webnovel

Bab 7

Unedited

"Lo kenapa senyam senyum sendiri?" tanya Rafael yang tidak diduga Alex sedang memperhatikannya.

"Gue inget sesuatu." jawab Alex tidak mau menjelaskan. "Telpon aja." tambahnya pada Rafael.

"Ha?" 

"Telpon aja." ujarnya sekali lagi sambil memainkan gelas minumannya yang sudah kosong. "Gue perhatiin dari tadi lo sibuk banget marhatiin handphone elo, Raf."

Alex sudah memerhatikan Rafael dari tadi. Dari pengamatan Alex, pandangan dan perhatian Rafael tidak pernah berpaling dari layar ponselnya.

"Sudah. Tapi gak di angkat." Rafael menjawab Alex dengan putus asa.

'Oh,jadi Rafa galau gara-gara ini? Pasti ini ada kaitannya dengan wanita. Tapi siapa?' Alex menerka-nerka.

Alex pun mencoba memancing Rafael.

"Pasti dia wanita yang hebat sampai bisa bikin elo berantakan begini." 

"Dia beda dengan yang lain, Lex. Beda banget dengan wanita-wanita yang selama ini gue kenal." Rafael tersenyum bangga namun Alex bisa melihat ada kesedihan tersirat dimata sahabatnya itu.

***

Zak yang tadinya sedang berburu, katanya sendiri, akhirya kembali juga.

"Man, gila. Nyesel lo berdua gak ikut gue tadi." ujarnya kemudian menjelaskan hal-hal yang menyenangkan yang terjadi padanya selama dia berburu.

Alex dan Rafael sesekali tertawa mendengar cerita Zak itu. Sementara asyik mendengar cerita perburuan Zak, tiba-tiba seorang wanita menghampiri meja mereka dan membuat Zak menghentikan omongannya.

"Hai." sapa wanita berambut pendek itu kepada mereka bertiga dengan suara menggoda.

"Hai juga, cantik," Zak melambaikan tangannya tersenyum nakal.

"Gue Olivia," Olivia memperkenalkan dirinya pada mereka bertiga.

"Gue Zak, ini Alex dan yang di ujung namanya Rafa." ucap Zak memperkenalkan mereka bertiga.

Mata Alex kemudian mulai memperhatikan penampilan Olivia. Ia menatap Olivia dari ujung kepala sampai ujung kaki wanita itu.

'Lumayan. Gak buruk-buruk amat.' Batin Alex memberi nilai.

Mini dress berwarna hitam yang super ketat yang dipakai Olivia membuat lekuk-lekuk tubuh wanita itu terlihat jelas. Alex yakin ia sengaja memilih pakaiannya sekarang karena bangga akan tubuhnya itu.

'Wanita pintar.' Puji Alex dalam hatinya.

"So, Oliva, lo ngapain kesini? Ke meja kita?" balas Zak dengan senyum khasnya. Senyum menggodanya yang selalu dia berikan ketika berhadapan dengan PKW. Para kaum wanita. Termasuk Olvia ini.

"Hmm, lo liat teman-teman gue disana?" tunjuk Olivia pada sekumpulan wanita yang sedang duduk tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Zak, Alex dan Rafael menoleh ke arah yang ditunjukan Olivia setelah itu  mengangguk.

"Kita lagi main truth or dare. Dan mereka nantangin gue untuk, untuk ciuman sama elo." Olivia menunjuk Alex.

"Alex? Kenapa gak gue aja? Gue bilangin, ya. Elo bakalan nyesal milih Alex daripada gue." seloroh Zak terkekeh.

Olivia mengacuhkan perkataan Zak. Tatapan matanya hanya tertuju pada Alex. Bagi Olivia, di antara ketiga pria yang ada di hadapannya ini, Alexlah yang paling tampan. Ia sudah dari tadi memperhatikan Alex. Dari saat Alex masuk ke dalam kelan sampai sekarang ini.

'Ciuman, hmm?'

"Okay."  Alex berdiri dan berjalan mendekati Olivia.

"Thanks banget sudah—"

Alex menempelkan bibirnya di bibir wanita itu. Menghentikan kalimat Olivia. Olivia membalas ciuman Alex dengan malu-malu. Tak lama, ciuman yang awalnya pelan dan penuh hati-hati seketika berubah menjadi kasar dan agresif. Setelah puas mencium wanita itu, Alex menarik tubuhnya menjauhi Olivia dan langsung kembali duduk.

Baru saja Olivia akan menyampaikan ucapan terima kasihnya pada Alex, perkataan pria itu seketika membuat tubuh Olivia seperti disiram air es.

"Sudah, kan? Lo bisa balik sekarang. Dan tolong jangan ganggu kita lagi." Alex menatap dingin Olivia lantas mendengus, tersenyum mengejek.

Olivia tidak menyangka bahwa orang yang belum satu menit bertukar ludah dengannya, bisa berubah drastis dan bersikap dingin seperti ini. Bagi Olivia yang selalu dikejar-kejar pria, sikap acuh Alex sangat membuat harga dirinya terluka.

"F*ck You!!" maki Olivia kemudian berjalan meninggalkan meja mereka.

"Udah gue bilangin malah gak didengerin. Tuh kan, kesel sendirikan..." ujar Zak setengah berteriak. Teriakannya itu berhasil membuat Olivia tambah marah, dia membalasnya dengan umpatan.

Alex dan Zak tertawa. Rafael yang sedari tadi hanya diam memperhatikan juga ikut tertawa. Wanita memang aneh. Alex bahkan menyetujui permintaan konyolnya itu. Eh, dia malah membalas kebaikannya itu dengan makian. Aneh.

"Sadis lo emang di atas rata-rata, Lex. Benar gak, Raf?"

"Yup. Gue kasihan sama wanita yang bakalan jadi istri lo, Lex." tambah Rafa ikut bercanda.

"Wah, Raf. Doain istri gue lo, ya. Btw,  ngukur sadis gimana caranya, Zak?" sindir Alex.

"Sadis elo gak perlu diukur, Lex. Udah bawaan lahir. Pernikahan dengan  Alexander Williams itu gak dapat di satukan, Raf. Alex nikah? Waduhh, tunggu ayam bisa kencing juga si Alex gak bakalan nikah." Ledek Zak.

"Sialan lo, Zak. Kita liat aja nanti siapa yang bakalan married duluan."

"Oke, Lex. Kita liat aja nanti."

Jika saat ini Alex memberitahukan mereka bahwa sebentar lagi ia akan menikah, Zak dan Rafa pasti tidak akan percaya. Ia tidak sabar ingin melihat reaksi mereka saat mengetahui hal itu.

"Cabut yuk. Udah malem. Gue ada meeting besok." sahut Alex sembari melihat jam rolex yang ia pakai di tangan kirinya.

"Gue nebeng sama lo ya, Raf. Gue gak bawa mobil,"

"Lo sama Alex aja, Zak. Gue gak langsung pulang. Ada urusan penting yang pengen gue selesain." tolak Rafael.

"Lo mau kemana malam-malam begini? Urusan penting apaan, Raf?" tanya Zak penasaran.

"Gak usaha banyak tanya, Zak. Kalo elo gak mau nebeng sama gue, elo naik taxi aja." Alex mengalihkan pembicaraan Zak.

Dia tahu kemana tujuan Rafael. Temannya itu pasti akan menemui wanita yang tadi dibicarakannya itu.

ตอนถัดไป