webnovel

Perang Tahap Akhir

Itu adalah serangan keberuntungan.

Zaryusu berusah untuk tetap membuka matanya.

Dia telah melakukan segalanya untuk bisa memberikan pukulan terakhir ini kepada Iguvua, dan dia bisa merasakan bahwa itu adalah serangan fatal.

Zaryusu yang tidak memiliki energi lagi untuk bertarung melihat ke arah Iguvua dengan harapan yang samar-samar.

Iguvua sempoyongan. Dia tidak bisa membuat tubuhnya tetap utuh saat kulitnya berjatuhan dari wajah dan retak muncul di tulangnya. Bahkan bajunya juga membusuk. Hanya masalah waktu saja sebelum dia menghilang. Saat Zaryusu yakin dengan kemenangannya-

Sebuah tangan yang hanya tulang tertutup kuli mencengkeram tenggorokan Zaryusu.

"Aku..Aku diciptakan oleh Supreme Being... Bagaimana mungkin aku bisa .... kalah seperti ini!"

Iguvua bahkan tidak memegangnya dengan banyak tenaga dan Zaryusu bisa bebas dengan mudah, tapi-

"Ahhhh!"

- Zaryusu mengerang saat rasa perih yang kuat merasuk ke tubuhnya.

Energi negatif mengalir ke dalam tubuh Zaryusu, merampas vitalitasnya. Bahkan Zaryusu yang terlatih untuk menahan luka tidak bisa menahan perasaan perih yang disebabkan oleh hawa dingin yang kelihatannya disuntikkan ke dalam pembuluh darahnya.

"Matilah! Lizardmen!"

Bagian dari wajah Iguvua telah rontok, hancur di udara.

Nyawa Iguvua juga memburuk, tapi loyalitasnya yang kuat kepada tuan yang telah menciptakannya membuat dia mempertahankan hidup mati-matian.

Zaryusu berusah dengan segala yang dia miliki, tapi dia sudah takluk dengan ketakutan saat tubuhnya menolak untuk bergerak seperti yang dia inginkan.

Zaryusu tidak memiliki kesehatan yang tersisa. Energi negatif Iguvua disuntikkan ke dalam tubuhnya membuat nyawanya semakin terkuras.

Tatapan Zaryusu bergoyang dan pandangannya kabur.

Dunia seakan diselimuti oleh kabut.

Iguvua yang mempertahankan kesadarannya dengan kuat tersenyum menang saat dia melihat Zaryusu yang pelan-pelan kehilangan kekuatan untuk berusaha.

Bunuh lizardmen ini, begitu juga dengan dua orang lainnya di belakang. Mereka seharusnya adalah para elit lizardmen.

Membunuh lizardmen ini akan menjadi hadiah terbaik yang bisa aku persembahkan kepada Supreme Being - Penciptanya.

Ekspresi Iguvua yang melukiskan emosi ini dengan kuat tanpa kata-kata, membuat Zaryusu menduga pemikiran Iguvua.

"Pergilah ke neraka!"

Tubuhnya sudah tidak bereaksi saat dia bisa merasakan suhu tubuhnya turun drastis seakan sebuah racun menyebar ke seluruh tubuh. Dia hampir tidak bisa bernafas. Dan pikirannya hanyalah satu-satunya yang masih jelas.

Dia masih belum boleh mati.

Rororo yang berlari dengan sekuat tenaga.

Zenberu yang melindunginya.

Crusch yang telah kehabisan mana miliknya.

Bukan hanya mereka, dia juga memikul beban dari seluruh lizardmen yang telah mengorbankan dirinya di dalam perang ini.

Zaryusu yang sedang berpikir keras mencari jalan keluar mendengar sebuah bisikan.

Suara lembut dari Crusch

Suara yang besar dari Zenberu.

Rengekan main-main dari Rororo

Suara yang seharusnya tidak mungkin terdengar baginya.

Crusch telah pingsan dan Zenberu juga.

Rororo juga seharusnya sudah dibawa dari sini.

Apakah Zaryusu mendengarkan sesuatu saat dia semakin hilang kesadarannya? Membayangkan suara dari teman-teman yang dia kenal kurang dari seminggu? Panggilan keluarganya?

Tidak.

Benar sekali, cara berpikir seperti ini adalah salah.

Semuanya ada disini bersamanya-

"Ahhhh...Ahhhhhhhhhh!"

"? Kamu masih punya tenaga yang tersisa sebanyak ini?"

Zaryusu yang sedang berada di tepian kesadarannya berteriak dan suara Iguvua yang terkejut bisa terdengar.

Zaryusu menggerakkan bola matanya dan menatap Iguvua. Matanya penuh dengan semangat yang gigih, membuatnya sulit dipercaya bahwa mata itu tidak fokus baru saja, membuat ekspresi Iguvua yang semakin kaku.

"Crusch! Zenberu! Rororo!"

"Apa yang kamu lakukan! Mati saja!"

Darimana dia mendapatkan sumber tenaga? Energi negatif dalam jumlah besar telah disuntikkan ke dalam tubuh Zaryusu dan mengikis habis daya hidupnya terus-terusan. Zaryusu juga merasa bahwa anggota badannya sangat berat dan tubuhnya sedingin es.

Namun begitu, Zaryusu merasa hangat dengan setiap nama yang dia teriakkan. Kehangatan ini tidak berasal dari daya hidupnya.

Datangnya dari dalam dada- dari jantungnya.

Suara otot yang menegang meledak. Datangnya dari lengan kanan Zaryusu, tinjunya dikepalkan. Dia mengumpulkan seluruh kekuatan yang tersisa pada tinjunya sekarang.

"Tidak mungkin! Bagaimana mungkin kamu masih bisa bergerak! Dasar monster!"

Pemandangan Zaryusu yang masih bisa bergerak meskipun telah menerima semua itu memang tidak masuk akal.

Emosi yang memanas muncul di pikiran Iguvua, tapi dia menekannya.

Dia adalah Iguvua, komandan lapangan dari pasukan Great Tomb of Nazarick. Dan yang lebih penting, dia adalah seorang undead yang diciptakan oleh Raja Agung Kematian - Ainz Ooal Gown.

Dia tidak boleh dirinya yang hebat kalah dalam pertarungan ini-

"matilah-!"

"Sudah selesai monster."

Zaryusu melangkah lebih cepat.

Benar sekali, serangannya dengan seluruh kekuatan sedikit lebih cepat daripada suntikan energi negatif Iguvua.

Tinju yang dikepalkan mengenai gagang Frost Pain--

Tinju Zaryusu berdarah, Setelah menerima pukulan seberat itu, Frost Pain yang masih menancap di mata kirinya menusuk semakin dalam menembus otak Iguvua.

"Ooooowwwwww!!"

Iguvua adalah undead yang tidak bisa merasakan luka - dia masih bisa merasakan energi negatifnya semakin hilang.

"Ini... Ini... Tidak mungkin... Ainz... sama...."

Mata Iguvua merefleksikan kegagalannya. Ketika tubuh Zaryusu roboh seperti boneka yang putus benangnya, percikan air yang besar bisa terdengar--

"...Aku mohon... maafkan aku..."

----

Ruangan itu menjadi hening. Pemandangan yang terpantul di cermin luar biasa dan tak ada yang berkata apapun. Kecuali sang maid - Entoma.

"Cocytus-sama, Ainz-sama memanggil anda."

"Aku mengerti."

Cocytus yang menundukkan kepalanya perlahan menoleh menghadap Entoma.

Diguyur dengan tatapan khawatir dari bawahannya, dia menggeretakkan gigi-giginya karena malu.

Di waktu yang sama, dia ingin memuji lizardmen.

Pertarungan yang bagus sekali.

Mereka merubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin dan meraih kemenangan yang berbalik. Lich memang memiliki peluang, tapi dia lebih dari mampu untuk memenangkan pertarungan meskipun begitu.

"...Spektakuler. Benar-benar spektakuler."

Cocytus terus mengulang kalimat ini yang mana merefleksikan perasaannya yang sebenarnya.

Lizardmen melewati rintangan yang besar ini.

"...Sayang sekali."

Cocytus menghela nafas saat dia menyaksikan lizardmen yang bersorak dan menarik dalam perayaan.

Warrior yang terpantul di cermin mungkin memang lemah, namun menstimulai semangat bertarung Cocytus.

"Ah... Sayang sekali..."

Cocytus ragu-ragu. Dia mengambil skenario terburuk yang bisa terpikirkan, memikirkannya dan membuat keputusan.

"Ayo kita pergi...."

Next chapter