang sudah dengan cepat masuk ke dalam perut Dinda.
Buru-buru Dinda menghabiskan makanannya. Dia gerah jika harus bersama-sama dengan Dona yang kini sibuk melayani tuan Arjun Saputra.
"Enak makanannya?" tanya Nike pada Dinda.
"Enak sih, tapi kok rasanya ada yang berbeda ya mbak. Seperti ah ya sudahlah.." jawab Dinda ragu.
"Berbeda bagaimana?" tanya tuan Arjun
"Mungkin aneh karena koki memakai resep baru. Itu inovasi baru." Dona mencoba mencari pembelaan.
Seketika Dinda terdiam, merasakan gatal di tubuhnya.
"Haduh.."
"Kenapa sayang?"
"Gatal sekali rasanya Arjun, kenapa banyak bintik-bintik merah di lenganku?"
Dinda menggaruk-garuk tubuhnya hingga menimbulkan bintik-bintik merah membuat Dinda menangis karena gatal.
"Makanan apa yang kamu beri pada Dinda Dona?" tanya Nike.
"Makanan apa? Itu mie goreng yang di rekomendasikan Arjun."
"Dinda sayang kamu tidak apa?" tanya tuan Arjun Saputra khawatir melihat Dinda yang terus menggaruk-garuk tubuhnya.
"Apakah kamu memasukan sesuatu yang pantang di makan Dinda?" Nike berpura-pura khawatir untuk melancarkan aksinya.
"Memasukan apa? Aku tidak mengerti."
"Kamu memasukan daging udang yang kamu cincang kan?"
"Jangan sembarangan bicara kamu Nike, kamu tidak punya bukti."
"Kamu perlu pergi?"
"Ya mana buktinya?" tantang Dona.
"Indri bawa kemari pelayan itu." Nike memerintah Indri dengan saksi.
{Flashback On}
"Nyonya apa itu tidak kebanyakan? Jika terjadi sesuatu pada nyonya Dinda bagaimana?" tanya Indri.
"Semakin parah kondisinya justru semakin bagus. karena sudah pasti tuan Arjun akan sangat marah pada Dona."
"Baiklah, tapi nyonya harus cepat sebelum ada yang datang melihat kita."
Buru-buru Nike mencampurkan udang yang sudah dia cincang ke dalam makanan Dinda.
Praaaangggg.. Sebuah nampan alumunium jatuh. Ternyata seorang abdi dalem tengah bersembunyi di balik pintu. Dia tidak sengaja menjatuhkan nampan itu dengan panik.
Indri gegas menyeret abdi dalem itu untuk datang pada Nike.
"Sudah lama kamu di sana?" tanya Nike menginterogasi.
"Ampun nyonya Nike. Jangan hukum saya."
"Aku tanya, apakah kamu sudah lama di sana?" tanya Nike sekali lagi.
"Benar nyonya, saya di sana sejak nyonya Dona di sini."
"Jadi kamu melihat Dona melakukan apa?"
"Nyonya Dona menaruh udang yang sudah ia cincang di mie itu." kata abdi dalem itu lirih.
"Kamu hanya boleh mengingat adegan dimana Dona yang memasukan daging udang cincang itu. Jangan coba-coba mengatakan jika aku juga melakukannya. Kamu paham kan apa maksudku?"
Abdi dalem itu mengangguk pelan. Terlihat ketakutan sampai tubuhnya gemetar.
"Bagus, kamu bisa jadi saksi atas kejahatan di hadapan tuan."
"Ampun nyonya, saya tidak berani."
"Ikuti saja perintahku. Katakan jika Dona memasukan daging udang cincang di makanan Dinda. Maka setelah itu kamu akan mendapat hadiah yang banyak. Kamu tau aku tidak suka jika di bantah. Kamu tau kan?"
"Ba-baik nyonya."
"Bagus."
"Dan kamu Indri, terus awasi dia. Rencana ini harus berhasil."
"Baik nyonya."
Indri kembali menyeret abdi dalem itu untuk segera pergi untuk bersiap-siap menyiapkan makan malam keluarga.
"Kita lihat saja Dona, kamu akan tamat hari ini." gumam Nike.
{Flashback Off}
Indri membawa seorang abdi dalem mendatangi meja makan anggota keluarga. Dinda yang masih menggaruk-garuk tubuhnya karena gatal dan tubuhnya yang semakin banyak mengeluarkan bintik-bintik merah.
"Katakanlah apa yang kamu lihat." perintah Nike pada abdi dalem itu.
Pelayan itu datang mendekati tuan Arjun, bersujud sambil menangis.
"Ampun tuan, saya telah melihat jika nyonya Dona mencampurkan udang yang di cincang oleh nyonya Dona di makanan nyonya Dinda."
"Apa!! Udang katamu?" tuan Arjun Saputra nampak tidak percaya.
"Ampun tuan, ampuni saya."
"Baiklah, kami pergilah sekarang."
"Baik tuan."
Tuan Arjun Saputra menatap Dona tajam "Apa kamu sekarang mengakuinya Dona?"
"Aku tidak melakukannya Arjun. Abdi dalem itu pasti di bayar olehmu kan?" Dona menunjuk Nike.
"Kenapa kamu bicara omong kosong itu. Aku bahkan aku sudah lama tidak memegang uang bukan? Lalu bagaimana caranya aku menyuap abdi dalem itu." kata Nike.
"Bisa saja kamu menjanjikan sesuatu padanya kan?"
"Jangan kamu melempar kesalahanmu pada orang lain Dona. Katakan saja, kamu benar melakukannya atau tidak?" tanya tuan Arjun. Batas kesabarannya sudah mulai habis menghadapi Dona.
Dona bungkam seribu bahasa. Sudah ketahuan basah, yang pastinya sekarang tuan Arjun Saputra pasti sangat kecewa padanya.
Dona membuang tongkatnya, menekuk lututnya di hadapan tuan Arjun Saputra sembari terisak.
"Maafkan aku Dinda. Aku hanya kesal padamu. Tidak ku sangka dengan memberikan sedikit udang cincang di makananmu membuatmu begini. Maaf."
Dinda memandangi Dona dengan malas. Terus menggaruk-garuk tubuhnya yang terasa gatal.
"Kamu ingin membunuhku mbak? Apa salahku, apa koki di sini tidak memberitahu jika aku alergi udang? Kamu ingin aku mati muda secara perlahan? Haduh gatal sekali."
"Tapi aku hanya memberi sedikit saja Dinda."
"Sedikit atau banyak, kamu lihat akibatnya sekarang kan?" kata tuan Arjun.
"Sepertinya kamu cemburu padanya Dona? Semenjak Dinda kembali kemarin kamu menjadi begitu gelisah." Bella tidak tinggal diam, dia yang juga tidak suka dengan Dona ikut-ikutan mengompori.
"Maaf Arjun. Aku berjanji setelah ini tidak akan ada lagi kejadian seperti ini lagi."
"Kalau dasarnya tidak menyukai. Sampai kapanpun pasti akan ada dendam di hatimu itu mbak. Aku tidak mengapa, biarkan Daniar yang menyiapkan makan untukku mulai sekarang." Dinda ingin beranjak pergi, di bantu Daniar ia ingin kembali ke kamarnya untuk istirahat.
"Mari aku bantu sayang." tawar tuan Arjun Saputra.
"Tidak perlu, kamu urus saja urusan di sini. Aku tidak akan menginjakkan kakiku lagi di sini selama kekasihmu itu yang menjadi penanggung jawab. Aku belum mau mati muda. Sudah cukup aku di permalukan seperti ini."
Dinda menolak tuan Arjun Saputra di depan ketiga istrinya yang lain. Sudah tentu tuan Arjun Saputra semakin marah karena rasa sakit hati Dinda.
Memandangi kepergian Dinda dengan dada yang juga terasa sesak.
Kalian semua duduklah ada yang ingin ku sampaikan.
Gegas Nike, Bella dan juga Dona duduk semeja dengan tuan Arjun Saputra. Dona yang tadinya percaya diri sekarang hanya bisa menundukkan pandangannya.
Menghela nafas panjang dan mengatur kembali emosinya.
"Dona kamu membuat satu kesalahan fatal di sini. Aku tidak percaya kamu bisa melakukan hal keji itu hanya karena rasa cemburu. Kamu seharusnya ingat jika kamu belum pulih sepenuhnya. Dan aku memberikan tanggung jawab ini bukan agar kamu menjadi sombong. Yang jelas, mulai sekarang kamu tidak bisa lagi mengambil tanggung jawab ini. Biar Nike yang mengurus semua ini seperti sebelumnya."