webnovel

Dia adalah Bom Waktu

Ditya dan Niar pergi ke basecamp musik karena hari ini adalah bagian mereka untuk membereskan ruangan itu bersama lima anggota yang lain. Ternyata baru mereka berdua yang sampai disana.

Mereka meletakkan tas mereka di dalam loker dan mulai membereskan kertas dan segala benda yang berada di ruangan itu.

Bagaimana mungkin ruangan ini bisa begitu kotor padahal setiap hari selalu ada yang membersihkan tempat ini, pikir Ditya.

Tak lama kemudian, lima mahasiswa yang seangkatan dengan mereka datang.

"Kalian sudah lama berada disini?" tanya Kayla, mahasiswi berbadan tinggi, berbadan kurus dan berkulit kuning langsat.

"Baru beberapa menit yang lalu." jawab Niar ramah.

"Ok, ayo kita bersihkan ruangan ini secepatnya." ajak Ulvia bersemangat, mahasiswi lain yang memiliki badan lebih pendek, berbadan gempal dan agak berjerawat.

Semuanya menanggapi dengan senyuman.

Ketika Ditya mengambil sapu, tiba-tiba dia mendengar suara dari belakangnya.

"Hai para gadis. Apakah kalian memerlukan bantuan?"

Ditya menoleh kebelakang. Ternyata orang itu adalah Putra, bersama Desta disampingnya.

"Kak Putra!" seru Ulvia. "Nggak usah kak, kita bisa melakukannya sendiri, kok." dia tersipu malu. Bukannya melanjutkan pekerjaannya, Ulvia justru terus memandangi Putra.

Putra dan Desta berjalan menghampiri mereka.

"Aku serius. Ada yang perlu aku bantu? Kebetulan kami lagi nggak ada kelas." ulang Putra.

Ulvia lagi-lagi menjawab "Beneran kok, kak. Kakak nggak . . . "

"Kalau memang kakak mau bantu, kakak tinggal lakukan saja. Kerjakan apa yang kakak bisa. Apakah dengan berbicara mampu membersihkan tempat ini?" potong Ditya menatap tajam ke arah Putra

Semua mata tertuju padanya.

"Dit!" Niar berusaha memperingatkan Ditya. Mereka baru saja tingkat pertama. Bagaimana mungkin Ditya berani berkata seperti itu kepada senior mereka? Bahkan senior yang sangat dikagumi oleh para gadis. Ditya sangat tidak masuk akal, pikir sebagian besar mahasiswi yang ada disana. Satu atau dua dari mereka hanya menahan tawa.

"Ditya, kok, kamu ngomong seperti itu. Kak Putra itu kan bermaksud baik, kamu nggak seharusnya bicara seperti itu." Kayla memarahi Ditya.

Alih-alih mendengarkan dan menyesali perbuatannya, Ditya justru mengacuhkan mereka dan melanjutkan pekerjaannya.

'Baru kali ini aku diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita, yang bahkan lebih muda dari aku. Mengapa kamu begitu menarik perhatianku, Ditya?" ucap Putra dalam hati. Putra meletakkan tasnya di dalam lemari dan menghampiri Ditya. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Mereka menanti-nanti apa yang akan terjadi kemudian.

"Cukup. Ditya benar. Seharusnya aku nggak banyak bicara dan hanya tinggal melakukan sesuatu untuk membantu kalian." Putra berkata. Dia berhenti tepat dihadapan Ditya. Semua mahasiswi menarik nafas dalam-dalam. "Sini, biar aku yang menyapu." lanjut Putra, merebut sapu yang ada di tangan Ditya.

Ditya terkejut seolah-olah baru saja ada pencuri yang berusaha merebut sesuatu darinya. "Kakak apa-apaan sih!" seru Ditya marah. Semua orang terkejut dan Putra adalah orang yang paling terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kenapa kamu jadi marah sama aku?" tanya Putra bingung, berusaha menghilangkan keterkejutannya. 'Apa yang sebetulnya ada di pikirannya? Dia benar-benar seperti bom waktu yang mampu meledak kapan saja dan menghancurkan apapun yang ada di dekatnya." batin Putra.

"Kenapa kakak merebut sapu yang aku pegang. Apa kakak nggak lihat apa yang sedang aku lakukan?" nada bicara Ditya meninggi.

Tanpa yang lain sadari, beberapa diantara mahasiswi yang ada disana menutup mulut mereka saking terkejutnya. 'Apa yang sebetulnya ada di pikiran Ditya hingga dia begitu berani berbicara seperti kepada seseorang seperti Kak Putra.' pikir mereka. Bahkan mereka harus mencari-cari alasan agar bisa berada di dekat Putra. Tapi Ditya malah melakukan hal yang sebaliknya.

"Bukankah kamu tadi bilang seharusnya aku melakukan sesuatu dan bukannya hanya berbicara omong kosong." jawab Putra tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ditya.

'Apa yang sebenarnya dia inginkan?' Putra kehabisan akal.

Next chapter