webnovel

Bab 28

"Kamu harus bertanya pada mas Arjun nanti. Pasti mas Arjun tau sesuatu. Dan.."

"Dan apa? Lanjutkan.. Kumohon David."

"Dan mas Arjun sebenarnya sedang berselisih dengannya. Pak lik ku itu serakah. Dia juga banyak melakukan korupsi di perusahaannya."

"Ini terlalu menyakitkan bagiku. Apakah aku harus mati dulu agar kalian mau memberi keadilan untuk kami."

"Dinda.."

"Kenapa David? Kenapa??" Dinda mengeluarkan air matanya kembali.

David memutuskan menepikan mobilnya terlebih dahulu. Lalu menghibur Dinda dengan membelikan es krim dan makanan ringan.

"Habiskan semuanya ya agar hatimu senang."

"Itu hanya sesaat saja. Kalau habis hatiku pasti sakit lagi."

"Setidaknya kamu harus melupakan ini sebelum kita sampai di kediaman."

---

"Kamu dengar apa kata dokter tadi, kamu harus banyak makan buah dan sayur. Lihatlah badanmu itu, kurus kering." kata tuan Arjun pada Dona.

Dona hanya tertawa mendengar ocehan tuan Arjun Saputra layaknya seorang ibu saja.

"Arjun, kamu ini cerewet sekali kaya emak-emak." protes Dona.

"Dona.."

"Iya - iya.. Maaf. Habisnya kamu sudah mengatakan itu berulang kali. Sepertinya telingaku ini sudah mulai bosan mendengarnya."

Tuan Arjun Saputra beranjak, berjongkok di hadapan Dona yang duduk di kursi roda.

"Kamu bilang apa tadi? Bosan?" tuan Arjun Saputra mencubit gemas pipi Dona.

"Lepaskan sakit." keluh Dona.

"Rasakan, inilah akibatnya jika kamu bandel."

"Ya ampun."

Dona memukul pelan pipi tuan Arjun Saputra ketika cubitannya di lepaskan.

"Aw sakit." tuan Arjun berpura-pura.

"Maaf, apakah aku memukulmu terlalu keras?" kata Dona sembari mengelus pipi tuan Arjun.

"Tanganmu lembut." tuan Arjun Saputra sampai terpejam merasakan kelembutan belaian Dona di pipinya.

"Kamu berpura-pura menyebalkan."

Melihat Dona yang merajuk tentu membuat tuan Arjun Saputra semakin gemas di buatnya.

Kebetulan memang, saat tuan Arjun Saputra dan Dona sedang asyik saling menggoda, Dinda dan David lewat dengan tatapan aneh.

David mengisyaratkan pada tuan Arjun Saputra untuk mengakhiri candaannya dengan Dona. Sementara itu Dinda memalingkan wajahnya tidak peduli. Berjalan lurus ke depan dan tidak sedikitpun menoleh.

"Sebentar ya Dona." setelah pamit pada Dona, tuan Arjun Saputra berlari mengejar David dan Dinda.

"Dinda tunggu!!" panggil tuan Arjun.

Dinda seolah tidak mendengar, langkahnya semakin ia percepat. Sementara David hanya bisa mengikutinya saja. Posisinya menjadi serba salah di sini.

Tuan Arjun Saputra pun semakin cepat berlari untuk mengejar laju Dinda.

David yang peka segera menyingkir dan pergi dari situasi di antara tuan Arjun Saputra dan Dinda.

"Dinda!!"

Walaupun tuan Arjun Saputra terus memanggil, nampaknya Dinda tidak ingin bertatap wajahnua lagi dengannya.

Jebreeettt.. Dinda membanting pintu paviliunnya tepat di depan tuan Arjun.

Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. "Dinda bukalah."

Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. "Dinda, aku bisa jelaskan."

Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. "Kumohon Dinda."

"Dinda Dinda Dinda Dinda!! Apa sekarang aku hanya Dinda di matamu!!" Dinda berteriak sambil membuka pintu.

"Dinda kamu kenapa begini? Kenapa kamu menangis?"

"Aku benci di panggil Dinda olehmu kamu tau!! Jadi berhentilah memanggilku Dinda!!"

Tuan Arjun Saputra terdiam, mencoba mencerna perkataan Dinda seperti kesakitan itu.

"Sayang.."

"I hate you, get away. I don't want to see your face." kata Dinda lirih.

"Ini semua salahku, aku terlalu berharap padamu, yang jelas-jelas hatimu itu bukan milikku seutuhnya. Ya, aku sadar diri mulai sekarang. Aku yang petakilan, kasar dan tidak tau sopan santun ini mana pantas bersanding dengan konglomerat sepertimu. Kamu bilang aku adalah wanita pertama yang tidur denganmu, aku percaya. Kamu bilang menyukai diriku apa adanya, aku percaya. Dan satu lagi kamu bilang cintamu itu hanya untukku selamanya, lagi-lagi aku percaya. Miris memang, aku terlalu percaya pada cinta palsu mu itu." kata Dinda penuh amarah.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Kamu tau sendiri keadaan Dona yang sebenarnya, begitu juga dengan Bella." tuan Arjun Saputra mencoba memberi pengertian.

"Bella? Aku percaya kalau kamu tidak menaruh hati padanya.Tapi Dona? Walaupun kamu tidak memberitahu, aku juga tau betul bagaimana perasaanmu padanya."

"Dinda, I never lie when I tell you I love you. I really love you."

"Oh yeah really? Then why did you have the heart to hurt my heart?"

"Because.." tuan Arjun Saputra bingung, dia sendiri tidak tau alasan pastinya.

"Do you love him Arjun?" tanya Dinda dengan mimik muka serius.

Melihat kebungkaman dari suaminya itu semakin membuat Dinda kecewa. Bagaimana tidak sebagai seorang istri, ketika melihat suaminya tidak bisa menempatkan diri dengan baik itu seperti kiamat.

"Tanpa kamu menjawab pun aku sudah tau jawabannya. Kamu cinta padanya kan? Maaf sebagai istri aku belum bisa membuatmu sangat bahagia seperti kamu bersamanya. Kejarlah cintamu itu Arjun, jangan membuatnya menunggu lama."

"Dinda.."

"Bukankah sudah ku bilang aku tidak suka di panggil sebutan itu olehmu. Kamu bisa memanggilku hey. Itu persis seperti saat kamu memanggil para istrimu yang lain."

Dinda gegas melangkah ingin pergi, namun entah mengapa tuan Arjun Saputra dengan cepat berdiri di hadapan Dinda untuk menghalanginya masuk.

"Aku sendiri tidak tau, aku mencintai Dona atau hanya sekedar kasihan saja padanya. Tidak bisa di pungkiri kalau memang aku sangat bahagia ketika aku bersama dengannya. Aku sangat bersimpati atas keadaan yang harus ia derita, seolah ingin menanggung beban yang sama. Tapi di sisi lain aku tidak ingin kamu menjauh dariku Dinda. Aku benar-benar mencintaimu. Seperti anak remaja yang baru mengenal cinta, setelah sekian lama hatiku kosong dan dingin. Lalu kamu datang memberiku kehangatan dan rasa cinta yang banyak."

"Jangan egois kamu Arjun, kamu harus memilih satu, aku atau dia. Walau kamu pilih dia maka pergilah, aku akan mendoakan kebahagiaanmu selalu bersamanya. Lalu kemudian aku akan pergi dan tidak akan pernah muncul lagi di hadapanmu. Tapi kalau kamu mencintaiku, datang dan peluk aku seerat yang kamu bisa. Dan lepaskan dia sejauh mungkin dari hatimu itu. Aku menjadikanmu raja di hatiku, salahkah kalau aku mengharapkan sebaliknya. Kamu menjadikanku ratu di hatimu. Satu-satunya dan selamanya."

"Tolong mengertilah di posisiku Dinda. Dia sendirian di dunia ini."

"Kamu kira aku tidak sendirian di dunia ini? Aku tanya satu hal padamu. Kenapa kamu menyembunyikan ini semua dariku? Apa pernikahan kita hanya lelucon di matamu."

"Apa yang kamu bicarakan ini Dinda?"

"Apa yang ku bicarakan? Jawab aku dengan jujur. Mengapa kamu menyembunyikan fakta kalau keluargaku sedang tidak baik-baik saja. Kamu tau keluargaku hancur, tapi kamu diam saja. Sampai kapan kamu akan menyembunyikan itu dariku Arjun? Bahkan kamu tidak memberitahuku kalau papaku sudah meninggal?"

Tuan Arjun Saputra terkejut mendengar pertanyaan Dinda, dia sudah berusaha menutup rapat-rapat berita itu. Lalu bagaimana bisa tiba-tiba Dinda tau semuanya.

"Jadi David yang memberitahumu? Akan aku hajar dia."

"Jangan kamu menyeret temanku di sini. Kamu yang salah, dan kamu juga berselisih. Lalu mengapa keluargaku yang menjadi korbannya? Jadi siapa di sini yang menyedihkan Arjun? Aku atau jalang mu itu?"

Plaaakkk..

"Jangan pernah berkata hal menjijikan itu pada Dona. Dia adalah wanita baik-baik dan lemah lembut tidak sepertimu yang suka melawan dan sulit diatur."

Dinda meringis, memegang pipinya yang terasa panas.

"Jadi ini yang kamu bilang mencintaiku? Haha lagi-lagi aku hampir tertipu olehmu."

Next chapter