webnovel

Buku Merah (1)

Editor: EndlessFantasy Translation

Keheningan kembali menyelimuti kamar itu.

Xi Xiaye menatap pintu yang tertutup dan pikirannya menjadi kabur. Dia hanya kembali sadar ketika Mu Yuchen membuka bungkus obat dan menyerahkan kepadanya.

"Mereka telah pergi. Apa yang kau lihat? Mereka akan mengirim akta pernikahan kita besok pagi. Minum obat ini. Kau akan segera sembuh."

Suaranya yang dalam dipenuhi dengan kehangatan. Xi Xiaye mengangkat kepalanya dan menatapnya kosong. Mata hitamnya menatapnya dengan cemas, dan dia berhenti sejenak sebelum meminum obat.

"Apakah kau tidak akan bertanya padaku apa yang terjadi?" Dia bertanya ketika dia menatap matanya.

Mu Yuchen ragu-ragu sesaat, lalu dia tertawa ketika dia menyerahkan segelas air padanya. "Sebuah pisau menembus pundakmu. Apakah kau ingin aku bertanya apakah kau seorang jagoan? Atau apakah aku merasa kau sangat kuat?"

Dia membeku ketika mendengarnya. "Kau sudah tahu semua tentang itu?"

Mu Yuchen tidak mengatakan apa-apa. Dia secara halus melemparkan selembar kertas ke tempat sampah.

Sebenarnya, ketika Xiaye belum siuman, Li Si telah memberitahunya semua informasi tentang apa yang ditemukannya. Mu Yuchen kurang lebih tahu apa yang terjadi selama pesta Ulang Tahun itu.

Xi Xiaye menurunkan pandangannya ketika dia tetap diam. Mengambil napas dalam-dalam, dia menelan obat di tangannya dengan air untuk menghilangkan rasa pahit. "Aku tidak pernah mengharapkanmu untuk setuju bahkan dalam situasi seperti itu. Aku ..."

Dia memiliki perasaan campur aduk di dalam dirinya, tetapi dia bersyukur karena dia selalu datang untuk menyelamatkannya selama dia membutuhkan.

"Kenapa tidak?" Mu Yuchen bertanya ketika dia mengambil gelas kosong darinya. "Sudah kubilang aku juga membutuhkan sebuah pernikahan, dan jika kau tidak keberatan, aku akan secara otomatis menerimamu sebagai istriku."

Tiba-tiba, Mu Yuchen mengalihkan pandanganya. Matanya gelap seperti malam saat dia mengajaknya menikah. Suaranya terdengar tulus "Saat kau menandatangani namamu di kontrak pernikahan tadi, kau telah sah menjadi istriku. Tidak ada kesempatan untuk menyesalinya."

Tidak ada kesempatan untuk menyesal?

Apakah dia akan menyesalinya?

Menyesali apa?

Tidak ada yang buruk tentang pernikahan ini kan. Pernikahan ini menjadi proses pemisahan dengan masa lalunya, memaksa dirinya untuk tidak kembali lagi. Mungkin semua ini adalah sebuah kesempatan Xiaye membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Dia benar-benar lelah berjuang dengan masalah yang sama selama bertahun-tahun. Mungkin, menikahi seseorang akan membuatnya lepas dari perasaan tercekik setiap saat dia kembali ke rumahnya yang hampa itu.

Setidaknya, dia bisa berhasil dan menikah sebelum mereka. Setidaknya dia sendiri bisa melindungi harga dirinya.

Semuanya akan menjadi sebuah awal. Seharusnya…

Xi Xiaye menoleh dengan cepat diikuti sebuah senyum di wajahnya yang cantik. Matanya menatapnya dengan rasa terima kasih yang tulus sambil berkata dengan perlahan, "Terima kasih, Mu Yuchen. Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi istrimu."

Kehangatan terlintas di wajah Mu Yuchen yang tampan saat dia melihat senyum Xiaye. Matanya tampak serius ketika Mu Yuchen membalas tersenyum padanya dan tiba-tiba dia berceletuk. "Aku percaya pada tekad istriku."

Xi Xiaye tidak bisa menahan tawa setelah mendengar kata-katanya. "Terima kasih karena telah mempercayaiku, Tuan Mu, namun saya merasa lapar sekarang, dapatkah Tuan Mu pergi berburu dan mendapatkan makanan untukku? Hanya minum air putih tidak dapat mengenyangkanku."

Xi Xiaye menunjuk gelas kosong di samping meja samping tempat tidur.

Setelah seharian menghadapi berbagai macam peristiwa, dia belum makan sama sekali. Waktu menunjukan tengah malam dan tentu saja dia merasa lapar.

Mu Yuchen mengangkat alisnya dan menatapnya, bibir tipisnya membentuk seringai. "Aku menyuruh Ah Mo untuk membawakanmu bubur barusan. Dokter mengatakan lukamu dalam dan kau harus hati-hati dalam beberapa hari ke depan."

Terdengar seseorang mengetuk pintu begitu Mu Yuchen selesai berbicara, Ah Mo masuk dengan dua kantong besar di tangannya.

"Tuan! Direktur Xi, Anda sudah bangun! Tuan, bubur sudah siap. Saya juga punya makanan untuk Tuan. Tuan belum makan malam juga. Silahkan makan terlebih dahulu!"

Ah Mo meletakkan berbagai bungkusan makanan di atas meja di seberang tempat tidur. Dia mengambil wadah termal dan berjalan menuju tempat tidur. Mengeluarkan mangkuk, ia menuangkan bubur ke dalamnya.

"Terima kasih, Ah Mo!"

Xi Xiaye berterima kasih pada Ah Mo dan kemudian memiringkan kepalanya untuk melihat Mu Yuchen. "Aku ingin keluar dari rumah sakit besok karena ini hanyalah luka kecil. Tidak masalah jika aku rawat jalan saja."

Xi Xiaye tidak menyukai bau antiseptik rumah sakit. Setiap kali dia sakit, dia akan menahannya. Xiaye tidak akan pernah masuk rumah sakit kecuali itu benar-benar diperlukan.

Rumah sakit selalu memberinya perasaan sesak napas yang tidak biasa, yang membuatnya takut seperti bagaimana dia saat itu ...

"Dokter bilang kau harus tinggal selama satu atau dua hari dan hanya pergi ketika lukamu baik-baik saja. Kau bisa langsung ke Maple Residence setelah itu. Aku akan meminta Ah Mo untuk mengemas semua barangmu dan pindah."

Suara pria itu lembut namun tegas. Mata tajamnya membuat Xi Xiaye tertegun dengan perasaan yang tidak biasa di hatinya.

"Tidak apa-apa. Aku benar-benar baik-baik saja. Aku ingin kembali ke apartemen dan aku tidak ingin tinggal di sini. Aku masih harus pergi bekerja besok ..."

Dia merasakan kepalanya sakit lagi saat dia memikirkan proyek South River. Dia lebih suka mencari sesuatu untuk dilakukan daripada hanya makan dan tidur di rumah sakit. Lagi pula, lukanya tidak kritis, jadi seharusnya tidak ada masalah.

Next chapter