Dari kejauhan Adith memperhatikan seseorang yang sedang berjalan kaki, memakai jaket bertutup kepala ditepi jalan dengan panas matahari yang terik. Ia tak menyangka dimasa serba mesin dengan tekhnologi tingkat tinggi, masih ada saja manusia yang berjalan kaki. Dan itu adalah Alisya, partnernya. Sedangkan Adith, dia mengendarai mobil bertipe Mercedes Benz Maybach Exelero seharga 106 Milyar rupiah. Kondisi mereka bagaikan kisah dongeng Cinderella, dimana seorang pangeran jatuh cinta kepada wanita miskin.
Baru saja Alisya akan memasuki gang yang sempit, Adith segera menahannya.
"Masuklah ke mobilku!" Adith menarik lengan Alisya.
"Tidak, terimakasih!" Tepisnya.
"Kau tidak punya waktu untuk berdebat denganku!" Adith langsung mendorongnya dengan kasar, lalu mendudukkanya kedalam mobil.
Pintu mobil terkunci, meski Alisya berusaha keluar dari mobil.
"Kau akan menyesal karena sudah memasukkan aku kedalam mobil berhargamu ini." Ancam Alisya.
"Tidak usah khawatir! Aku takkan melakukannya!" Jawab Adith yakin.
"Baiklah! Jangan salahkan aku nanti." Alisya duduk dengan manis sambil melipat kedua tangannya.
Adith tidak yakin apa maksud dari Alisya, hingga setelah 5 menit kemudian, semua kata-kata Alisya terbukti. Alisya yang tidak bisa naik mobil, karena mabuk darat super akutnya yang tidak bisa diatasinya itulah yang membuatnya lebih memilih untuk berjalan kaki.
"Uwweeeekkkkk!!!" Alisya muntah tepat di baju Adith. "Perasaan mabuk inilah yang paling tidak aku su.. uummm ka... mmm i... (Sukai)" Tambahnya sambil menahan muntah.
"Kenapa kau tidak mengatakannya dari Awal???" Adith kesal karena hidungnya sangat sensitif terhadap bau, meski itu bukan bau parfum tapi muntahan Alisya.
"Bukankah sudah ku katakan kau akan me... nyesal.. Uweeeekkkkk." Alisya muntah setiap kali membuka mulutnya.
"Yang benar saja! Apa kau sedang memuntahkan isi hatimu???" Tatap Adith kesal dengan apa yang dilakukan oleh Alisya.
"Diam kau! Sudah ku katakan sebelumnya jangan menyalahkan aku! Sekarang turunkan akuhhh." Alisya semakin tak sadarkan diri karena kehabisan tenaga setelah mengosongkan semua isi perutnya.
"Mana mungkin!!! Dengan kondisimu separah itu! aaragghhhh" Adith semakin frustasi.
Mobilnya berhenti disebuah rumah yang cukup mewah dengan taman luas dan dipenuhi dengan bunga. Alisya sudah tertidur tak sadarkan diri, karena kelelahan mengeluarkan seluruh isi kampung tengahnya.
Dua jam berlalu semenjak Alisya tak sadarkan diri. Begitu ia bangun, dengan cepat langsung dalam posisi duduk. Ia kaget karena tempat itu asing baginya. Pakaian seragamnya juga sudah terganti dengan yang lebih bersih. Ia melemparkan pandangannya keseluruh ruangan menganalisis apa yang sedang terjadi. Melihat Adith yang terduduk di kursi sofa, menghadap dan memandang dirinya membuatnya sedikit mengerutkan dahinya.
"Apa kamu masih mual?" Adith yang berada disana tersenyum melihat kebingungan Alisya.
"Ini dimana? Aku sudah mati?" Tanya Alisya bingung melihat ruangan luas indah yang bertema putih termasuk apa yang dipakainya.
"Ini neraka bagian ibu kota!" ucap Adith dan menjitak kepala Alisya.
"Aduh! Kenapa neraka bisa seindah ini?" tanya Alisya lagi sembari meringis sakit.
"Bibi... bibi.... Tolong ambilin kampak dong! Teman aku masih belum siuman nih." Teriak Adith memanggil pembantunya.
"Oh... Jadi aku masih hidup?" Alisya memegang tubuhnya dan mendekapnya.
"Sepertinya otakmu sudah bergeser ke lutut yah? " ucap Adith dengan nada menghina. "Bangunlah proyek presentase kita masih harus diselesaikan! Lusa Tes akan dimulai, setidaknya kamu harus mempersiapkan diri." Ucap Adith sambil melangkah pergi keluar ruangan.
Mereka terus bekerja hingga menjelang malam hari tanpa ada yang menyadari bahwa waktu telah berlalu begitu cepat. Alisya takut membuat neneknya khawatir sehingga dia ingin segera pulang secepatnya.
"Aku harus pulang sekarang!" Alisya mengingatkan.
"Aku akan mengantarmu! "
"Tidak, aku sudah tidak sanggup jika harus..."
"Aku akan memboncengmu menggunakan motor. Apa itu masalah? " potong Adith cepat.
"Terimakasih tapi aku... "
"Kenapa kau terus menolak?" Adith mulai kesal.
"Karena aku tak nyaman dan tidak terbiasa!" Bantahnya dengan suara keras.
"Baiklah.. Apa kamu bisa mengendarai motor matic?" Tanya Adith setelah menarik nafas dalam-dalam tak ingin berdebat.
"Iya, Aku bisa!" Jawab Alisya cepat.
"Kalau begitu, kau bisa membawa salah satu motor pembantuku untuk kau kendarai selama menjadi partnerku. Kau tak boleh menolaknya, karena aku tak ingin kau selalu terlambat ke sekolah atau ketempat pertemuan!" Perintah Adith.
"hhufffft.. Baiklah" Jawabnya pasrah.
"Pakai ini, biar aku tidak kesulitan berkomunikasi denganmu!" Adith melemparkannya sebuah Handphone bermerek Samsung S8.
"Aku tidak butuh ini!" Alisya mencoba menolak karena ia sangat menghindari menggunakan Handphone selain karena ia sedang tak ingin di lacak, ia juga tidak suka karena baginya HP terlalu ribut.
"Pakailah karena aku yang membutuhkannya. Aku tidak begitu yakin mengapa kamu tidak suka kebisingan, untuk itu aku buat dalam mode getar dengan kualitas suara yang sangat minim sehingga kau takkan terganggu!" Adith meyakinkan Alisya.
Alisya terdiam beberapa saat, setelah kemudian pasrah dengan semua keinginan Adith.
"Besok kita akan bertemu di lab kompleks, jangan terlambat." Adith mengingatkan.
"Aku tau! " jawabnya tegas.
Alisya memacu motornya keluar dari taman rumah Adith yang sangat indah pada malam hari karena kelap-kelip lampu taman yang menyinari seluruh taman. Karena terlalu serius menikmati pemandangan malam itu ia tidak sadar telah berpapasan dengan mobil yang ditumpangi oleh Ibu Adith.
"Berhenti!!!!" Ibu Adith berkata tiba-tiba kepada supirnya. Namun motor Alisya, terus melaju kencang.
"Ada apa nyonya?" Tanya sang sopir yang kaget.
"Siapa wanita yang baru saja keluar tadi?" Tanya ibu Adith.
"Saya juga kurang tau nyonya! Sepertinya itu temannya tuan Adith."
Ibu Adith terdiam beberapa saat memikirkan seseorang yang baru saja dilihatnya.
"Dith... Adith.." Panggil ibunya mencari Adith.
"Ya Bu?" Adith segera menghampiri ibunya.
"Siapa wanita yang baru saja keluar tadi?"
"Itu teman Adith bu, Partner Adith di sekolah!" jawab Adith.
Ibunya terdiam lagi beberapa saat sambil memikirkan siapa wanita itu. Jelas sekali kalau ia pernah melihat anak itu dan sangat mengenalnya tapi ia masih belum yakin.
"Kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Adith penasaran.
"Ah bukan apa-apa kok. Ibu cuman kaget saja, karena ada cewek keluar dari rumah." Ibunya merasa perlu mencari lebih banyak informasi sebelum memberitahu Adith.
****
Alisya yang baru saja keluar kamar setelah mandi dan melemparkan tubuhnya di atas ranjang, dikagetkan dengan getaran tepat ia rasa berada di belakangnya. Setelah menyalakan HP itu, ia melihat satu pemberitahuan, pada satu-satunya aplikasi yang tampak pada layar kaca. Alisya yang bingung terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membuka aplikasi WhatsApp itu.
"Gunakan Matic itu untuk ke sekolah!"
Tampak pada pesan kalau pengirimnya adalah Jenius Tampan dengan fotoprofil berwajah Adith.
"Dasar! Si Narsis ini benar-benar bisa berbuat seenaknya saja!" Alisya yang kesal hanya menutup kembali HP itu dan membuangnya ke tepi ranjang, lalu kemudian dalam hitungan detik ia sudah menyelami indahnya pulau kapuk.
Adith yang sedari tadi duduk memperhatikan Handphonenya terus saja mengambil lalu kemudian membuagnya kembali, menunggu balasan Alisya dengan gengsi yang tinggi namun rasa penasarannya juga tak kalah tinggi.
"Sial!!! Sudah dua jam malah hanya di read saja. Sepertinya dia sudah tertidur. " Adith yang menunggu balasan pesan dari Alisya membuatnya tidak bisa tertidur dan terjaga sepanjang malam.