webnovel

Kembang Berbuah

Bagian Sebelas.

Jam 10.00 WIB.Herman masih tertidur di kursi tamu,dia seperti kelelahan.Macet total di jalan membuat perjalanan dari Jakarta pulang ke rumah memakan waktu berjam-jam.Tiba di rumah dini hari dia tidur setelah waktu subuh tiba.Mendengar pintu rumahnya ada yang mengetuk-ngetuk dia malas bangun membuka pintu.Pintu terus diketuk-ketuk ,Herman menjadi sangat kesal dan tidak semangat bangun dia membuka kan pintu dan terkejut,yang mengetuk-ngetuk pintu tadi Asih adik Halimun.Di belakang Asih berdiri Sana tukang ojeg di kampung Setengah.

" Kang Herman ", ujar Asih,suaranya pelan seperti hendak menangis.

" Ada apa Asih ? ", tanya Herman.

Asih tak segera menjawab.Ia menatap Herman tak lama kemudian terisak-isak menangis.

" Ada apa ? ", tanya Herman,dia bingung melihat Asih menangis.Kemudian kedua tangan Asih dia raih dan mengajak Asih duduk di dalam." Kamu menangis karena apa ? ".

Asih masih tidak menjawab,ia sedang berusaha menahan tangis." Kang Herman jangan tinggalkan Teteh Halimun ", kata Asih setelah itu ia mengutarakan kesedihan ia dan kakaknya." Kasihan Teteh Halimun,Kang ".

Herman terdiam,kemudian dia menarik nafas,matanya melihat ke arah Sana,hatinya kecewa kepada tukang ojeg itu. " Sudah dibilang tidak boleh memberitahukan saya ada di rumah ini kepada semua orang dia malah mengantar Asih", gerutunya.

Asih melanjutkan ucapannya," Teteh Halimun sangat marah dan kecewa mendengar kang Herman pergi dari kampung Setengah.Kang Herman kalau bisa segera pulang ke kampung Setengah lagi ".

Gerah juga Herman mendengar ucapan Asih,lalu dia memberi saran agar Asih tidak perlu ikut campur dan repot-repot mencarinya.Lebih bagus lagi bila Asih tidak mengabarkan kepada Surya dan Rumi sekarang Herman ada di Kotasari.

" Kang Herman terlalu egois ", ujar Asih," Jangan jangan Kang Herman sudah punya pengganti Teteh Halimun ".

Herman tak ingin membalas kata-kata Asih.Dia merasa tidak perlu berbicara dengan adik Halimun." Tidak ada manfaatnya kalau saya bicara kepada Asih ",ujar Herman dalam hati.Dia menatap wajah Asih sambil tersenyum.

" Berita soal teteh selingkuh itu tidak benar ,Kang. Kata ayah sama ibu,teteh bersumpah tidak melakukan perbuatan rendah seperti selingkuh ", Asih terus berkata.

" Asih dengar ya,kalau Asih ingin tahu mengapa saya pergi ? Asih tidak akan mendapat jawabannya.Saya pergi bukan karena berita perselingkuhan teteh kamu,banyak hal yang Asih tidak perlu tahu ," sahut Herman.

" Kang Herman harus pulang lagi ke kampung Setengah ", ujar Asih, kali ini ia memohon-mohon.Tetapi Herman sudah bulat tidak akan ke kampung Setengah bila Halimun masih bekerja di Taiwan.Dia perlu konsentrasi kepada sebuah pekerjaan yang diberikan oleh Maiwirman dan Astuti tiga hari lagi.

" Tidak lama lagi saya bekerja di Jakarta,akan tinggal di sana.Insya Allah bila saya pulang ke Kotasari akan mampir ke kampung Setengah ", ujar Herman.

Asih merasa hilang harapan untuk bisa mempengaruhi Herman,beberapa saat ia terdiam.Tiba tiba terdengar suara motor berhenti di depan rumah.Herman beranjak dari tempat duduknya melangkah ke luar rumah,melihat motor yang berhenti itu milik Darmo.Herman kaget.

" Motor siapa,Kang ? ",tanya Asih

" Darmo ", jawab Herman.

Sana terkejut.Perasaannya jadi tidak karuan.

Asih segera berdiri mendekati Herman.Melihat Darmo hati Asih gembira dan menghampiri.

" Kang Herman belum tahu ya ? ", tanya Sana sambil berdiri.Ia sedang berusaha supaya Her Herman tidak memarahinya.

" Tahu apa ". Herman balik bertanya.

" Asih dan Darmo sekarang berpacaran ", jawab Sana.

" Berpacara ?! " Herman terkejut, " Kamu tidak sedang berbohong ? ".

" Benar Kang, saya tidak bebohong.Tukang ojeg di prapatan sudah tahu semua ".

" Istri nya Darmo sudah tahu ? ".

" Diam saja karena belum tahu ".

" Kedua orang tua nya Asih sudah tahu ? ".

" Juga belum tahu,Kang ".

Herman dan Sana memperhatikan Asih sedang berbisik.Kemudian Darmo melihat Herman dan Sana sedang memperhatikan.Maka dengan malu-malu Darmo mendekat dan menyapa Herman dan Sana.Herman belum membalas sapaan itu Darmo bersama Asih pergi naik motor berboncengan ." Nekad si Asih itu ", kata Herman pelan suaranya,melihat Asih tanpa ragu memeluk erat pinggang Darmo.

Sana kebingungan melihat Asih begitu saja pergi bersama Darmo.

" Ada apa Sana ? ", tanya Herman.

" Ongkos ojeg nya belum dibayar ,Kang.. Asih pergi dengan begitu saja mentang-mentang dijemput pacar ", ujar Sana setengah menggrutu.

" Ongkos ojeg saya yang bayarin...kamu tidak perlu takut ",sahut Herman.

Sana tersenyum senang,ia mengucapkan terima kasih.Setelah itu Herman dan Sana melihat Heri datang dengan mobil Datsun berwarna merah.

" Siapa itu Kang ? Mobilnya sangat antik ," kata Sana.

Herman membayar ongkos ojeg Asih kepada Sana.Sesudah menerima uang Sana pamitan pulang.

***

Heri menanyakan kapan berangkat ke Jakarta lagi,karena harus benar -benar dipersiapkan.Menyiapkan pakaian untuk salin.Ia ingin berpenampilan lebih baik dari kemarin.Herman cuma tersenyum saja mendengar Heri bicara. " Kamu kenapa diam saja, seperti orang kehilangan semangat ? ",tanya Heri.

" Ngarang saja kamu,Her ", jawab Herman. " Kalau kamu ingin tahu semangat aku sekarang sedang besar ".

" Lantas mengapa kamu kelihatan murung ? Saya ajak bicara diam saja ", Heri penasaran.Kemudian mengkait-kaitkan sikap Herman sekarang dengan persoalan Halimun.

" Kamu masih mikirin Halimun ya ? ", tanya Heri lagi.

Herman masih belum mau bicara,dia cuma tersenyum.Tapi dalam hatinya sedang digrogoti rasa bimbang,benaknya berkecamuk persoalan.Dia tidak mau kesempatan dari Astuti dan Maiwirman lepas begitu saja.Dengan kesempatan itu dia harus bikin reputasi gemilang.Herman berpendapat tanpa reputas gemilang orang tidak akan bisa memperoleh apa yang diinginkan.

" Saya memang sedang bimbang ", ujar Herman.Dia berharap Heri dapat membantu bagaimana cara menghilangkan bimbang perasaan.

" Bimbang karena apa ? ", Heri bertanya.Sebelum Herman menjawab Heri seperti tidak bisa menahan keinginan bicara.

" Sepertinya kamu ragu terhadap kemampuan yang kamu miliki..Kamu terlalu banyak mikirin istri yang tidak menjaga martabatnya sendiri... saya tidak tahu apakah kamu masih cinta atau tidak.. saran saya sih kamu lupakan Halimun dan fokus pada pekerjaan baru di PT.Rejeki ".

Herman ingin memotong perkataan Heri,namun Heri seperti tidak senang. " Dengar dulu,jangan memotong saya belum selesai bicara.Pria sejati itu tidak larut dalam urusan patah hati.. ".

" Pria sejati tidak larut dalam urusan patah hati ? ", Herman mengulang kata-kata Heri. " Se sederhana ini kah untuk menjadi pria sejati ?".Tiba-tiba dari luar terdengar suara adzan duhur seakan bersautan dari corong speker Toa yang terletak di atas menara Masjid dan Mushola.

" Alkhamdulillah,tiba waktu shalat duhur..kita shalat dulu ", ujar Heri.

Herman seperti diingatkan,dia jadi menyadari sudah hampir satu bulan meninggalkan shalat.Lalu dia berwudhu,setelah itu dia shalat.Selesai shalat dia berdoa.Hatinya sedih ,sedang berdoa airmata keluar tak terasa.

Next chapter