webnovel

Terima Kasih Makanannya

Setelah aku berangkat tidak lama kemudian Lia terbangun dan memandangi makananku heran, "Apa ini bisa dimakan? Aku tidak tahu nama makanan ini mungkin sebaiknya aku makan saja" langsung membuatnya lebih fokus atau sadar setelah bangun tidur.

"Ini sudah agak dingin tapi rasanya enak, aku tidak menyangka dia bisa semahir ini. Tapi apakah nama makanan ini aku penasaran" semakin penasaran dan bertanya tanya.

Aku sengaja membuatkannya berbeda khusus untuknya kunamai itu "Kue Sayur" dengan banyak sayur sayuran dan memiliki rasa yang asam manis tercampur menjadi satu. Awalnya, aku membuatnya dengan tidak sengaja. Dahulu saat aku baru memiliki rumah ini dan masih bujangan. Saat itu aku lapar dan mencoba membuat makanan namun terlalu sedikit persediaanku karena aku lapar dan tidak sabar jadi aku langsung saja mencampurkan hal hal yang tersedia dilemari penyimpan makanan. Disana tersedia tomat, bawang merah dan putih, brokoli, kentang, wortel dan mentimun.

Didapur aku menemukan banyak gula pasir dan garam. Kugunakan itu untuk bumbu masakanku sebagai penyedap rasa yang utama.

Tentu saja, pertama aku rebus air hingga masak dan terlihat sedikit airnya lalu, aku masukkan sayurannya yang telah dipotong kecil kecil dan meratakannya bersama dengan gula dan garam.

Setelah beberapa menit akhirnya masak juga makanan yang aku buat. Hasilnya terlihat acak namun cukup untuk satu porsi saja dengan kuah yang sedikit itu membuatku menjadi semakin penasaran akan rasanya. Tidak kusangka, melebihi perkiraanku tentang rasanya.

Pada saat itu, aku memutuskan untuk berlatih membuatnya terus dan memberikannya pada seseorang yang spesial suatu saat nanti.

Itu terjadi hari ini kuharap ia senang dan menyukainya.

Sedangkan disini pekerjaanku hampir selesai dan aku akan segera pulang menemuinya. Berbeda dari yang dahulu saat belum bersamanya aku bekerja santi seperti biasa namun tidak terlalu bersemangat sedangkan sekarang aku sangat bersemangat dalam rangka mencari nafkah untuknya dan apa yang akan kami miliki nanti.

"Aku pulang, apakah kamu ada didalam. Tolong bukakan aku pintu! " aku terlihat mengetuk pintu

"Iya sebentar" terdengar suara nya dari balik pintu, "Selamat dat... Kamu berantakan sekali, cepat masuk dan istirahatlah kamu pasti lelah!" tambahnya prihatin saat melihatku, aku tidak peduli

"Sudahlah nanti saja! Perhatikan dirimu dahulu" dia menghentikanku saat kuberikan ciuman mesra setelah beberapa waktu.

"Kamu mau makan atau minum apa? Seperti biasa saja ya" tanya dia setelah masuk kekamar, "Ganti pakaianmu dan segera ke meja makan untuk makan malam!" tambahnya.

Tanpa bicara aku langsung bergegas kebetulan aku lapar saat itu jadi aku buru buru.

Setelah selesai aku bergegas ke meja makan, "Maaf kamu sudah menungguku ya?" tanyaku dan diabaikannya entah apa yang ia pikirkan. Dia hanya sudah menyiapkan semua makanannya.

Lalu aku bertanya, "Mengapa kamu diam saja daritadi? Apakah tidak ada yang ingin kamu katakan lagi sekarang?"

"Aku tidak apa kok kamu tidak usah khawatir" ucapnya dengan wajah datar membuatku agak bingung dengan dia yang biasanya tersenyum saat melihatku. Kami selesai makan malam dan setelah beberapa waktu kami akan segera tidur.

Kami kembali kekamar kami berdua aku melihatnya kebingungan kali ini seperti ingin mengungkapkan sesuatu, "Jujurlah sayang, apa yang ingin kamu katakan aku tidak akan marah" tanyaku lembut

"Mmm... Jadi sebenarnya tadi aku takut untuk bilang 'Buatkan aku masakan seperti tadi pagi lagi' padamu. Aku lihat kamu sudah lelah aku maka dari itu aku urungkan lagi niatku" Jawabnya jujur terlihat dari sorot matanya yang berharap, "Tentu saja besok aku akan memasakkannya khusus untukmu, besok kan libur jadi aku bisa membuatkannya lagi untukmu" tegasku

"Benarkah?" Lia

"Iya" jawabku

"Omong omong, makanan itu namanya apa ya?" dia bertanya lagi

"Kue Sayur" ucapku

"Kue Sayur?" ucapnya mentertawakan pemberian namaku yang jelek itu, "Untuk tadi, terima kasih makanannya, aku suka sekali" tambahnya

"Baiklah saatnya tidur, selamat malam istriku" kupeluk ia lagi dan malam mulai berganti pagi.

Next chapter