webnovel

Strategi

Entah sudah berapa lama Putri duduk menatap semua laporan yang diberikan oleh Roy. Raja dan Rafa pun sibuk memainkan pulpen yang mereka lempar dan tangkap. Wira terlihat masih sibuk menatap handphone-nya (Membalas pesan dari Mega)

Sedangkan Rian, duduk di kursi yang dulu adalah milik ibunya, ruang kerja ibunya sangat luas untuk mereka berlima berkumpul. Di tempat inilah, mereka mulai diberikan tugas oleh kakak mereka Surya dan Roy.

Si kembar yang lebih cepat bosan, menyerah dengan sukarela. Dan menunjuk Putri untuk menggatikan posisi mereka, sedangkan Putri masih berpikir keras apa yang harus dia lakukan.

"Sial.." Ucap Raja sekarang menggenggam erat pulpennya. Rafa tampak sangat kecewa kakaknya tidak melempar balik kepadanya. "Apa mereka sudah gila, bagaimana caranya kita?" Ucapan Raja terpotong.

"Huh.. ternyata otakku lebih pintar darimu." Ejek Rafa, dan Raja memberikan senyumannya yang aneh. "Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Rian penasaran.

Putri mulai mendongak dan menatap Rafa yang semakin memberikan senyumannya yang lebar. Wira masih sibuk dengan membalas pesan dari pacarnya.

"Bukankah kalian sadar, kalau kita butuh sesuatu yang segar. Sesuatu yang kekinian, produk makanan dan minuman kita memang memiliki kesan yang kuat untuk para customer loyal kita. Tapi bukannkah kita juga butuh new customer." Ucap Rafa menjelaskan.

Putri masih membawa laporan yang ada di tangannya, kemudian mendekati Rian. "Kak lihat ini." Ucap Putri menyodorkan laporan yang ada ditangannya.

"Aku rasa Ka Rafa ada benarnya. Contohnya produk makanan dan minuman ini, bukankah market-nya adalah usia anak-anak hingga dewasa? Tapi berdasarkan survey ini, penjualannya tidak sampai 60%." Putri menatap Rian yang masih berpikir berat.

"Bisakah langsung ke intinya." Ucap Raja melengos dengan kesal, "Kau ini, kadang aku bingung apa benar kita saudara kembar??" Sindir Rafa melihat Raja yang sudah mulai bosan dengan penjelasan panjang .

"Aku paham dengan ucapan Ka Rafa, saran Putri kita harus melakukan promosi ulang. Kita harus ke bagian humas dan marketing." Putri kini bersandar di tepi meja. "Selain itu, Putri juga ada ide." Putri mulai menggigit jarinya.

"Putri gak yakin apa Ka Surya atau Ka Roy setuju dengan ini?" Lanjut Putri dengan yakin. Dan sekarang semua tatapannya mengarah kepadanya.

***

Galeri Raja & Rafa

"Mba Vivi, boleh letakkan lukisan itu di area depan. Sepertinya akan lebih manis jika ada disana." Ucap Putri dengan sopan, Vivi tampaknya tidak begitu suka diperintah. Dan dengan terpaksa mengikuti perintah Putri.

Hari yang sangat sibuk untuk Putri dan saudara-saudaranya. Raja dan Rafa sudah mulai merapikan lantai dua dan tiga. Kali ini dua lantai diatas penuh dengan furniture kursi dan meja dengan bentuk yang unik.

Sangat sulit bagi mereka untuk meyakinkan Roy dan Surya, untuk mengeluarkan sedikit budget dengan apa yang akan mereka rencanakan. Dan pada akhirnya mereka bisa meyakinkan dan membujuk Surya dan Roy.

Raja dan Rafa beserta dengan beberapa pekerja laki-laki, sibuk dengan membawa sebuah lukisan yang amat besar, dengan ukuran dua kali empat meter. "Hati-hati." Ucap Raja sangat khawatir.

"Kalian tau lukisan ini kami kerjakan dengan semua tenaga yang kami miliki." Ucap Rafa kembali mengingat bagaimana tidak mereka hanya mengerjakan dalam waktu tiga hari. Itu pun karena Putri terus merengek-rengek untuk cepat di selesaikan.

Pekerja laki-laki itu meletakkan dengan hati-hati lukisan tersebut, menempatkan paling depan sehingga orang-orang yang lewat dapat dengan mudah melihatnya. Putri ikut keluar dengan penasaran, menatap puas hasil karya kakaknya.

Lukisan itu berwarna warni, Raja dan Rafa benar-benar bisa mengetahui apa yang dipikirkan oleh Putri dan menuangkan persis di lukisan mereka.

Beberapa produk makanan dan minuman (yang sebelumnya sudah mereka seleksi), berada di lukisan tersebut. Raja dan Rafa menggambarkan lukisan tersebut dengan sangat hidup, Putri amat yakin siapapun yang melihat lukisan tersebut akan langsung penasaran dan berkunjung di dalamnya.

Lantai dasar tidak berubah sama sekali, sedangkan lantai dua dan tiga berubah layaknya sebuah mini cafe. Dengan banyaknya hiasan yang unik dari mulai lampu, pajangan, kursi, dan meja. Putri sangat amat yakin dengan rencananya, pasti banyak yang akan datang berkunjung.

Handphonenya bergetar amat kuat, membuat Putri tersadar dari lamunannya yang masih menatap Lukisan tersebut.

"Halo?"

"Put, good news." Ucap Rian dengan semangat.

"Putri...." Suara linda terdengar, dan Putri yakin Linda merebut paksa handphone Rian. "Ya.." Jawab Putri.

"Putri.. gue udah ketemu sama Steve. Setelah merayu-rayu bokap untuk minta jadwal Steve. Akhirnya.." Suara Linda lebih bersemangat lagi. "Jadi??" Tanya Putri dengan amat penasaran, jantungnya mulai berdegup dengan kencang.

Bagaimana tidak, semua kuncinya ada di Steve. Putri sangat berharap Steve bisa diajak untuk bekerja sama. Hanya saja, Surya dan Roy tidak mau mengeluarkan anggaran lebih. Putri sempat ragu, apakah Steve mau diajak untuk melakukan barter benefit.

"Dia mau Put, dengan penawaran yang kita berikan. Seperti yang kamu bilang Put selama dua tahun dia akan menjadi model iklan di setiap produk perusahaan kamu Put." Linda melanjutkan penjelasannya. Terdengar Putri bersorak riang, bahkan hampir saja handphonenya terlepas dari tangannya.

"OK Linda, thank you ya. Gue mau hubungin Ka Wira dulu." Ucap Putri masih dengan senang. Putri bergegas menelpon kakaknya, yang kali ini Wira berada di toko bunga milik Mega.

"Halo Ka Wira." Ucap Putri dengan semangat,

"Ya Put?" Wira terlihat bingung dengan suara Putri yang nyaring, "Steve, dia setuju kak." Putri menyeringai dengan lebar, orang-orang yang berjalan di depan galeri menatapnya dengan aneh.

"Seriusan? Wouww.. I'm happy to hear. Disini juga sudah hampir rapi, aku rasa besok Steve sudah bisa untuk mulai disini." Ujar Wira yang tidak kalah senangnya dengan Putri.

Putri benar-benar sangat kegirangan, bagaimana tidak. Putri dan kakak laki-lakinya, mencoba untuk membuat konsep yang kekinian, berharap sosial media bisa lebih efektif ketimbang dengan iklan yang jauh lebih memakan biaya.

***

Hari berikutnya lebih menyenangkan, Linda benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya dari Steve, pria tinggi dengan postur proporsional tersenyum dengan manis. Wajar saja, karena Steve mengawali karirnya sebagai model.

Toko bunga Mega kali ini benar-benar terlihat ramai, Steve membawa krunya setidaknya ada lima orang. Wira menata dan menambahkan meja dan kursi di dalam ruangan. Kali ini beberapa produk dari Elang Industri terpampang di rak-rak yang sebelumnya hanya berisi pupuk ataupun bibit.

Steve mengambil beberapa minuman dan makanan kesehatan. Membawanya dan mengambil foto di area depan, belakang, bahkan di rumah kaca. Pemotretan tidak cukup lama, dengan jadwalnya yang padat Putri harus mengingatkannya untuk segera menuju galeri miik Raja dan Rafa.

Sesampai disana pun, Steve benar-benar sangat profesional. Tidak ada kata baginya untuk beristirahat. Para crew dengan cepat dan tangkas melakukan tugas masing-masing, Linda sudah tidak lagi mengekori Steve. Kali ini sibuk merayu Rian, yang terlihat sangat cemburu.

"Akhirnya selesai juga," Ucap Steve dengan manis. Putri membalasnya dengan senyuman. "Terimakasih atas kerja samanya." Putri masih tersenyum, dan kali ini melihat wajah Steve yang mempesona dengan dekat.

"Tidak usah berterimakasih seperti itu, saya melakukannya karena saya berusaha untuk bersikap profesional dalam bekerja. " Steve menyodorkan tangannya, berharap bisa berjabat tangan.

"Ah iya, tapi tetap saja saya harus berterimakasih." Ucap Putri yang kali ini membalas jabat tangan Steve.

"Pantas saja Irfan, tertarik denganmu." Steve merunduk sedikit untuk melihat wajah Putri, Putri terkejut dengan Steve berbicara mengenai Irfan.

"Kamu tunangan Irfan kan?" Tanya Steve, "Ehh.. itu saya.. bukan.. maksudnya.. memang tunangan tapi.." Putri terlihat sulit untuk menjelaskan hubungan mereka. Steve tertawa melihat Putri yang kikuk.

Seseorang yang tampak seperti managernya mendekati Steve dan berbisik kepadanya, tawanya langsung hilang seketika. "Sayang sekali, aku harus segera pergi. " Ucap Steve.

"Lain kali kita ngobrol banyak lagi ya." Ucapnya sambil berlalu dan meninggalkan Putri yang masih mempertahankan senyumannya.

Putri menggaruk kepalanya, menatap Steve yang mulai berlalu dengan para crew. Seperti ada yang aneh dengan ucapannya tadi mengenai Irfan. Tapi setidaknya Putri bisa bernafas lega karena pekerjaannya berhari-hari di waktu libur sekolahnya telah membuahkan hasil.

Libur sekolah telah usai, dan kali ini Putri berharap bisa mendapatkan ekstra liburan untuk dirinya sendiri. Rute Wajib masih berlaku, dia tidak dapat pergi kemanapun.

Tapi Putri sangat senang, ternyata hasil kerja keras mereka terbukti. Tidak lama mereka mem-posting kegiatannya di galeri dan toko bunga. Sudah banyak ribuan like dan ribuan komentar.

Galeri si kembar dan toko bunga milik Mega, saat ini ramai dengan pengunjung yang berdatangan. Para pengunjung mengambil beberapa foto dan selain membeli produk-produk Elang Insdustri, mereka – para pengunjung juga lebih sering mem-posting kegiatan mereka.

Tanpa disadari, mereka-para pengunjung adalah iklan yang sebenarnya. Semakin banyak post dan share yang dibagikan, produk-produk Elang Industri semakin dikenal. Bahkan dikesempatan makan malam, Surya dan Roy dengan bangga menjelaskan adanya kenaikan significan pada income perusahaan dalam 2 bulan ini.

Putri menghadapi hari-harinya di sekolah dengan tenang, sudah tidak ada perbincangan ataupun gosip mengenai dirinya. Beberapa bulan ini, merupakan sebuah kemajuan untuk perusahaan.

Sudah empat bulan berlalu semenjak ia dan saudaranya melakukan strategi mereka, dan Putri benar-benar membuktikan bahwa bisnis keluarga mereka layak untuk dipertahankan. Putri harus menghadapi ujian akhirnya, lebih banyak untuk menghabiskan waktu untuk belajar di taman sekolah.

Mengingat kembali kenangan Andi, walaupun mereka satu sekolah. Putri semakin jarang melihat Andi, ia benar-benar berhasil untuk tidak bertemu muka dengannya. Mega sibuk membantu Rika, sedangkan Linda tidak pernah suka dengan ajakan Putri hanya untuk duduk di taman sekolah.

Notifikasi handphone berbunyi, Putri melirik ke arah hpnya yang ia letakkan di sampingnya. Sebuah nama yang ingin ia lupakan, dan jika perlu ia hilangkan muncul. Bahkan ia hampir lupa dengan orang tersebut.

Putri sempat ragu untuk membacanya, tapi rasa penasarannya lebih besar.

IRFAN : Congratz, kali ini kamu benar-benar membuktikan ya

IRFAN : Kalau begitu kita akan lanjutkan untuk membahas pertunangan kita

Putri meletakkan dengan kesal hpnya, menutup bukunya dengan rapat dan jantungnya mulai berdegup kencang. Ada rasa tidak nyaman setelah membaca pesan dari Irfan. Putri pun mengepal kedua tangannya, kesal dan ia sadar hal ini akan segera terjadi cepat atau lambat.

Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.

Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.

1. Vote dengan Power Stone.

2. Berikan Review anda.

3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca

4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.

Terimakasih :)

Find me on IG Sita_eh

Sita_ehcreators' thoughts
Next chapter