webnovel

Bab 43

"Dari kabar itu yang sebenarnya tuan."

"Lalu dimana mereka sekarang? Apa sudah sampai."

"Ya tuan, mobil mereka sudah melewati gerbang utama."

Mendengarnya tuan Arjun langsung berlari untuk menjemput Dinda yang sangat ia rindukan. Meninggalkan Dona yang sekarang sangat kesal itu. Sedikit tidak percaya karena akhirnya Dinda kembali.

"Rencanaku bahkan belum selesai tapi dia sudah kembali. Bedebah sialan!!" umpat Dona.

"Bagaimana ini nyonya?" tanya Denok abdi dalem Dona.

"Kamu rapihkan saja semuanya. Kita akan menemukan kesempatan lain nanti."

Dona dan Denok pergi untuk menyusul tuan Arjun Saputra. Dia sepertinya begitu penasaran dengan keberadaan Dinda yang membuat tuan Arjun kembali merasa bugar itu.

Dengan antusias tuan Arjun Saputra menghampiri mobil yang baru saja berhenti itu.

"Tuan.." sapa Rendi sembari memberi hormat.

"Kerja bagus.." tuan Arjun Saputra menepuk pundak Rendi karena merasa puas.

"Ini sudah menjadi tugas saya tuan."

"Kamu dan anak buahmu akan mendapat hadiah yang banyak karena berhasil membawanya kembali. Terimakasih."

"Tapi sebelum itu saya akan menyampaikan satu hal penting tuan."

"Katakan saja dan jangan sungkan."

Rendi terlihat mendekati tuan Arjun dan membisikkan sesuatu. Hal itu tampaknya membuat tuan Arjun sedikit terkejut. Ekspresinya berubah sedih ketika mendengar hal yang di sampaikan padanya.

"Sudahlah tidak apa. Mungkin aku memang belum di takdirkan mendapatkan kebahagiaan itu. Yang terpenting istriku kembali dengan selamat tanpa kurang apapun."

"Nyonya sudah sadar di dalam tuan, tapi.."

"Aku mengerti. Kamu tenang saja."

Tuan Arjun Saputra berdalih dari Rendi ke mobil. Lalu membuka pintu mobil dan mendapati Dinda yang tengah duduk memalingkan wajahnya.

Tuan Arjun Saputra duduk di sebelah Dinda, menghela nafasnya terlebih dahulu untuk menghadapi istri kecilnya itu.

"Apakah kamu ingin tetap di sini sayang? Ayo kita masuk." tanya tuan Arjun Saputra dengan lemah lembut.

"Gak mau.." jawab Dinda jutek.

"Aku sudah menyiapkan semua yang kamu inginkan di paviliun mu. Tv, game, kulkas yang penuh dengan makanan dan minuman."

Dinda menatap tuan Arjun Saputra "Untuk apa? Kamu sedang menyuap ku?"

"Ya bisa di bilang begitu. Aku ingin menyuap mu untuk tinggal selamanya di sisiku."

"Arjun, ayo kita cerai saja."

"Kenapa?" tuan Arjun tampak sedih.

"Aku telah kehilangan anak kita. Jadi tidak perlu ada yang di pertahankan bukan?"

"Dinda bahkan aku tidak peduli tentang anak itu. Yang ku inginkan itu kamu."

Dinda sedikit tidak percaya mendengar itu. Apakah itu benar-benar dari lubuk hatinya atau hanya berpura-pura agar dia luluh.

"Mari aku bawa kamu ke paviliun mu. Daniar sangat merindukanmu."

Dinda tidak bergeming sedikitpun. Rayuannya gagal sepenuhnya. Tidak mengubah sedikitpun pendirian Dinda yang seolah telah mati rasa terhadapnya. Tapi bukan tuan Arjun namanya jika dia mudah menyerah.

"Apapun yang kamu inginkan sayang. Asal kamu tetap berada di dekatku. Aku akan mengabulkan semua yang kamu inginkan."

"Kamu bersungguh-sungguh?"

Mendengar Dinda yang tertarik dengan permohonannya membuat tuan Arjun Saputra gembira.

"Ya sayang, apapun itu." kata tuan Arjun Saputra sembari menggenggam tangan Dinda dengan erat.

"Baiklah kalau kamu berjanji tidak mengingkarinya aku akan kembali."

Taun Arjun memeluk Dinda erat seolah tidak ingin melepaskannya. Dia begitu bahagia ketika mendengar Dinda bersedia kembali ke

"Ayo kita masuk ke dalam sayang." ajak tuan Arjun.

"Kamu tidak melihat, bahkan selang infus belum terlepas dari pergelangan tanganku."

"Jadi.." tuan Arjun pura-pura tidak mengerti.

Dinda reflek merentangkan kedua tangannya "Gendong.." rengek Dinda manja.

Bukan apa-apa, Dinda sepertinya sengaja melakukan itu. Jika tidak melihat Dona ada di sana, sudah tentu Dinda akan memilih berjalan menggunakan kakinya sendiri.

Dinda sangat senang ketika melihat Dona yang terlihat kesal karenanya. Sengaja melingkarkan kedua tangannya di leher tuan Arjun Saputra seerat mungkin.

"Awas hati-hati, nanti aku jatuh."

"Tenanglah, aku sudah berpengalaman melakukan ini padamu."

Dinda menatap Dona. Kedua netra mereka bertemu saat itu.

"Dia sengaja melakukan ini." gerutu Dona sembari mengepalkan kedua tangannya.

Dinda senyum menyeringai ke arah Dona. Menunjukkan posisinya di kediaman itu.

"Aku masih belum kalah Dona." kata Dinda di dalam hati.

Menghentakkan kemudian pergi, Dona sudah tidak sanggup lagi melihat kedekatan tuan Arjun Saputra dengan wanita lain.

Sementara itu, Nike hanya memperhatikan mereka dari jauh. Tertawa bahagia ketika melihat kekesalan Dona karena keusilan Dinda.

"Lawan sepadan sudah kembali. Rasakan itu Dona."

"Apa rencana nyonya selanjutnya?" tanya salah abdi dalem Nike.

"Aku akan menggunakan Dinda sebagai senjata untuk mendapatkan kembali kekuasaanku yang Dona rebut. Enak saja, selama ini kita menderita di bawah campur tangan Dona. Ini saatnya mengembalikan apa yang ia ambil dariku."

Indri hanya mengangguk mendengarkan ucapan majikannya itu.

----

"Sudah sudah turunkan aku."

"Tapi ini belum sampai sayang."

"Turunkan ku bilang, atau akan marah."

Tuan Arjun Saputra terpaksa menurunkan Dinda di tengah perjalanan.

"Paviliun mu masih ada di depan sana sayang."

"Aku bisa jalan sendiri. Kamu bisa kembali."

"Tapi.."

"Aku ingin sendiri Arjun.."

"Arjun?"

"Namamu Arjun kan?"

Tuan Arjun Saputra sepertinya sedikit tidak senang saat Dinda menyebutnya begitu.

"Kenapa ekspresi mu begitu?"

"Tidak apa, aku hanya ingin mengantarkan mu ke kamar. Lihat, bahkan selang infus masih menempel di tanganmu sayang."

Dinda menghela nafas panjangnya, mencoba tetap bersabar menghadapi tuan Arjun.

"Lihat, sekarang sudah tidak ada kan."

Dinda memberikan selang infus yang sudah tercabut itu pada tuan Arjun kemudian berlalu pergi melewatinya.

"Setan kecilku itu.. Arrrrghh menjengkelkan sekali. Terserlah."

Tuan Arjun Saputra memilih untuk pergi dari pada mengganggu Dinda yang jelas-jelas telah menolaknya.

"Setidaknya dia ada di kediaman. Aku punya banyak waktu untuk mendapatkan perhatiannya lagi."

----

"Dindaaaa.."

Daniar berlari ketika melihat Dinda datang. Abdi dalem itu sangat merindukan majikannya yang sudah lama pergi meninggalkannya lama.

"Hai kawan apa kabarmu?"

Dinda memeluk Daniar sangat erat. Bukan hanya Daniar, Dinda juga sangat merindukan kecerewetannya.

"Kenapa kamu jadi kurus begini?" ledek Dinda.

"Kau ini, aku sangat mengkhawatirkan mu hingga tidak berselera untuk makan. Kamu lihat sendiri hasilnya jadi begini."

"Utututuu cayangnya akoh." Dinda membelai kepala Daniar.

Mata Daniar bersinar-bersinar kedatangan Dinda kembali. Hanya dia yang bisa membuatnya hidup tenang. Sebab sejak ketidak hadiran Dinda, Daniar menjadi bulan-bulanan abdi dalem lain.

"Jangan menangis, katakan siapa yang merundungmu. Aku akan membalasnya sepuluh kali lipat."

"Heu heu.. Jangan pergi lagi Dinda. Setidaknya jika kamu ingin pergi, tolong bawalah aku bersamamu. Aku sangat menderita tanpa kamu di sini."

"Iya iya.. Maaf ya sudah merepotkanmu. Aku janji tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi di sini."

"Janji ya Din?"

"Iya Daniar ku sayang."

ตอนถัดไป