webnovel

Menemaninya Ke Rumah Sakit

Editor: EndlessFantasy Translation

Di dalam ruang konsultasi Rumah Sakit T yang luas dan rapi.

"Kamu beruntung kulitnya belum terlalu parah melepuh karena luka bakar, kalau tidak pasti akan sulit mengobatinya. Bawa pulang obat oles dan gunakan tepat waktu agar lukanya tidak meradang. Dan untuk beberapa hari ke depan, jangan sampai kena air lukanya ya!"

Setelah membantu Xi Xiaye memberikan beberapa obat ke tangannya, sang dokter menuliskan resep sambil mengingatkannya kembali tentang semua yang telah dijelaskan tadi.

Xi Xiaye mengangguk pelan. "Terima kasih dok."

"Jangan khawatir, berhati-hatilah lain kali. Bawalah resepnya dan jangan lupa ditebus untuk mendapatkan obatnya."

Dokter menyerahkan resep itu. Tepat ketika Xi Xiaye akan mengambilnya, pria di sebelahnya bergerak lebih cepat, jari-jari panjangnya telah menggenggam resep dokternya. Dengan cermat membaca sekilas, kemudian memberikannya kepada Ah Mo yang ada di belakangnya sambil berkata, "Kami akan menunggumu di mobil."

Ah Mo dengan patuh menerimanya dan mengangguk. "Ya, Tuan, aku akan mengurusnya sekarang !"

Kemudian, sosoknya yang tinggi berjalan keluar dan dia menghilang dalam sekejap.

"Ayo pergi."

Mu Yuchen menatap Xi Xiaye yang masih duduk di bangku. Lalu, dengan lekas berjalan keluar dari ruang konsultasi terlebih dahulu. Xi Xiaye tertegun sesaat, lalu dia mengambil tasnya, berdiri, dan perlahan mengikutinya.

Suara langkah kaki mereka bergema di koridor kosong. Dua bayangan terpantul ke lantai. Xi Xiaye berjalan di depan, sementara Mu Yuchen mengikuti tepat di belakangnya. Ritme langkah kaki mereka terdengar sangat jelas di jalan setapak yang kosong itu.

Mereka berdua terdiam seribu bahasa.

Ketika mereka berjalan keluar dari rumah sakit, hujan gerimis masih turun, dan langit sudah gelap. Lampu jalan di trotoar juga sudah menyala.

"Terima kasih banyak untuk hari ini." Xi Xiaye mengangkat tangannya yang diperban, senyumnya membuat wajahnya terlihat menawan.

Mu Yuchen mengangguk sebelum dia menjawab dengan lembut, "Kau sudah mengatakan terima kasih kepadaku lebih dari lima kali di sepanjang jalan ini."

Xi Xiaye tampak malu dan ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba ponselnya berdengung. Dia memandang Mu Yuchen dengan nada meminta maaf sebelum mengeluarkan ponselnya ...

Telepon berkedip dengan nomor Su Nan. Saat itulah Xi Xiaye menyadari bahwa itu sudah terlambat. Awalnya, dia bermaksud untuk menjemput Su Nan dari bandara tepat setelah bertemu dengan pria ini, tetapi dia tidak mengharapkan hal seperti tadi terjadi. Sekarang, dia mulai merasa kesal karena kebodohannya sendiri.

"Halo? Xi Xiaye! Aku baru saja mendarat. Apakah kamu sudah sampai di Bandara? Jangan bilang kalau kamu terlambat lagi, atau lupa?"

Telepon itu baru diangkat ketika suara Su Nan yang manis dan bernada tinggi segera terdengar. Xi Xiaye harus memindahkan ponsel sedikit lebih jauh dari samping telinganya, Mu Yuchen bisa mendengar semuanya dengan jelas.

Xi Xiaye menarik napas dalam-dalam dan kemudian dengan perlahan menjawab, "Aku akan segera pergi. Tunggu sebentar."

Kemudian, dia menutup telepon karena mengetahui bagaimana watak Su Nan, dia pasti akan mengomeli Xi Xiaye lagi.

Dia menatap hujan yang terus turun dan berpikir tentang mobilnya yang masih berada di Bar Bamboo Maple Forest. Bar itu sekitar setengah jam perjalanan jauhnya dari tempatnya sekarang. Dia pasti akan lebih terlambat jika dia kembali untuk mengambil mobilnya lagi. Lagipula, dia tidak bisa menyetir karena keadaan tangannya, jadi Xi Xiaye hanya bisa merenungkan apakah dia harus memanggil taksi atau tidak.

"Buru-buru?" Tiba-tiba, suara Mu Yuchen datang dari samping.

Mata Xi Xiaye bertemu dengan tatapan prihatin Mu Yuchen. Dia hanya bisa mengangguk. "Aku sudah bilang akan menjemput Su Nan ke bandara malam ini, tapi aku lupa waktu. Terima kasih untuk hari ini. Aku akan mentraktirmu makan kapan-kapan, tapi aku punya beberapa hal yang mendesak, jadi aku pamit dulu! "

Dia tidak peduli lagi. Xi Xiaye hanya mengucapkan kata-kata ini dan kemudian mengambil tasnya untuk melindungi kepalanya sebelum berlari ke hujan ...

Tatapan kosong Mu Yuchen mengarah jauh ke dalam hujan gerimis yang suram, memandang sosok samar yang dengan cepat masuk ke dalam taksi. Sesuatu muncul di matanya.

Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya dan berjalan ke arah mobilnya di antara hujan gerimis dan masuk ke dalamnya.

Setelah Ah Mo membayar resep obat tadi dan berjalan ke mobil dengan membawa tas obat, dia menyadari bahwa hanya Tuannya yang ada di dalam mobil. Tiba-tiba, dia penasaran. Dengan tas di tangannya, dia bertanya, "Di mana Nona Xi, Tuan?"

"Dia telah pergi."

Mu Yuchen terfokus pada laptop di pangkuannya mengerjakan sesuatu. Cahaya biru dari layar laptop menyinari wajahnya yang sangat tampan, membuatnya tampak lebih misterius.

Ah Mo tertegun. Dia ragu-ragu sejenak dan kemudian mengayunkan kantong obat di tangannya. "Dia lupa obatnya!"

Mu Yuchen mendongak. Setelah melihat obat di tangan Ah Mo, wajahnya yang tampan mengerutkan kening. Kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Cari waktu. Lakukan improvisasi."

Kemudian, Mu Yuchen memalingkan wajahnya dan terus bekerja di depan laptopnya.

Ah Mo kaget. Dia merenungkan perkataannya dengan waktu yang lama dan masih tidak yakin apa yang dimaksudkan oleh Tuannya itu. Namun, melihat ekspresi fokus Mu Yuchen, dia tidak berani bertanya kembali. Dia memikirkannya sambil mengangguk sebagai tanggapan, lalu masuk ke mobil.

"Tuan, apakah kita langsung pulang ke rumah sekarang?" Ah Mo bertanya dengan lembut.

"Kembali ke Maple Residence," kata Mu Yuchen sederhana. Kemudian, dia perlahan-lahan menutup laptopnya dan dengan lembut memijat ujung alisnya menandakan matanya mulai lelah, sampai akhirnya dia bersandar dan menutup matanya untuk beristirahat.

"Baik!"

Ketika dia melihat gelagat Mu Yuchen, Ah Mo tidak berani bicara lagi. Dia menyalakan mobil secara instan dan mobil perlahan melaju di antara rintikan hujan...

Meskipun Rumah Sakit T cukup jauh dari bandara, dengan menggunakan jalan raya kota waktu yang ditempuh hanya sekitar 40 menit.

Ketika Xi Xiaye tiba di bandara, waktu sudah malam dan banyak orang berkeliaran di sekitar bandara, terutama di gerbang kedatangan. Gerbang itu telah penuh sesak dengan orang-orang dari seluruh kota. Banyak yang merupakan perwakilan dari agen perjalanan atau perusahaan besar yang datang untuk menjemput tamu mereka. Mereka semua memegang papan besar dan berdempetan di kerumunan. Xi Xiaye mengenakan kacamata berwarna cokelat gelap yang sangat besar dan berdiri jauh di belakang karena tidak mungkin dia bisa memaksa masuk.

Wisatawan terus berjalan keluar dari bandara. Segera, orang-orang yang berkumpul di gerbang kedatangan perlahan pergi satu demi satu. Tidak lama kemudian hanya beberapa orang yang tersisa.

Setelah beberapa lama dia tidak juga melihat sosok Su Nan keluar, Xi Xiaye segera menelponnya, namun teleponnya tidak diangkat. Xi Xiaye sedang memikirkan untuk masuk mencarinya, tapi tiba-tiba terdengar teriakan manis Su Nan datang dari arah belakangnya -

"Xiaye, Xiaye! Aku di sini!"

Ketika dia mendengar suaranya, Xi Xiaye berbalik dan melihat ke arah sumber suara. Dengan cepat, dia bisa melihat sosok yang dikenalnya di tengah kerumunan.

Su Nan mengangkat kopernya tinggi-tinggi ke atas kepalanya dengan satu tangan, sementara tubuhnya yang langsing namun sangat gesit menembus kerumunan menuju Xi Xiaye.

Wajah elegan yang bersembunyi di bawah kacamata besar sumringah dengan kehangatan. Dia sedikit mengatur kacamatanya dan kemudian berjalan menuju gerbang keberangkatan.

Bam!

Begitu dia bergegas ke Xi Xiaye, Su Nan melempar koper dan ranselnya ke samping sebelum bergegas untuk memberi pelukan Xi Xiaye. Suara Su Nan terdengar sedikit serak ketika dia berkata di telinga Xiaye, "Luar biasa! Kita hanya tidak bertemu selama beberapa bulan dan aku menyedari kalau sebenarnya orang yang paling kurindukan adalah kamu!"

Lalu, dia mengencangkan cengkeramannya di pinggang Xiaye. Pelukan erat Su Nan seakan ingin membuat Xi Xiaye patah menjadi dua!

Di bawah kacamata, berkelap-kelip mata menyala dengan ketidakberdayaan yang lembut. Dia mengulurkan tangan dan menepuk bahu Su Nan, namun dia tidak mengatakan apa-apa. Hanya membiarkan Su Nan memeluknya.

Next chapter