webnovel

Milikku ( Bab 55 )

Masa lalu kadang mampu menghadang masa depan seseorang.

Entah karena kenangan yang terlalu hebat atau kita yang tak mampu melupakan.

*******************************************

Franklin berada di keadaan di mana tidak berani mengambil keputusan namun juga tidak mampu mengabaikan persoalan. Sebelumnya semua berjalan lancar, Tuhan seolah memberinya lampu hijau untuk menikahi Shella. Sampai semuanya berubah, lampu yang tadinya hijau ternyata adalah lampu kuning untuk Franklin. Franklin menyalahartikan sebuah keadaan. Seolah di permainkan takdir saat ini hatinya gundah gulana mencari jawaban pasti.

Hari ini Franklin menjemput Shella sehabis dari rumah sakit. Wanita pujaannya sedang menunggu tepat di depan perusahaan. Memakai Skirt berwarna putih dan baju blouse transparan berwarna ping soft menambah kesan manis di wajah Shella. Saat itu dia sedang berbicara dengan sangat serius sambil memegang handphone nya. Sesekali kerut di wajahnya muncul saat percakapannya terdengar semakin serius.

" Bagaimana mungkin aku menyakitimu dengan mengatakan kebenaran nya ? Bagaimana mungkin aku menjelaskan segalanya ? Hati ku bimbang mungkinkah kamu bertahan. Tapi ini membuatku ragu dan takut.

Segala kekhawatiran muncul di kepala Franklin, bahkan kala itu Franklin terlihat sangat tidak fokus. Ia bahkan tidak memanggil Shella sama sekali membiarkan Shella menunggu lama diluar perusahaan.

Namun tak lama Franklin mulai sadar saat seseorang meng-klakson mobilnya dari arah belakang, segera Franklin tersadar dan secara bersamaan saat itu Shella yang menatap ke arah mobil Franklin, segera berlari menghampiri mobil Franklin.

Shella masuk kedalam mobil dan menyapa Franklin sambil memasang sabuk pengaman.

" Apa kau menunggu terlalu lama ? Tanya Franklin

" Tidak... mungkin hanya sekitar 10 menit.

" Maaf jalanan sangat macet. Kata Franklin.

" It's ok.

Sepanjang di dalam mobil lagi-lagi Franklin diam tanpa bicara. Sifatnya tidak seperti biasa, biasanya dia akan banyak bertanya dan banyak bicara. Namun kebelakangan ini Franklin benar-benar berubah.

Sesampainya di rumah Shella tiba-tiba Franklin menarik tangan Shella saat Shella hendak masuk ke dalam rumahnya.

" La... Emmm... begini, Di Rumah sakit kami ingin membuat acara amal tapi kami tidak punya model untuk menghiasi poster amal. Emmm aku rasa Lia cocok menjadi model di dalam poster tersebut. Apa aku bisa meminta no handphone Lia ? Tanya Franklin.

" Oh... Jadi rumah sakit akan melakukan acara amal. Emmm memang Lia cocok untuk di jadikan model, sebentar ya ...

Shella merogoh kantong tas nya mencari handphone miliknya dan saat itu langsung tanpa ragu memberikan nomor Lia kepada Franklin.

" Maafkan aku La. Aku harus membohongi mu, tapi aku harus membicarakan hal ini kepada Lia. Batin Franklin yang merasa bersalah.

*****************************************

Keesokan harinya.

Franklin bergegas dari rumah sakit menuju restoran yang sudah ia janjikan dengan Lia. Dengan penuh semangat Franklin langsung masuk ke dalam restoran. Mengambil meja yang berada di lantai dua. Lia masih tidak tau bahwa Franklin mengajaknya untuk membicarakan soal Cecil karena lewat pesan yang di kirim Franklin kepada Lia. Pertemuan ini hanya untuk membahas soal pemaparan wajah Lia di Poster amal.

Franklin duduk dan langsung memesan Americano, menyeduhnya beberapa kali sebelum akhirnya meminum nya secara perlahan. Franklin menatap ke luar jendela dan membayangkan wajah Cecilia. Putri yang lucu dan membayangkan senyumnya membuat Franklin ikut tersenyum.

Tak lama langkah kaki terdengar mendekati meja Franklin. Lia yang memakai Dress berwarna oranye tanpa lengan melangkah sambil tersenyum sumringah ke arah Franklin. Seolah tidak ada beban yang sedang menghantuinya. Senyumnya sungguh indah dan sedikit mirip dengan senyum Cecil.

" Hi... Aku pikir kau akan datang bersama Shella. Kata Lia menyapa Franklin.

" Duduk lah... Kata Franklin yang mulai terlihat serius.

Jantungnya berdebar kala mengingat kejadian 3 tahun lalu, ingatan itu jelas, dan wajah Lia malam itu sama persis dengan sekarang. Tidak ada yang berubah dan tidak ada yang membuat Franklin ragu dengan Lia.

" Apa kau mau memesan sesuatu ? Tanya Franklin.

" Tidak, aku rasa cukup Jus Orange. kata Lia.

" Emmm karena aku harus menjemput Cecil di klas paud nya boleh kah kita langsung ke inti pembicaraan. Kata Lia.

Franklin menyerahkan kertas ke arah Lia namun sebelum Lia membuka kertas tersebut.

" Apa kau benar-benar tidak mengingat ku ? Tanya Franklin.

Lia langsung menatap Franklin dan berusaha mengingat Franklin.

" Apa kita pernah bertemu sebelumnya ?

" Paris, kota itu mempertemukan kita. Kata Franklin spontan membuat Lia menatap tajam.

" Paris ? Tanya Lia bingung.

" Tepatnya Club X-Zone.

" Hotel Le Belleval. Apa sekarang kau bisa mengingat nya ?

Sontak tangan Lia gemetaran kertas yang tadinya sudah berada di genggaman nya jatuh dan melayang ke arah kaki Franklin. Lia menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya terlihat berkaca-kaca, dan keningnya bercucuran keringat.

" D.. dddd ari mana kau tau semua itu ? tanya Lia gugup.

" Aku tidak mengerti bagaimana cara menjelaskan nya padamu, tapi malam itu benar-benar adalah sebuah kecelakaan. Aku tidak bermaksud tapi, sepertinya ada orang yang sengaja memasukkan obat perangsang ke dalam minuman ku. Awalnya aku berusaha menghindar tapi melihat kondisi mu dan kondisi ku aku...

" Stop... jangan lanjutkan. Aku aku... !!! Lia langsung berdiri dalam keadaan masih sangat terkejut. Berjalan tertatih meninggalkan Franklin.

Franklin dengan segera berdiri dan mengejar ke arah Lia, Lia berjalan gemetaran matanya sudah menampung banyak air mata yang siap tumpah saat itu. Namun mengingat saat ini dia berada di keramaian Lia berusaha menahan air matanya.

" Lia... Lia... tunggu. Kata Franklin mengejar Lia yang berlari keluar restoran.

Saat itu Franklin menambah kecepatan kakinya di luar restoran tepatnya di area parkir Franklin menarik tangan Lia.

" Jangan pisahkan aku dengan putri ku. Kata Franklin.

Sontak Lia langsung menatap Franklin dan segera menepis kan tangan Franklin.

" Kita bertemu hanya semalam. Jadi jangan pikir Cecil adalah milik mu, dia putri ku dengan pria lain. Kata Lia.

" Tidak...!!! Dia putri ku aku sudah melakukan tes DNA.

Franklin menyerahkan hasil tes DNA ke tangan Lia. Seketika Lia membeku dan tak tau harus mengatakan apa.

" Jadi kau benar-benar pria malam itu. Lia meremas rambutnya frustasi.

" Bisakah kita bicarakan ini di dalam. Tidak baik jika ada yang mendengar pembicaraan ini. Kata Franklin.

Franklin merangkul Lia yang saat itu seperti nya masih dalam keadaan terkejut dan syok berat. Membopong nya untuk masuk kembali ke dalam restoran.

Di sisi lain tepat di area parkir Tia baru saja memarkirkan mobilnya dan di suguhkan penampakan Franklin yang merangkul Lia, sontak saja hal itu membuatnya benar-benar terkejut. Matanya tak berkedip sama sekali menatap Franklin dan Lia.

" LIA... FRANKLIN... apa yang mereka lakukan di sini, berjalan semesra itu ? Ada apa dengan mereka ? Bahkan tatapan Franklin kemarin saat di butik sungguh tidak biasa.

ตอนถัดไป