webnovel

Pent-up Feeling

•••

SURPRISE

🍓🍓🍓

"Terima kasih chef, maaf telah mengganggu waktumu." Jaehyun melepas apronnya dan menepuk pelan pundak Jeno.

Sudah tak ada lagi kecanggungan yang teramat, seperti saat awal Jaehyun mengenal Jeno juga Taeyong. Sekarang, Jaehyun sudah lebih menganggap mereka berdua adalah teman.

Jeno tersenyum lalu mengangguk. "Aniyo, tidak perlu minta maaf. Ini sudah pekerjaanku chef," sahutnya.

Menepis rasa tak suka terhadap Jaehyun karena laki - laki itu seperti menyukai Aya, Jeno mencoba bersikap profesional saat di tempatnya bekerja.

"Chef, kalau begitu aku permisi lebih dulu boleh?" tanya Taeyong yang sudah selesai mengganti baju.

Jaehyun mengangguk. "Sila chef, kau juga boleh pulang chef Jeno," sahutnya lalu menatap Jeno. "Terima kasih untuk kerjasamanya malam ini, kalian sungguh luar biasa."

Mendapat pujian dari Jaehyun, membuat Taeyong tersenyum lebar. Tak menyangka, nyatanya Taeyong diam - diam mengagumi sosok Jaehyun sebagai panutannya dalam dunia chef.

"Terima kasih kembali chef. Sampai jumpa besok, permisi," sahut Taeyong lalu menunduk singkat dan pergi meninggalkan Jaehyun serta Jeno.

Jaehyun melirik ke arah Jeno. "Aku juga permisi, chef. Tolong sampaikan salamku untuk Aya," ucapnya.

Jangan lupakan ponsel Aya yang tertinggal di mobil Jaehyun, membuat Jeno semakin tak suka dengan kedekatan mereka berdua --Jaehyun dan Aya. Entah kenapa. Yang awalnya Jeno selalu menepis perasaannya terhadap Aya, kini semakin menjadi nyata karena hadirnya Jaehyun dan Mark.

"Sampaikan saja salammu sendiri!" batin Jeno sambil mendesah pelan.

Kekasih. Ah, Jeno baru ingat. Saat ini status hubungannya dengan  Aya bukan hanya sahabat tapi juga sepasang kekasih. Bukankah ini waktu yang tepat untuk memberitahu Jaehyun? Menurut Jeno.

"Ah, iya chef. Akan kusampaikan salammu untuk ke.ka.sih.ku," sahut Jeno penuh penekanan di kata terakhir.

Tercengang. Jaehyun tak bisa menutupi keterkejutannya. Ia hendak melangkahkan kakinya menjauh, tapi terhenti ketika Jeno menyebut Aya adalah kekasihnya. "Eoh? Kekasih?"

"Ya, Aya kekasihku chef. Apa ada yang salah dengan ini? Kau terlihat terkejut," sahut Jeno penuh kemenangan.

Jaehyun menggeleng pelan. Memang benar ia terkejut, tapi dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya. "Tidak, hanya saja kukira kalian sebatas sahabat. Baiklah kalau gitu, aku permisi," sahutnya.

Dengan langkah berat, Jaehyun meninggalkan Jeno dengan raut wajah yang tak bisa diartikan. Bahkan satu tangan ia letakkan di dada sebelah kanannya. Sakit --itu yang dirasakan Jaehyun. Ia pun tak tahu apa sebabnya.

Sedangkan Jeno, ia langsung merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Dengan cepat, Jeno mengetikkan beberapa kata pada papan pesan untuk dikirimkan ke Mark.

Mark Lee

Mark |

Aya masih di cafe milikmu? |

Ting~

Sepertinya Mark sedang memegang ponselnya. Pesan Jeno pun langsung ia balas.

| Ya

| Aku baru saja akan mengantarnya pulang

Tunggu Mark |

Biar aku saja yang menjemputnya |

Di Crazy Coffee Shop. Mark memberitahu Aya kalau Jeno akan menjemputnya sekarang. "Aya, Jeno akan menjemputmu. Bagaimana?"

"Bilang saja Mark, kalau aku akan pulang ke rumahku. Chanyeol oppa sudah kembali, jadi aku tidak akan menginap di apartemen Jeno lagi."

Mark mengangguk. "Baiklah."

| Aya bilang tidak perlu Je

| Dia akan pulang ke rumahnya

Ya |

Jeno mengernyitkan dahinya. "Tumben sekali dia --Aya berani? Ah, mungkin Chanyeol hyung sudah kembali?" gumamnya.

Menepis pikiran lainnya, Jeno segera meninggalkan loker dan mengunci ruangan tersebut lalu meletakkan kunci di tempatnya.

Sedangkan di sisi lain, Mark tengah menyetir mobil sambil melirik ke arah Aya. "Hm, boleh aku bertanya padamu?" tanyanya tiba - tiba.

Aya yang sedang memandang lurus ke depan, kini menoleh ke arah Mark. "Tanya apa Mark?"

"Sebenarnya, bagaimana perasaanmu terhadap Jeno? Maaf kalau topik yang kubahas agak mengganggu privasimu," sahut Mark tanpa menatap Aya karena ia sedang menyetir.

Terlihat Aya mengalihkan pandangannya dari Mark. Ia mendesah pelan dan mulai menjawab pertanyaan Mark. "Sejujurnya, aku juga tidak mengerti perasaanku yang sebenarnya Mark. Dulu... aku memang menyukai Jeno." Aya menoleh cepat ke arah Mark. "Tapi, Mark! Kau bisa menjaga rahasia ini 'kan? Jangan beritahu siapa pun termasuk Jeno!" ancamnya.

Mark terkekeh, sambil sesekali melirik ke arah Aya. "Tenang saja. Aku bisa menjaga rahasiamu dengan baik. Jadi, kau bisa dengan nyaman bercerita padaku..." Seutas senyum terpatri di wajah tampan Mark. "Aku akan menjadi pendengarmu yang baik."

"Baiklah Mark," sahut Aya lalu tersenyum lebar. "Ternyata benar, mengobrol denganmu sangat asik... juga nyaman."

Lagi - lagi Mark dibuat tersenyum karena penuturan tulus dari Aya tentang dirinya. "Karena kita teman bukan?" sahutnya.

Aya mengangguk antusias. "Kau benar Mark. Baiklah, aku lanjutkan boleh?"

Setelah mendapat anggukan dari Mark, cerita pun dilanjutkan. "Jadi, sekarang kau sudah tidak menyukai Jeno lagi?" tanya Mark.

"Bukan seperti itu. Aku masih menyukai Jeno tapi sebagai sahabat. Dulu... aku melihatnya sebagai seorang pria." Aya mengingat bagaimana dulu ia mengagumi Jeno lebih dari sahabat.

Mark mengangguk mengerti. "Tapi, bukankah kalian sepasang kekasih? Jeno menceritakannya padaku kemarin saat dia bilang akan ke cafe dengan kekasihnya dan ternyata kau."

"Ceritanya panjang Mark. Karena kau sepupu Jeno, aku akan menceritakannya untukmu." Aya mulai menceritakan bagaimana ia bisa menjadi kekasih Jeno.

Selang beberapa menit, Aya selesai bercerita. "Mwo? Jadi kalian hanya pura - pura?" tanya Mark, terkejut dengan fakta yanga ada.

"Hm, dan itu pun aku sampai tidak mengerti kenapa bisa mengusulkan tantangan itu dan menyetujuinya. Semuanya diluar kendaliku saat itu Mark," jawab Aya.

Tanpa terasa mereka berdua sampai di sebuah rumah yang cukup besar, dengan gerbang warna hitam. "Mark, kita sudah sampai. Terima kasih atas tumpangannya," ucap Aya.

Mark melirik jam di pergelangan tangannya. Ternyata sudah menunjukkan waktu pukul 22.37 KST. "Kakakmu sudah tiba di rumah?"

"Sudah Mark. Kalau begitu aku permisi. Hati - hati di jalan," jawab Aya sebelum turun dari mobil.

Selepas Mark pergi, Aya masuk ke dalam rumah dan menemukan Chanyeol --sang kakak sedang masak di dapur.

"Oppaaaa..." teriak Aya sambil menghambur ke dalam pelukan sang kakak. "Kenapa lama sekali? Kau tidak merindukanku?"

Chanyeol terkekeh mendapati adik kecilnya merengek manja. Hanya padanya, Aya bersikap seperti itu.

"Aigoo, kau semakin tinggi. Tapi tunggu." Chanyeol meregangkan pelukannya dan memerhatikan Aya sambil menyipitkan matanya. "Jangan bilang kau sudah memiliki kekasih eoh?"

Aya ikut memicingkan mata. "Terlihat dari mana? Oppa asal menebak saja!" sahutnya sambil terkekeh canggung.

"Ayolah, kau tidak bisa membohongi oppa. Jeno sudah memberitahu oppa kemarin. Kalian menjalin hubungan 'kan? Mengakulah gadis kecilku..." sahut Chanyeol sambil mencubit gemas pipi adiknya itu.

Aya mengusap pipinya sendiri lalu mendengus kesal. "Sakit tahu! Aish, Jeno sudah memberitahu pada siapa saja eoh? Padahal kami hanya pura - pura."

"O, kalian hanya pura - pura? Astaga kalian berdua! Mana ada sahabat antara laki - laki dan wanita. Pasti salah satunya ada yang memendam perasaan. Atau jangan - jangan, kau ya..." Chanyeol mendekat ke arah wajah Aya lalu menyentuh hidung adiknya itu dengan jari telunjuk.

"Apa? Aku kenapa?" tanya Aya sambil mundur selangkah. Pasalnya Chanyeol memang tahu kalau Aya sempat menyukai sahabatnya itu --Jeno.

Chanyeol menarik kembali tangannya. "Kau yang memendam perasaan pada Jeno 'kan? Mengaku saja pada oppa," sahutnya.

"Ti.dak! Sudah, aku mau ke kamar!" jawab Aya sambil menggerutu. Membuat Chanyeol terkekeh pelan melihat tingkah adiknya itu.

🍓🍓🍓

Keesokan hari.

"Jaehyun-ah, kau libur hari ini?" tanya sang Ibu pada putra satu - satunya itu.

Jaehyun yang sedang membaca majalah di ruang keluarga mengangguk. "Ada apa eomma?"

"Bisa tolong temani aemi ke supermarket? Ada yang harus aemi beli. Lagi pula sudah lama juga kita tak menghabiskan waktu bersama," sahut nyonya Jung.

Diletakkannya majalah yang sedang Jaehyun baca. "Ayo, aku akan meluangkan waktuku untuk eommaku tersayang," sahutnya sambil tersenyum.

Nyonya Jung tersenyum lebar dan langsung bergegas untuk bersiap - siap. Kapan lagi ia bisa berbelanja bersama dengan Jaehyun. Maklum karena putranya itu sangat sibuk akhir - akhir ini.

"Hhh, dari pada memikirkan tentang chef Jeno dan Aya yang menjalin hubungan. Lebih baik aku menemani eomma berbelanja." Menepis pikiran yang sedaritadi ia risaukan, Jaehyun melangkahkan tungkainya menuju kamar untuk bersiap dan mengambil kunci mobil.

Di supermarket, Jaehyun mendorong trolly dengan santai. Di depannya ada sang Ibu yang tengah melihat - lihat sayuran segar yang tersedia di sana.

Jaehyun mengedarkan pandangannya untuk menghilangkan kejenuhan yang mulai menghampirinya. Ternyata berbelanja dengan sang Ibu sangat lama dan penuh perhitungan. Berbeda dengannya.

Dari jarak sekitar beberapa meter, iris Jaehyun menemukan sosok yang sedari kemarin memenuhi pikirannya. Siapa lagi kalau bukan Aya. Ya, perempuan itu sedang berbelanja dengan kakaknya --Chanyeol.

"Oppa, aku ingin es krim. Rasa vanila!" seru Aya sambil menggerak - gerakkan tangannya pada lengan Chanyeol.

Rengekan Aya pun tak luput dari pendengaran Jaehyun. Membuat laki - laki itu mengernyit heran. Bertanya - tanya dalam hati, siapa pria yang sedang bersama Aya itu.

Merasa ada yang memerhatikan, Chanyeol menoleh ke arah Jaehyun sambil mengernyitkan dahinya. "Ada apa dengannya?"

"Eoh? Apa maksudmu oppa?" tanya Aya tak mengerti.

Chanyeol menunjuk Jaehyun menggunakan dagunya. "Itu, ada yang memerhatikan ke arah kita sampai segitunya."

Aya menoleh ke arah yang dimaskud Chanyeol. "Eoh? Jaehyun?"

Sedangkan Jaehyun yang tertangkap oleh Aya --sedang melihat ke arahnya, langsung salah tingkah. Bahkan ia tak sengaja mendorong trolly sampai menubruk seseorang. Beruntung tidak terlalu kasar jadi ia buru - buru minta maaf.

Membuat Aya dan Chanyeol yang melihatnya tak bisa menyembunyikan tawanya. "Astaga Jaehyun lucu sekali," ujar Aya tanpa sadar.

Chanyeol yang melihat adiknya tertawa riang, tersenyum penuh rencana. Pria itu menghampiri Jaehyun.

"Apa yang akan oppa lakukan?" tanya Aya panik, melihat sang kakak berjalan menuju arah Jaehyun.

Jaehyun yang menyadari bahwa Chanyeol berjalan ke arahnya, langsung mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja. Bahkan sesekali laki - laki itu berdehem pelan untuk menghilangkan kegugupan yang ada.

"Permisi, bisa bicara sebentar?" tanya Chanyeol dan dibalas dengan sebuah anggukan dari Jaehyun.

Dari kejauhan, Aya mengernyitkan dahi melihat kakaknya berbincang dengan Jaehyun. "Apa yang mereka bicarakan? Astaga aku penasaran!"

Alhasil, Aya melangkahkan tungkainya untuk menyusul Chanyeol. "Oppa," sapanya saat tiba di hadapan sang kakak.

"Hai sayang. Kemari, kalian berdua saling kenal 'kan?" tanya Chanyeol.

Aya mengangguk begitu pun dengan Jaehyun.

Chanyeol tersenyum lebar. "Oppa juga mengenal Jaehyun."

Apa ini sebenarnya? Bagaimana Chanyeol bisa mengenal Jaehyun? Lalu, apa yang ia bicarakan pada laki - laki itu? Hingga membuatnya tersenyum cerah pada Aya.

🍓🍓🍓

ตอนถัดไป