"Adith, kita ada pertemuan dengan pak Takahashi Yamada untuk penadatanganan kontrak kerja sama!" Pak Dimas menelpon Adith yang masih tertidur pulas.
"Jam berapa pertemuannya paman?" Adith belum bisa membuka matanya dengan benar.
"Pertemuannya pukul 10 pagi" jawabnya.
"Sekarang jam berapa?" tanya Adith mengucek lembut matanya.
"Sekarang sudah pukul 8 pagi" Adith yang bekerja keras semalaman hanya tertidur selama 2 jam saja.
"Baiklah paman, aku akan turun sebentar lagi!" suara Adith masih terdengar sedikit serak.
"Aku akan datang menjemputmu secepatnya" tutup pak Dimas.
Setelah bersiap-siap, Adith turun kebawah dan melihat ibunya yang sudah menyediakan sarapan untuknya.
"Mama masak apa?" tanya Adith duduk di meja makan yang menghadap dapur.
"Bubur ayam kesukaanmu! semalam kan kamu sudah bekerja keras dan tidak tertidur dengan lelap, jadi mama buatkan ini" Setelah sudah cukup masak ibunya lalu mengambil mangkok dan menyediakannya kepada Adith.
"Terimakasih banyak mama..." Adith bangkit mengecup manja pipi Ibunya.
Ibu Adith sangat bahagia dengan perubahan Adith yang kini bersikap lebih hangat dan menyayanginya.
"Sebentar, masih ada tambahan lagi" Ibu Adith segera mengambil sebuah mangkok yang masih mengeluarkan uap panas.
"Sayur kelor???" Adith kaget melihat hidangan itu.
"Aku mengetahuinya dari nenek Alisya, dan dia mengajarkanku dimalam ulang tahun Alisya!" senyum ibunya bangga.
Tanpa bertanya lagi Adith langsung menyendok dan makan dengan lahap. Masakan ibunya tidak pernah berubah, selalu memberikan sensasi rasa syukur tiada tara yang tidak bisa dia rasakan ditempat lain.
"Bagaimana dengan pertemuan mu hari ini?" tanya Ayah Adith duduk disampingnya dengan pakaian santai.
"Jangan khawatir, kami sudah melakukan perjanjian untuk bertemu 1 jam lagi" terang Adith setelah meneguk air minumnya.
"Aku harap kamu bisa mendapatkan kontrak kerja kali ini, tuan Takahashi tergolong orang yang cukup sulit untuk diajak kerja sama. Tetapi dia akan sangat solid jika sudah mempercayai sesuatu!" jelas Ayahnya mengingatkan.
"Apa Bapak yakin Adith yang melakukan pertemuan dengannya? bukankah kurang sopan jika aku yang masih muda dan tidak berpengalaman untuk datang dan melakukan kontrak kerja sama dengannya?" Adith tidak meragukan dirinya hanya saja ia tidak yakin apakah ini benar atau akan ada keterisnggugan yang dapat terjadi.
"Tentu saja tidak masalah, justru pak Takahashi sendirilah yang memintaku untuk mengutusmu melakukan kontrak kerja sama dengannya. Meskipun kamu masih anak SMA dan masih muda, dia sangat terkesan dengan kemampuanmu dalam menangani masalah perusahaan dan mengembangkan ide-ide menarik yang dengan cepat menaikkan saham perusahaan" Ayah Adith berkata dengan penuh kebanggaan.
"Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengecewakannya dan tidak mengecewakan Bapak serta perusahaan pastinya!" Ucap Adith tegas.
Ayahnya tersenyum penuh kebanggaan sambil memegang pundak anaknya. "Kau sudah semakin baik dan dewasa Adith!"
"emmm.. apa Bapak tau kalau dia itu kakek Alisya?" tanya Adith ragu-ragu.
"Ya, aku mengetahuinya dari nenek Alisya" Ucap ayah Adith membuang muka seolah menyembunyikan sesuatu.
Adith sedikit curiga dengan rekasi ayahnya. Biasanya jika dia berbohong, dia akan membuang wajah dan tidak menatap. Namun saat Adith ingin bertanya, pak Dimas sudah datang menjemput.
"Kalau begitu aku pergi dulu, Pa.. Ma..." Adith menyalami keduanya sebelum meninggalkan rumah mengkuti langkah pak Dimas menuju mobil.
Ayah Adith dan Ibunya mengantarkan Adith didepan pintu dan melambai ketika mobilnya berjalan menjauh.
****
"Motor ini??" Adith melirik ke arah motor Alisya yang terparkir dengan baik di depan gedung Central Senanyan dengan rapi.
"Ada apa?" tanya pak Dimas bingung.
"Bagaimana bisa motor ini berada disini? ini adalah motor satu-satunya di dunia dari kawasaki! aku pikir motor ini tidak akan mungkin dibeli oleh orang indonesia. jadi ini.." Adith terus memperhatikan motor itu dengan serius begitu keluar dari mobilnya. Ia akhirnya teringat akan pertemuannya dengan tuan Ali di gedung yang sama sehingga tanpa pikir panjang ia segera masuk dan mencari keseluruh ruangan.
Pak Dimas yang bingung memilih untuk diam setelah melihat ekpresi Adith yang begitu serius. Rasa penasarannya yang sangat tinggi terpaksa ia pendam sambil terus mengikuti langkah Adith.
"Anda sudah datang???" Pak Azwar datang menghampiri dengan senyum manis.
Setelah mengatur ekspresinya Adith segera tersenyum sopan kepada pak Azwar.
"Saya sangat mengharapkan kerja sama ini.." Adith mengulurkan tangannya.
"Tentu saja,, begitu pula dengan kami! Direktur sedang ada urusan, masih ada skitar 20 menit lagi sebelum pertemuan. Izinkan saya mengantar anda untuk berkeliling sebentar melihat sekitar gedung dan mengenalkan beberapa petinggi kami yang mungkin bisa anda lihat dan cocok dalam kontrak kerja sama kali ini" jelasnya lebih lanjut kepada Adith.
"Terimakasih banyak atas pujiannya, saya sangat merasa tersanjung. tapi kurang sopan rasanya karena kita belum melakukan penandatanganan kontrak kerja bukankah itu akan menyinggung Direktur?" Adith tidak yakin jika dia diberikan kepercayan sampai segitu besarnya.
pak Azwar tersenyum sopan mendengar kerendahan hati Adith.
"Direktur percaya terhadap penilaian anda, untuk itu saat dia meninggalkan tempat dia memberitahukan kepada saya untuk melakukan hal itu. Dan soal penandatanganan kontrak, anda bisa segera melakukannya bersama Direktur, dia sudah memeriksa semua perjanjian yang tertera" terangnya meyakinkan Adith.
"Direktur sangat berbaik pada saya!!!" Adith menunduk pelan dan sopan.
Terlepas dari Adith yang SMA dan sangat muda dalam industri bisnis, mereka sangat mengagumi kecerdasan dan kepiawaian Adith dalam mengelola maupun menyelesaikan masalah perusahaan terhadap perusahaan Narendra dan berhasil menjadi orang nomor 1 di Indonesia.
"Ini adalah aula kantin perusahaan" tunjuk pak Azwar yang mengajak keduanya berkeliling perusahaan.
"Anda terlalu merendah, bukankah ini sangat layak untuk menjadi sebuah restoran bertaraf Imternasional dengan semua furniture, ornamen dan juga interior yang sangat indah juga tentu saja mahal. Perusahaan ini benar-benar sangat mengutamakan kenyamanan karyawannya" Adith terkagum terhadap kemewahan tempat yang disebut sebagai kantin oleh pak Azwar.
"Direktur memang tak salah dalam menilai orang, anda bisa melihat hal yang tak dilihat oleh orang lain. sebagian besar menilai bahwa kami terlalu membuang uang untuk ini" senyum pak Azwar penuh ketersanjungan kepada Adith. pengetahuannya yang luas bukanlah suatu yang bisa di anggap remeh dan itu sangatlah dibutuhkan dalam dunia bisnis.
"Aku berkata hanya berdasarkan apa yang tampak!" senyumnya sopan.
Selang Adith dan pak Azwar sedang berdiskusi dari kejauhan terdengar suara keras dari seorang wanita dengan wanita lain bersama seorang wanita yang lebih tua dimana punggung bajunya bertuliskan cleaning service.
"Sepertinya ibu itu membuat sedikit kesalahan!" tunjuk pak Dimas yang juga ikut memperhatikan kekacauan yang mereka buat.