webnovel

My heart beat fast

Sandra memasuki ruangan OK dengan perasaan bahagia. Dia menemui Clara disana, rupanya kakak iparnya itu baru selesai SC (¹). Setahun yang lalu Sena dan keluarganya pindah kesini, Clara bahkan masuk ke rumah sakit yang sama dengan Sandra demi mendekatkan diri kepada Sandra.

"Lengan kamu kenapa, San?" tanya Clara, wajahnya khawatir. Diperhatikannya lengan Sandra

"Ga apa" Sandra menarik lengannya dengan cepat.

"Selamat pagi dok, perkenalkan saya Evan, dokter bedah baru disini," Evan muncul dari arah belakang Sandra, memperkenalkan diri langsung kepada Clara,

"Dokter Sandra, kemarin tertabrak oleh saya dok, " lanjut Evan lagi.

Clara terbelalak mendengar penjelasan Evan, dia bingung. Beberapa orang disana juga tampak terkejut dengan penjelasan Evan.

"Kemarin aku yang salah, nyebrang jalan gitu aja tanpa lihat ada mobil yang lagi jalan, everything is ok, lukanya juga ga parah, " jelas Sandra kepada Clara, dengan sikap dingin, dia lalu pamit untuk melihat pasiennya.

Clara menghela napas panjang, bukan sekali dua kali dia menerima sikap dingin dari Sandra seperti ini, berbagai cara telah dia dan Sena coba untuk melembutkan hati Sandra, tapi rasanya sulit sekali. Bertanya lebih jauh kepada Sandra sepertinya bukan hal yang baik saat ini. Clara melirik seorang dokter yang tadi berkenalan dengannya.

"Dokter baru ya?" tanya Clara.

"Iya dokter, saya Evan," jawabnya sambil tersenyum.

"Saya Clara, dokter anak disini, sekaligus kakak iparnya Sandra," jelasnya.

Wajah Evan terlihat sedikit terkejut, tapi dia cepat-cepat mengangguk.

"Dokter berarti yang tinggal di apartemen dekat sini ya?" tanyanya.

Clara mengangguk.

"Saya juga baru pindah dok, di lantai 11, kemarin dokter Sandra berarti baru dari tempat dokter ya, saya menabrak dr. Sandra di dekat tempat parkir dok, saya mohon maaf ya dok, kemarin kami langsung ke IGD rumah sakit dok, ada luka robek, jadi harus dijahit," jelasnya.

Clara hanya mengangguk. Bagaimana bisa Sandra tidak memberi tahu kejadian ini kepada Sena dan dia, pikirnya.

"Mungkin kemarin dr.Sandra lupa mengabari dok, karena saya mengantarkan ke rumah dr.Sandra sudah cukup malam," lanjut Evan.

Clara kembali hanya mengangguk, tidak berucap sepatah kata pun, dia langsung pamit kepada Evan.

Clara mengeluarkan handphonenya dan mengetik pesan untuk suaminya.

"Sayang, kamu tau kalo Sandra tabrakan semalam?aku baru tahu, tapi dia baik2 saja, don't worry." ketiknya.

Lima menit kemudian Sena menelponnya. Sesuai dugaan, pikir Clara.

"Halo?" Clara menyapa terlebih dulu.

"Halo, kamu tau darimana beritanya?" tanya Sena, suaranya terdengar panik.

"Dia ditabrak sama dokter bedah baru disini, aku baru tau dari si dokter itu juga, ga apa dia Sena..cuman luka jahit kecil aja, kaget aja, dia tabrakannya di gedung parkiran apartemen kita," jelas Clara.

"Okai..nanti aku telepon Sandra," balas Sena.

"Kayanya jangan dulu, lagi kurang bagus suasana hatinya, coba kirim pesan aja Sen," jelas Clara lagi, ia tidak mau Sena kecewa lagi dengan sikap dingin adiknya itu.

"Oke," jawab Sena.

Sandra pergi ke tempat favoritnya, letaknya di lantai paling atas gedung rumah sakitnya, ia menemukannya saat tidak sengaja menolong seorang pekerja kebersihan di rumah sakit, pekerja itulah yang memberinya kunci pintu menuju tempat itu. Tempatnya cukup luas, disana tenang sekali, tidak banyak terdengar suara ribut dari lalu lintas, sesekali terdengar suara ambulans, tapi tidak terlalu jelas, disini Sandra bisa menenangkan diri, atau sekedar duduk sambil mendengarkan lagu kesukaannya sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Beruntung hari ini tidak ada hujan, langit cukup cerah.

Ketenangan Sandra terganggu dengan sebuah pesan masuk. Sebuah pesan dari kakaknya.

"Clara bilang kamu tabrakan?", tulis Sena.

Sandra ingin sekali mengacuhkan pesan itu, tapi ia tahu sekali Sena akan langsung menelponnya bila ia tidak membalas pesan.

"Iya, luka kecil, ga masalah, aku lagi sibuk" ketiknya dengan cepat.

Diujung sana, Sena tersenyum menerima pesan itu, walaupun terasa dingin, seperti biasa, tapi dia cukup senang karena adiknya tidak terlalu mengacuhkannya.

"Oke, lain kali kalau ada apa-apa, langsung telepon aku atau Clara, please?" balas Sena.

"OK" balas Sandra dengan cepat.

Sandra mengeluarkan earphone nya, ia punya beberapa saat untuk bersantai, kerjaannya sudah hampir beres, dia pun duduk bersandar pada tembok bangunan itu, dimainkannya daftar putar yang berisi beberapa lagu favoritnya, matanya ikut terpejam saat menikmati lagu favoritnya, tidak sadar ia tertidur. Sandra terjaga ketika handphonenya berbunyi, nomor rumah sakitnya, ada pasien baru di IGD(²) yang harus dia lihat. Sandra bergegas menuju IGD.

Sampai di IGD, seorang dokter yang sedang bertugas menghampirinya, dokter itu menunjukkan seorang remaja yang terkena pukulan benda tumpul, lagi-lagi tawuran pelajar. Sandra menghela napas, ada apa dengan pelajar jaman sekarang, pikirnya sedikit kesal. Selesai memeriksa dan menginstruksikan beberapa terapi, seseorang menepuk lengan Sandra dengan pelan. Sandra berbalik. Evan ternyata, dengan senyum manisnya, seperti biasa.

"Halo, udah makan siang?" tanyanya santai.

Sandra menggeleng, sedetik kemudian ia berencana mengubah jawabannya.

"Ok, kita makan bareng ya," ajak Evan.

"Enggak boleh nolak ya, ini salah satu bayaran tabrakan kemarin," lanjutnya cepat, dia yakin Sandra akan menolaknya.

Evan menarik lengan Sandra,

"Ayo, aku parkir dideket IGD kok," ujarnya tanpa ditanya.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, dan menuju suatu restoran. Sampai disana, setelah memesan makanan. Evan melipat tangannya, menatap Sandra dengan tatapan yang tidak biasa, membuat Sandra kikuk.

"dr. Sandra, sebagai permintaan maaf kemarin, bagaimana kalau selama sebulan ini, dokter harus menemani saya makan siang dan malam, lalu setiap pagi dokter akan saya jeput, setuju ya?" tanyanya.

Mata Sandra terbelalak. Mulutnya terbuka, tapi tidak ada kata yang bisa terucap, di satu sisi dia ingin menolaknya, tapi disisi lain, hatinya berbunga-bunga, jelas dia ingin langsung berkata "iya".

"OK, deal ya?" lanjut Evan lagi, sambil mengedipkan mata.

"Saya anggap deal, ga ada alasan nolak ya dok, atau boleh saya panggil Sandra aja? ujar Evan lagi, kali ini lengkap dengan senyum manisnya yang membuat jantung Sandra terasa berdetak lebih cepat. Ya Tuhan, perasaan apa ini, pikirnya bingung.

(1) SC = sectio caesarea/bedah sesar

(2) IGD = instalasi Gawat darurat

bab baru, semoga suka dengan ceritanya, mohon komentar,kritik maupun saran serta bintangnya, terimakasih..

rizka_hamicreators' thoughts
Next chapter