"Kau membuat nenek takut!" nenek Alisya menengkupkan kedua tangannya seolah sedang memeluk tubuhnya sendiri.
"Ah,,, hahahahha... maaf nek! sebenarnya ini hanya tentang rasa penasaranku saja! Aku sudah bertemu dengan kakek Alisya sewaktu kontrak kerja sama dan tanpa diduga kakek Alisya berkata bahwa aku dan Alisya sudah mengenal sejak lama sebelumnya. Aku ragu jika menanyakan hal ini kepada mama jadi aku lebih memilih untuk bertanya langsung kepada nenek! Apakah nenek mengetahui sesuatu tentang ucapan kakek Alisya? aku benar-benar tidak bisa menemukan benang merah antara aku dan Alisya!" Suara Adith berat dengan ekspresi wajah yang sangat serius.
"Apa kakek Alisya yang langsung memberitahumu atau kau yang memancingnya terlebih dahulu?" neneknya menunjukkan sedikit ketertarikkan.
"Tidak nek,, kakek Alisya yang memberitahukanku! Aku merasa dia sengaja melakukan itu dan hal ini membuatku sangat penasaran." tegas Adith.
"Tsch,,, sepertinya si tua bangka itu mulai sedikit melunak karena dibenci oleh cucu kesayangannya selama beberapa tahun terakhir!" nenek Alisya tersenyum dengan licik setelah menggumam pelan. "Lalu apa tidak ada hal lain lagi yang dia ucapkan kepadamu?" tanyanya kembali.
"Ada,,, Dia juga bilang bahwa hanya itu yang bisa dia sampaikan untuk saat ini. Seolah dia berharap untuk aku mencari tahu sendiri informasi lebih lanjutnya. Tapi Alisya terlalu misterius bagiku! aku tak menemukam sedikitpun data mengenai dirinya. kalaupun ternyata akhirnya aku bisa menemukan sebuah informasi, itupun tidak berhubungan dengan antara aku dengannya. Aku malah hanya bisa mengetahui orang seperti apa sebenarnya Alisya".
"Kau memang takkan bisa menerima informasi mengenai benang merah antara kamu dan Alisya, karena luka kalian terlalu dalam sehingga alam bawah sadar kalian secara otomatis menghapus memori yang ada untuk menyelamatkan,,, bukan lebih tepatnya melarikan diri dari masalah"
"Maksud nenek? itu artinya alam bawah sadarku tanpa di sengaja menghapus sebagian memori dalam ingatanku segala hal yang mungkin saja berhubungan dengan Alisya?? kenapa???" Adith memajukan tubuhnya meminta jawaban.
Baru saja neneknya akan menjawab, Alisya sudah datang menghampiri mereka.
"Jadi kenapa kau kemari??" Alisya keluar dari kamarnya setelah mandi dan berpakaian lebih sopan dari sebelumnya. Kaos oblong warna hitam sebahu yang tidak terlalu ketat dan celana trening dengan warna yang senada membuat dia terlihat cukup casual. Sederhana namun tetap cantik.
Adith langsung menyunggingkan senyumnya begitu melihat Alisya. Ia sejenak terlupa akan kegundahannya dan perhatiannya teralihkan kepada Alisya.
"Karena aku tersiksa dalam rasa rindu yang begitu kuat!" ucap Adith sambil memandang tajam ke arah Alisya yang kini duduk disebelah neneknya.
Alisya menarik senyum sedikit namun dengan cepat memasang wajah santai.
"Kau benar-benar laki-laki penggoda yah? rindu apa'an bukannya kau sudah bertemu denganku disekolah?" Suara Alisya dingin mengambil garpu untuk menyendok puding.
"Aku tidak merindukanmu... aku merindukan masakan nenek!!!" Adith tersenyum nakal melihat Alisya dan memainkan keningnya ke arah neneknya.
"hahahahaha.. Alisya, kau terlalu GE ER!!!" neneknya sengaja menekannya membuat Alisya memerah marah.
Tanpa disadari, Alisya dengan cepat menghujamkan Adith garpu yang cukup cepat dihindari oleh Adith dan menancap kuat di sofa tepat disebelah Adith.
"Kau ingin membunuhku??" tanya Adith masih tersenyum licik.
"Kau semakin handal menghindari seranganku!" terang Alisya.
"Apa kau gila??? serangan yang kau berikan itu cukup untuk membunuh seekor beruang!!!" nenek Alisya langsung menjitak Alisya dengan sangat kuat membuat Alisya meringis sakit.
"Apa kau semarah itu karena tidak aku rindukan???" Adith bertanya sambil bersembunyi dibalik nenek Alisya.
"Diam kau!!!" Alisya semakin marah karena malu.
Malam itu mereka akhirnya makan bersama dipenuhi dengan candaan Adith yang selalu menguji perasaan Alisya yang membuat neneknya tertawa terbahak-bahak karena belum pernah Alisya memperlihatkan ekspresi yang benar-benar apa adanya.
****
Esok Harinya
"Hasilnya sudah keluar..." teriak gina saat masuk kelas lalu berlari kembali keluar dari kelas.
Semua orang sontak saja berlari mengikuti Gina begitu pula yang terjadi dengan seluruh kelas yang lainnya.
"Hasil apa???" Alisya bingung tak mengerti akan kegaduhan yang sedang terjadi.
"Aku juga tidak tau bagaimana kalau kita pergi melihat!" ajak Karin cepat.
"Ah tidak,, disana pasti sangat ribut dan gaduh! aku bisa mendengar suara teriakan mereka dari sini! sebaiknya kalian saja yang pergi biar aku disini saja" terang Alisya menolak dengan cepat.
"Ya sudah kami kesana dulu!" Karin segera berlari di ikuti oleh Rinto dan Yogi.
"Kau tidak ikut Sya??" Teriak Febi dari luar melihat Alisya yang tidak bergerak dari tempat duduknya.
Alisya menggeleng cepat dan melambaikan tangan untuk tidak usah mengkhawatirkannya dan menyuruh mereka pergi melihat.
Seisi kelas sekarang sudah tidak ada lagi dan menyisakan Alisya didalam ruangan seorang diri. Meski lobi cukup jauh, Alisya bisa mendengar suara teriakan mereka yang sangat heboh. Meski penasaran, teriakan mereka dari jauh sudah membuatnya sedikit merasa tidak nyaman.
"Apa kau tidak penasaran akan apa yang sedang terjadi diluar???" Aurelia bersandar menyamping dipintu masuk kelas.
"Tidak!" ucapnya tersenyum canggung karena merasa belum terlalu akrab dengan Aurelia untuk berada dalam percakapan.
"Benarkah?? apa kau yakin tidak ingin mengetahui siapa ketua dan wakil ketua osis nya?" lanjut Aurelia lagi dengan suara yang dibuat untuk menarik minat Alisya.
"Oh,, berarti kehebohan disana mengenai itu? pantas saja" Ucap Alisya acuh tak acuh.
"Bahkan jika yang mendapatkan posisi ketua osis adalah Adith?" Aurelia tersenyum sinis.
"Tentu saja! dari awal aku tidak begitu tertarik mengenai kandidat Calon Ketua ataupum wakil ketua Osis itu! ucap Alisya lagi yang kali ini berdiri dari kursinya lalu duduk bersandar di atas meja menghadap ke arah Aurelia.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya? aku rasa kau kemari bukan hanya untuk memberiku informasi yang tidak begitu penting seperti itu terus mencoba menarik minatku?" tanya Alisya serius mengetahui niat dari Aurelia.
Aurelia merasa terpancing dengan kalimat Alisya dan dengan sedikit menekan emosinya ia menarik nafas dan berkata "Jika mengenai siapa yang menjadi kandidat Ketua dan Wakilnya tidak begitu penting untukmu, maka jika sesuatu mengenai Adith pastinya akan menarik minatmu bukan??? tentu saja bukan mengenai dia menduduki posisi sebagai ketua osis, tetapi mengenai aturan khusus yang diterapkan oleh para elit terhadap wakil ketua osis!" jelas Aurelia sekali lagi mencoba memancing Alisya.
"Benarkah? aku tidak yakin!" Alisya mengambil tasnya merasa semakin tidak nyaman dengan Aurelia.
Aurelia marah karena merasa Alisya begitu sombong sampai berani mengacuhkannya. Aurelia tau banyak mengenai dia dan Adith dan itu membuatnya cemburu terlebih karena perlakuan Adith kepada Alisya yang jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Adith kepadanya.