George yang sejak tadi terdiam menunggu jawaban lagi-lagi terkejut mendengar ucapan Alesha. Dia sangat tidak percaya apa yang didengarnya. Gadis yang dicintainya sepenuh hati berkata seakan dia tidak punya perasaan sedikitpun terhadapnya. Hatinya sangat terluka dan kecewa mendengar semua ucapan Alesha.
Tidak pernah sekalipun terbersit dalam benaknya akan mersakan rasa sakit seperti itu, sakit yang menjadikan jiwanya merana. Mungkin ini hukuman baginya karena banyak mematahkan hati wanita. Lama dia terdiam dan hanya memandangi Alesha tanpa kata-kata sedikitpun.
Amarahnyapun mulai menjalari hatinya,rasa kecewa dan terhianati merenggut rasa sayang dan cintanya perlahan. Dia kemudian berjalan menghampiri Alesha yang sejak tadi hanya terdiam mematung.
" Kau....!! ."Ucapnya lalu pergi meninggalkan Alesha yang mulai meneteskan air mata.
"Maafkan aku pangeran.." ucapnya lirih tak berdaya menahan kesedihannya. Dia menumpahkan semua kesedihannya sampai mimpi membawanya pergi.
Beberapa minggupun berlalu...
Alesha terlihat sibuk mencari bahan bacaan di tempat paforitnya, yah, dimana lagi kalau bukan di perpustakaan.
Wajahnya yang masih sedikit sendu terlihat manis seperti biasa tapi raut kesedihan masih nampak melekat disana. Mata bulatnya juga terlihat masih menyisakan kegetiran. Untungnya, senyum indahnya yang berusaha dia tampakkan bisa memudarkan kemuraman wajahnya itu.
Sejak kejadian itu dia berusaha tegar dan melupakan semua perasaannya terhadap George, bersyukur Bella dan Olivia selalu senangtiasa menghiburnya.
" Les, udah berminggu-minggu ini wajahmu masih saja gloomy. Come on cheer up lah, ntar malam aku akan ajak kamu kesuatu tempat." ucap Bella dengan senyum misteriusnya.
"Kemana itu? tanya Alesha santai, sebenarnya dia tidak ada keinginan sama sekali untuk pergi kemana-mana. Tapi ajakan Bella membuatnya sedikit ingin tau.
" Ke club" jawab Bella sambil tersenyum lebar. Dia tau dan sudah mengantisipasi respon dari Alesha.
Dan benar saja, mendengar itu mata bulat Alesha melotot. " What..! no way!, aku tidak mau ketempat itu. Disana penuh dengan manusia menakutkan!" ucapnya menggeleng.
Bella tersenyum mendengar respon sahabatnya itu, dia polos sekali. Sekali-sekali aku ajak ketempat seperti itu supaya dia tau dunia luar selain perpustakaan membosankan itu. Ucapnya dalam hati.
"Lesha, tidak selalu seperti itu. Club yang kita mau kunjungi ini bukan sembarangan, orang-orangnya pun ketika masuk dan keluar itu akan diperiksa jadi tidak akan ada masalah. Ayolah, kau tidak usah khawatir. Lagian pacarku DJ disana jadi it'll be perfectly safe". jelasnya sambil tersenyum lebar. Alesha hanya mengangkat bahu sambil melanjutkan bacaannya.
Sementara itu Meena yang sudah tau kejadiaannya tetap masih berupaya dengan usahanya agar hati Alesha berpaling padanya, akan tetapi sampai saat ini hasilnya tetap sama yaitu nihil. Sehingga Dia sadar kalau cinta dan hati gadis itu memang sulit ditaklukkan, dan dia pun mulai merelakan cintanya itu bersama kebekuan hati Alesha. Sehingga sampailah dia diclub ini, berusaha menghilangkan perasaan tak sampainya.
" George, apa kau benar-benar tidak peduli lagi dengannya? tanyanya yang dari tadi memperhatikan George yang sejak tadi mempermainkan minuman ditangannya. Mereka berada di ruang privasi di club itu yang tertentu saja orang lain tidak bisa bebas mengaksesnya.
" Dia memilih untuk berpisah, jadi buat apa memikirkannya. Akan kuberikan dia waktu untuk menyelesaikan kuliahnya kerena itu yang dia inginkan". ucap George sambil menghabiskan minumannya dengan sekali teguk.
"Dari Ekspresimu kau masih menginginkannya, kalau nanti dia kembali kenegaranya setelah lulus bagaimana? tanya Meena lagi.
George terdiam, dia membayangkan bagaimana seandainya Alesha kembali ke indonesia. Selama ini dia sengaja menjauh dari gadis itu tetapi bukan berarti dia tidak mengawasinya. Dia hanya tidak ingin Alesha melihatnya, egonya sebagai laki-laki masih sangat tinggi untuk memohon cinta dari seorang wanita tapi tetap saja hatinya tidak ingin jauh dari gadis itu. Dia menatap Meena dan menyeringai.
" Kau sendiri, apakah sudah meyakinkannya untuk berpaling kepadamu?"
" Hatinya sudah terkunci untuk orang lain, apapun caraku tidak pernah berhasil. Aku hanya akan menganggapnya sahabat baik." jawabnya dengan wajah menyerah.
"Sahabat baik ya? kenapa aku merasa ada seseorang akan merasa cemburu nantinya" Ucap George dengan senyum penuh arti.
Meena mengerutkan keningnya.
"Cemburu, siapa?' tanyanya bingung.
"Sahabat sekaligus adik kesayanganmu, siapa lagi?"
Meena mangangkat alisnya dan terdiam, dia kemudian meminun sisa minuman yang ada digelasnya. Dia teringat gadis blonde kesayangannya, gadis yang selama ini sangat dekat dengannya yang selalu membuatnya melupakan semua masalah ketika bersamanya. Tiba-tiba dia ingin sekali melihatnya lagi karena sudah beberapa minggu ini mereka tidak pernah bertemu. Perhatiannya tersita olen Alesha yang berduka.
" Bagaimana kabarnya?, aku belum pernah bertemu dia lagi akhir-akhir ini."
"Dia baik, hanya saja dia terlihat upset balakangan ini. Tidak seperti biasanya dan dia banyak terdiam. Entah apa lagi masalahnya, terakhir dia seperti itu waktu aku lupa membelikan pesanannya saat berada di prancis dan butuh 2 minggu membujuknya agar mau bicara lagi denganku."
Mendengar itu mata Meena terbelalak.
" Oh shit..!! i'm dead now." ucapnya panik.
"Ada apa?" tanya Geoege bingung
"Aku melupakan janjiku dengannya! aku harus menemuinya sekarang". ucapnya seraya bangkit dan meninggalkan tempat itu.
George tertawa lebar " Good luck man" teriaknya.
George kembali menyandarkan punggungnya kesofa dengan rileks, matanya terpejam, pikirannya melayang. Dia kembali teringat ucapan- ucapan Alesha yang membuat hatinya kembali terasa berat. Sulit sekali melupakan sosok itu, sosok yang selalu membuat jiwanya tenang bahkan hanya mendengar suaranya.
Sekarang gadis itu memutuskan hubungan dengannya secara sepihak tanpa memberikan penjelasan apa-apa. Meskipun George tau jelas alasan dibalik semua itu tapi tetap saja dia ingin mendengarnya lansung dari Alesha supaya mereka bisa mencari jalan keluar bersama,tapi gadis itu memilih untuk diam.
Untuk itulah saat ini dia hanya bisa merelakan perasaannya terbengkalai, dia ingin fokus menyelesaikan kuliahnya dan masalahnya dengan tunangannya itu. Ah,mengingat gadis posesive itu moodnya semakin buruk.
Dia sudah sangat jenuh dengannya tetapi ibunya selalu saja punya cara untuk memunculkan gadis itu disekitarnya. Seperti sekarang, ibunya menyuruh mereka bersenang-senang diclub supaya mereka semakin dekat, tapi sesampainya diclub gadis itu langsung meninggalkannya dan bergabung dengan girls sekelasnya.
Yang sudah pasti sama menyebalkannya dengan putri Selvia. Tapi George tidak peduli sama sekali dan bahkan dia ingin meninggalkannya sendiri kalau saja dia tidak diancam ibunya untuk mengajak selvia liburan bersama. Beruntung dia bertemu Meena. Tapi sepeninggal sahabatnya itu dia kembali menikmati kesendiriannya.
George kembali membuka matanya dan bangkit. Dia lalu menuju pintu dan keluar dari ruang vvip club yang letaknya sangat privasi. Dia kemudian memasuki lift menuju lantai dansa.
Suara alunan musik dan orang-orang berdansa berbaur menjadi satu, mereka larut dalam irama yang seakan tidak ada lagi hari esok.
George kemudian meminta satu gelas vodka dan langsung meminumnya dalam sekali teguk, mata coklatnya yang tajam melihat sekeliling tapi tiba-tiba keningnya berkerut dan seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia mengejapkan matanya berkali-kali sampai akhirnya dia sadar kalau yang dilihatnya itu adalah Alesha.
"Apa yang dilakukannya ditempat ini" gumannya gusar.
Sementara itu, Alesha yang tampak kikuk mengenakan pakaian yang super seksi dengan belahan dada yang terbuka tapi itu hanya menambah kecantikannya yang terlihat elegan. Dia sangat tidak nyaman dengan pakaian itu dan sesekali berusaha menurunkan rok pendeknya itu agar bisa menutupi pahanya yang indah.
" Bella, kita pulang saja ya. Aku tidak nyaman berada disini". ucapanya sambil menatap Bella penuh harap.
" Lesha, gimana sih kamu. kita baru aja sampai, ayolah nikmati malam ini. Coba lihat sekelilingmu, semua wanita disini memakai baju yang sama seksinya bahkan ada yang cuma memakai bikini, so please stop that!" ucapnya sampai menunjuk kearah tangan Alesha yang sejak tadi berusaha menutupi pahanya.
Dia kemudian meninggalkan Alesha untuk menemui kekasihnya. Mendengar itu Alesha hanya menghela napas pasrah. Dia benar-benar tidak bisa membantah Bella, lagipula mereka sudah terlanjur disini sedikit rileks mungkin tidak apa-apa, pikirnya. Suara musik yang sangat memekakkan telinganya membuat tenggorokannya kering. Dia kemudian berjalan menghampiri bartender dan memesan segelas minuman.
" Eh.. aku pesan segelas jus". ucapnya ragu-ragu.
Mendengar itu bartender itupun tersenyum licik, Wanita cantik didepannya itu terlihat sangat polos sehingga sedikit usilan tidak apa-apa. Dia juga sangat penasaran bagaimana jadinya kalau gadis cantik ini mabuk. Dia kemudian meramu minuman alkoholnya dan menyulapnya menjadi seperti segelas jus segar, lalu menyodorkannya ke Alesha.
" ini jus anda nona" ucapnya datar.
Alesha kemudian tersenyum dan karena memang sejak tadi merasa haus dan melihat minuman didepannya itu adalah jus segar dia tanpa ragu langsung meneguk habis minuman itu. Sedikit yang dia tau kalau minuman itu adalah ternyata alkohol khusus yang akan memabukkan bahkan hanya beberapa teguk saja dalam beberapa jam kemudian.
Setelah itu dia kemudian kembali ketempatnya semula dan hanya mendapati Bella dan kekasihnya sedang asyik bercumbu intim satu sama lain. Merasa sedikit kesal dia lalu membalikkan badan dan berniat meninggalkan mereka berdua. Tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya tertahan diding kekar dan hangat.
Hai..hai.. finally up juga. Well, sebenarnya cerita ini terjeda bukan karena kesibukan sih tapi lebih kepada mood author ini aja yang kadang on off, hehe. Juga tergantung respon readers karena itu yang menjadi acuan author kalau cerita ini disukai atau tidak. So it's so simple, no feedback no story. And response means the story continues... Makasih...