webnovel

Lindungi Dia part 3

Sampai di sini Dhimas akhirnya memahami apa yang terjadi. Tidak dapat menyalahkan Bagaskara atas kedekatan nya dengan Bulan. Namun tidak sampai hati membelanya di depan Dhany. Mungkin Bagaskara memang terlihat sangat tidak etis karena mendekati Bulan yang baru saja memutuskan hubungannya dengan Dhany..tapi jika mereka menemukan bahagia, itu hak mereka. Sedangkan Dhany? Dia akan mengalami keterpurukannya kembali..adilkah untuknya?

Kejadiannya begitu cepat hingga Dhimas tidak sempat berbuat banyak. Setelah adu argumentasi antara Dhany dengan Bulan.. sepertinya Dhany menemui jalan buntu. Ia tidak lagi menemukan celah hati Bulan untuk dimasukinya. Bulan tampak tak tergoyahkan.

Tiba-tiba Dhimas mendengar jeritan itu.

Dhany mencengkeram leher Bulan disertai hentakan kuat yang berasal dari suara benturan tubuh Bulan yang didorong kebody mobil. Bagaskara bergerak cepat melumpuhkan kan Dhany dengan menghadiahkan dua pukulan telak pada rahang dan perut Dhany. Ia pun jatuh tersungkur sambil mengerang kesakitan. Bulan terbatuk-batuk akibat cengkraman Dhany yang sempat bersarang di leher nya.

"Dhany!! What are you doing?! Are you loosing your mind?!!" Dhimas berteriak dan langsung memeriksa kondisi Bulan. " Bulan, apa kau baik-baik saja?" Tampak khawatir namun sangat kesal atas ulah tak terkendali Dhany saat itu.

Bagaskara tampak sangat waspada. Sikap tubuhnya siap menyerang kembali jika diperlukan. " Dhany, hati-hati dalam bertindak. Kau tidak bisa melakukan apa saja semaumu." " Bulan apa kau baik-baik saja?" Ia tampak cemas saat melihat ke arah Bulan.

Dhany mengerang, " Bulan milik q.. kenapa semua orang menginginkan semua yang q miliki??!" Sambil terhuyung-huyung ia berdiri, melangkah menuju Bagaskara. " Kau, apa kita pernah bermasalah sebelumnya? Kenapa tidak kau cari wanita lain? Begitu banyak wanita tapi kenapa kau mendekati wanita q?!" Tiba-tiba Dhany menghentakkan kakinya dan melakukan serangan itu. Namun gerakan Bagaskara lebih cepat. Ia menahannya dengan salah satu kaki mengarah ke perut Dhany. Kemudian Dhimas maju dan meringkus nya. Mengunci lengan Dhany hingga ia tidak dapat melakukan serangan lagi. " Cukup, Dhany! Kau bisa dituntut karena melakukan penyerangan!"

" Biarkan aq memberi pelajaran kepada temanmu itu, Dhimas! Dia telah mendekati wanita q! Apa kau tau bagaimana rasanya selalu kehilangan orang yang dicintai?" Dhany meradang, berusaha melepaskan diri.

" Cukup, Dhany! Kau tidak mencintai q sama sekali! Aq muak dengan perlakuan mu!" Bulan menumpahkan kekesalannya pada Dhany.

" Bulan, kau telah mengkhianati q!" Dhany kehilangan kontrol.

" Lihat dirimu. Kau sering berduaan dengan wanita mu itu, apa kau pikir aq tidak mengetahui nya hah??!! Aq diam selama ini hanya untuk menunggu niat baik mu untuk berubah. Namun kau makin menjadi-jadi. Katakan padanya bahwa aq berterimakasih atas segala drama romantis yang kalian lakukan di belakang q selama ini. Apa kau masih mengingat adegan ciuman mesra kalian di depan lift hotel M? Dan kau menuduh q sebagai pengkhianat?!! Enyahlah dari kehidupan q, Dhany. Kau sama sekali tidak pantas!!" Suara Bulan tercekat. Seperti mengeluarkan gumpalan emosi yang lama ia tahan. Aib itu.. sungguh, tidak ingin ia membahasnya karena selalu berhasil membuatnya kembali terluka seperti dulu. Namun Dhany telah membuatnya melewati ambang batas kesabaran. Dan kalimat-kalimat itu seperti begitu saja mengalir deras keluar dari mulutnya, tak tertahankan lagi. Baik Dhimas maupun Bagaskara sama-sama terkejut atas pernyataan Bulan barusan.

Dhimas menarik Dhany menjauh dari Bulan. Sedangkan Dhany tampak shock atas perkataan Bulan yang sangat tidak ia prediksi.

" Kenapa? Apa kau terkejut atas terbukanya ruang privacy mu? Pergi jauh..jauh dari q, Dhany!!

Tidak mampu berkata-kata, Dhany menatapnya dengan shock yang belum berakhir.

" Dhany, sebaiknya kita pergi dari sini. Kau bersalah." Dhimas mencoba menyadarkan Dhany. Keadaan sangat tidak berpihak pada nya. Sedangkan Dhany..kini telah kehabisan kalimat-kalimat nya.

Dengan langkah berat, Dhany menuruti perkataan Dhimas, menjauhi Bulan, menuju Mobilnya. Sedangkan Dhimas mendekati Bagaskara. " Bagas, mulai saat ini berhati-hati lah. Dhany memiliki gangguan psikologis akibat trauma masa kecilnya. Aq khawatir peristiwa ini menjadi triger kembalinya gangguan itu setelah sekian lama tidak pernah muncul ke permukaan." Dhimas berkata dengan sangat hati-hati. Berharap Bagaskara akan langsung mengerti bahaya yang mungkin tengah mengincar Bulan.

" Apa maksudmu, Dhimas? Dia sepertinya sehat-sehat saja." Bagaskara mengerutkan alisnya.

" Nanti aq akan menjelaskan nya pada mu. Yang penting adalah..lindungi dia. Aq tidak mungkin mengawasi Dhany terus-menerus. Aq benar-benar serius, Bagas." Dhimas menepuk bahu Bagaskara dan dibalas dengan anggukan.

" Bulan...aq meminta maaf atas kejadian ini. Walau Dhany merupakan teman q tapi kali ini dia bersalah..lepas kendali. Jaga diri baik-baik." Dhimas mohon diri kemudian berjalan menuju mobil. Mereka pergi dengan diikuti tatapan Bulan dan Bagaskara yang mulai dapat mengendalikan diri.

" Coba q periksa leher mu." Bagaskara mendekat pada Bulan kemudian memeriksa kondisinya. Hanya kemerahan sedikit pada kulit nya karena insiden tadi. "Apa ada yang masih terasa sakit?" Bagaskara memeriksa tangan Bulan yang tadi sempat dicengkeram Dhany. " Katakan pada q, Bulan..jika ada sedikit saja yang terasa sakit..kau harus mengatakan nya.

Bulan terkikik geli karena Bagaskara mencoba memeriksa daerah pinggang nya, " Aq baik-baik saja, Bagas. Kau jangan ambil kesempatan."

" Pria itu.. sebaiknya kau jauhi dia. Sepertinya dia berbahaya." Bagaskara memandang mata Bulan. " Q harap mulai saat ini kau lebih berhati-hati. Aq memang belum tau lebih jelas nya..tetapi Dhimas tidak pernah seserius ini."

Bagaskara membuka pintu mobil nya dan mencari sesuatu di dalam lacinya. Bulan memperhatikan dan mencoba menerka apa yang sedang dicari oleh Bagaskara. " Bagas, ada apa? Kau sedang mencari apa?"

Keluar membawa sesuatu seperti jam tangan berwarna hitam dengan lingkaran silver di sekeliling kaca tengahnya. " Bulan, ini bukan jam tangan. Ini sejenis alarm tanda bahaya yang biasa digunakan oleh orang-orang dengan potensi rawan bahaya. Misalnya saksi kunci dari suatu kejadian kriminal atau korban kejahatan, atau klien yang butuh penanganan keamanan khusus. Benda ini langsung terhubung dengan milik q. Jadi jika kau berada dalam bahaya segera tekan tombol kecil ini maka benda ini akan mengirimkan signal khusus kepada alat yang aq gunakan ini. Aq akan datang secepatnya. Di mana pun dan kapan pun kau harus memakai nya, Bulan. Berjanjilah pada q kau harus selalu memakainya." Bagaskara menekankan pada kalimat terakhirnya. Tanpa menunggu jawaban dari Bulan, Bagaskara mengenakan jam alarm itu di pergelangan tangan kirinya.

" Kau bisa melepasnya saat kau mandi atau tidur. Tapi letakkan alat ini dekat dengan mu, ok?"

Bulan mengerutkan alisnya, " Bagas, ada apa sih ini? Dhany tidak akan melakukan tindakan sejauh itu. Tidak mungkin."

"Bulan.. ikuti saja arahan q. Aq akan mencari tau informasi tentang Dhany setelah ini. Aq hanya tidak ingin mengambil resiko yang membahayakan mu."

"Apakah ada pilihan lain selain menggunakan alat ini ke mana-mana? Lihatlah modelnya tidak modis..tidak sesuai gaya q.. Bukankah ini terlihat mencolok?" Bulan memperhatikan jam alarm itu lekat-lekat.

" Tentu saja akan ada pilihan lain, Sayang.. " Bagaskara melembutkan pandangannya.

"Baik, aq ambil opsi berikut nya saja." Bulan bersemangat begitu tau ada kesempatan memilih opsi lainnya dari pada mengenakan jam alarm itu ke mana-mana.

"Opsi lainnya yaitu aq akan selalu berada di sisi mu sepanjang waktu." Bagaskara bernada misterius.

" Apa maksudmu berada di sisi q sepanjang waktu?" Bulan memicingkan matanya.

Bagaskara mendekatkan wajahnya pada Bulan. Kemudian memegang kedua tangannya..

" Kita menikah."

ตอนถัดไป