Ditya dan teman-temannya menanti dengan perasaan H2C alias Harap Harap Cemas. Sudah 30 menit lamanya sejak Ditya menutup telepon, namun belum ada tanda-tanda Putra menghubungi atau mengabarinya lewat WhatsApp seperti yang dia janjikan.
"Dit, Kak Putra masih belum ngabarin juga?" tanya Yuni.
"Belum, Yun."
"Bagaimana ini? Udah jam 9 malem lagi." Niar merasakan kepanikan menjalar di seluruh tubuhnya.
"Kalian punya nomor senior yang lain nggak?" tanya Ditya.
Semuanya menggelengkan kepala.
Ditya berteriak kesal, "Ah, emang ngeselin banget nih, orang. Awas aja kalau besok kita sampai dihukum gara-gara dia. Aku akan buat perhitungan nanti!" ancam Ditya.
"Apa mungkin dia sengaja nggak ngasih tau kita?" tanya Anisa curiga.
"Kenapa begitu?" Triana bingung.
"Selama ini kan dia berantem terus sama Ditya. Mungkin dia mau balas dendam." kata Anisa.
Tiba-tiba, muncul sebuah notifikasi pesan WhatsApp masuk di layar ponsel Ditya. Pesan ini dari nomor yang tidak dikenal.
"Dari siapa, Dit?" tanya Niar.
"Nggak tau. Nomornya nggak dikenal. Sebentar aku buka pesannya." kata Ditya.
"Iya benar! Ayo cepet baca. Mungkin itu dari Kak Putra." Triana menjadi sangat antusias.
✉️ Dit, ini aku Putra. Aku udah cek daftar makanannya. Ternyata disana memang tertera seperti itu. Jadi aku sendiri nggak tau mana yang bener.
"Seriously? Kita nunggu lama-lama cuma buat nunggu dia bales kaya gini?" kata Ditya kesal.
"Coba sini aku baca." Yuni merebut ponsel Ditya.
"Beneran ya Kak Putra. Pantesan Ditya kesel sama dia sampe ke ubun-ubun." kata Yuni.
Ditya merebut ponselnya kembali dari tangan Yuni dan langsung menghubungi Putra melalui panggilan WhatsApp. Setelah tersambung, Ditya mengaktifkan loud speaker dan merekam pembicaraan mereka.
📞 Halo, Kak Putra. Aku sama teman-teman mau ke mini market sekarang. Tapi sebelumnya aku mau minta kejelasan dan pernyataan dari kakak.
📞 Kejelasan apa? Memangnya aku PHP-in kamu?"
📞 Aku lagi nggak mood bercanda, Kak. Jadi, apa nanti akan jadi masalah kalau kami beli salah satu dari kedua merk itu. Ataukah kami harus membeli keduanya?
📞 Hmm . . . Bagaimana ya?
📞 Kan tadi kakak yang bacain daftarnya. Jadi kakak harus bertanggung jawab.
📞 Ok, kalian pilih aja salah satunya.
📞 Berarti entah kami membeli Chitato atau Cheetos, kami nggak akan dihukum kan?
📞 Ya.
📞 Janji?
📞 Iya aku janji.
📞 Ok, deal. Semua pembicaraan ini udah aku rekam di ponsel, jadi kalau kakak menghukum kami besok, aku akan memutar rekaman telepon ini dihadapan semua orang. Terimakasih Kak Putra atas bantuannya.
📞 Apa? Hei . . .
Sebelum Putra bisa menyelesaikan kata-katanya, Ditya terlebih dahulu menutup teleponnya.
"Dit, otak kamu emang paling encer deh!" puji Triana.
Ditya tertawa. "Udah yuk, kita ke mini market sekarang, takut keburu malam."
-- Keesokan Harinya --
Semua anak ekskul musik berkumpul di lapangan sejak pukul 8 pagi. Ditya dan teman-temannya sengaja mengambil barisan paling belakang karena mereka semua menghindari Putra. Mereka takut Putra akan melakukan sesuatu akibat perbuatan mereka semalam. Walaupun demikian, dengan postur tubuh Putra yang tinggi, begitu juga Ditya, maka dia mustahil sembunyi dari Putra. Putra bisa dengan mudah menemukan Ditya diantara kerumunan itu dan memandangnya tajam. Ditya mengetahui hal tersebut tapi dia berpura-pura tidak tahu seolah tak terjadi sesuatu.
Alih-alih memperhatikan Putra, perhatian mereka tertuju pada seseorang. Diantara semua wajah senior yang hadir pada hari ini. Ada satu wajah baru yang berdiri diantara mereka, yaitu Rian.
"Dit, bukankah itu laki-laki yang mengembalikan dompet kamu waktu itu?" tanya Yuni sambil menyipitkan matanya ke arah Rian.
"Iya. Baru aja aku coba mengingat dimana aku pernah bertemu dia. Soalnya wajahnya nggak asing."
"Hahahaha.. Sama cowok ganteng aja kamu lupa, Dit. Parah, nih." ledek Anisa.
"Tapi kenapa kita nggak pernah melihat dia sebelumnya ya?" tanya Ditya bingung.
"Mungkin dia baru bisa ikut kumpulan sskarang." kata Niar polos.
Sebelum mereka memulai acara pelantikan PIN, para senior yaitu Ade dan Putra memberikan arahan pada mereka dengan menggunakan toa atau pengeras suara.
"Hari ini kita akan melaksanakan kegiatan pelantikan PIN dimana nantinya kalian bisa mendapatkan PIN seperti yang kami pakai yang menjadi identitas kalian sebagai anggota ekskul musik." kata Ade.
"Tapi sebelum kita mulai, ada beberapa hal dan aturan yang harus kalian lakukan demi mendapatkan PIN ini." sambung Putra. "Pertama, setiap barang yang kalian bawa, yang berjumlah dua buah, salah satunya kalian kumpulkan di kantong plastik. Nanti Vina dan Gina akan mengumpulkan semua makanan itu yang nantinya akan disumbangkan."
"Kedua, masing-masing dari kami memegang PIN yang jumlahnya berbeda pada setiap orang. Ada yang memegang hanya satu, dua atau bahkan ada yang sampai enam buah. Dengan demikian, kalian harus memilih salah satu dari kami untuk mendapatkan PIN tersebut dan tanyakan apakah kalian bisa ikut atau tidak." jelas Ade.
"Tapi kalian juga harus bisa menganalisis kepribadian kami. Bisa saja salah satu dari kami ada yang berbohong. Misalnya kami hanya pegang 1 pin tapi kami menerima 3 orang untuk memperebutkan pin tersebut." kata Putra.
"Selain itu, kalian juga harus melakukan beberapa challenge dari kami untuk mendapatkan pin. Apabila kalian gagal, maka kalian harus mencari senior lain dan menerima challenge baru dari dia." tambah Ade.
"Ada pertanyaan?" tanya Putra.
Semuanya terdiam.
"Kalau tidak ada pertanyaan, silahkan kumpulkan makanan kalian ke dalam kantong plastik yang dibawa oleh Vina dan Gina." kata Putra.
Vina dan Gina berpencar mengumpulkan makanan yang mereka bawa. Setelah kira-kira 10 menit kemudian, semua makanan sudah terkumpul. Vina dan Gina memberikan kode pada Ade. Lalu semua senior berpencar ke segala penjuru. Ada yang berdiri dekat gawang, duduk dibawah pohon, duduk di bangku pinggir lapangan dan sebagainya.
"Dit, kamu mau minta pin ke siapa?" tanya Niar.
"Yang jelas bukan ke si Putra. Kecuali kalau kepepet." jawabnya singkat.
"Iya, aku juga nggak mau ke dia." kata Triana.
Setelah itu, Ade berbicara kembali melalui pengeras suara yang dibawanya. "Sekarang saya minta kalian berkonsentrasi. Ketika saya bunyikan nada sirine, maka pelantikan pin resmi dimulai. Dan kalian harus segera menghampiri salah satu senior kalian. Kalian paham?"
Semua anggota berteriak, "Iya." Maka sirine pun dibunyikan. Mereka berhamburan kesana-kemari mencari senior yang bisa mereka andalkan.