webnovel

Pertarungan

Suasana tenang hikmat seperti upacara bendera setiap hari senin terasa di ruang makan leon. Dia masih terheran kenapa mereka semua ada disini bersamanya untuk sarapan.

"cukup sudah… jadi kenapa kalian ada disini" Tanya leon sedikit kesal sambil menaruh roti panggangnya di piring.

Alice yang sedari tadi diam sedikit kaget dengan suara leon meskipun yang dipikirkan alice sama dengan leon.

"apa kalian masih akan diam dan pura-pura tidak ada yang terjadi?" leon melirik kedua pria di samping kursinya itu. Yup dean dan Kevin sedari tadi diam menikmati roti bakar buatan pak li tanpa rasa bersalah.

"hehehe ayolah bos, aku sangat merindukan ketampananmu, lagipula aku harus menjaga kakak iparku barangkali kamu melakukan sesuatu yang buruk padanya hehehe" penjelasan dean dengan raut wajah ceria nan manjanya.

"huh…"leon menghela nafas karna sedikit kesal.

"baiklah aku bisa memakluminya, lalu Kevin? Untuk apa kau kemari? Bukannya kau orang yang tidak pernah mau meninggalkan ruanganmu meski satu inci?" leon terheran dengan tingkah Kevin ahir-ahir ini, dia tidak terlalu menyendiri seperti beberapa tahun lalu.

Kevin hanya memandang leon diam dengan ekspresi datarnya. Seolah beradu tatapan dengan leon beberapa detik dan ahirnya menyerah. Dia mengambil nafas dalam lalu menjawab

"untuk menemui kakakku" jawab Kevin datar.

"apa?" kata leon dan dean hampir berbarengan seolah terkejut, mereka melihat alice yang tidak terkejut sama sekali dan malah tersenyum pada Kevin.

"hei kak apa hanya aku dan bos yang tidak tau?" Tanya dean cepat

"heh? Apa?" alice pura-pura tidak memahami pertanyaan dean

"alice.." leon melihatnya tajam

"hahaha oke oke, aku dan Kevin menganggap bahwa kami cocok sebagai kakak dan adik jadi kami memutuskan menjadi kakak dan adik, lagipula aku sudah lama menginginkan seorang adik yang lucu dan tampan sepertinya hehehe" alice mencubit pipi Kevin dengan gemas. Ekspersi Kevin masih sama datarnya Cuma pipinya sedikit merona.

"kenapa kamu tidak memberitahuku?"

"hem, aku tidak sempat dan lupa.." alice menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"huh baiklah, jika hanya sebagai adik dan kakak aku akan memakluminya, tapi ingat Kevin dia milikku dan mungkin kelak aku akan menjadi kakak iparmu" senyum dean seakan memberi peringatan pada Kevin

"ceh.." decak Kevin seakan tau tapi tidak ingin menerima kenyataan

"ckckck aku tidak mengerti dengan kalian, oya ngomong-ngomong apa hasil pemeriksaan kesehatan kemarin?" melirik keduanya

"seperti biasa mata Kevin bertambah minus, dan juga alice karna pukulan preman-preman waktu itu tulang rusuknya sedikit memar juga maag karna makan tidak teratur" leon terlihat kesal sambil melirik alice

"eh.. hehehe" alice merasa bersalah

"cih dasar para preman itu! Tenang saja kak aku sudah memberi mereka pelajaran kemarin hahaha" dean tertawa senang

"apa maksudmu?"

Ups mati aku aku tidak sengaja mengatakannya. Dean melirik leon, sudah dia duga leon menatapnya seperti iblis tampan yang ingin mencabi-cabik mulut dean

"bos aku tidak sengaja" suara dean lirih.

"hei.. ada apa ini sebenarnya? Leon katakan padaku!" Tanya alice sedikit kesal terlihat dari raut wajahnya.

"leon!" teriak alice lagi,

Mendengar alice dia sepertinya tidak bisa menutupi lagi dan ahirnya menjawab

"hm.. jadi sebenarnya kemarin dean kerumah lamamu, sejak kamu menghilang mereka selalu berjaga dirumahmu jikalau kamu kembali,"

"lalu untuk apa dean kesana?"

"aku menyuruhnya membayar semua hutangmu" jawab leon

"apa?! Apa kau tau seberapa besar hutang itu?!" alice terkejut

"kak, bagi bos uang segitu tidak ada artinya" jawab dean santai

Alice masih terbelalak, seberapa kaya pria ini dan jika saja aku bertemu dengannya sebelum kejadian itu mungkin ayah dan bunda masih hidup sekarang pikir alice.

Melihat alice terdiam leon merasa bersalah "alice? Apa kamu marah padaku?" Tanya leon hati-hati

"ntahlah, aku merasa jika aku banyak sekali membebanimu" suara alice murung

"tidak juga, aku senang kamu disini, mari kita lupakan masalah ini oke"

"dan apa rencanamu selanjutnya" Tanya leon, dia tau bahwa dia telah banyak ikut campur masalah alice dan itu tidak baik oleh karna itu leon ingin mendengar rencana alice sendiri

"beberapa hari ini aku telah berfikir, mula-mula aku akan bertanya pada paman jo mengenai apa yang dikatakannya waktu itu, tapi aku tidak mungkin datang kesana tanpa persiapan jadi aku ingin meminta bantuanmu untuk menjadikanku salah satu pemegang saham di jo grup, lalu aku akan menemuinya pada saat rapat umum pemegang saham, bagaimana?" jelas alice pada leon.

Alice tau dalam hal seperti ini tidak mungkin dia muncul sebagai anak miskin yang terlilit hutang walaupun tadinya dia tidak berfikir leon akan melunasi hutang-hutang keluarganya. Dan dari awal tujuan alice meminta bantuan leon adalah salah satunya dengan membuatnya sebagai seseorang yang berpengaruh di jo grup.

"wah kak ternyata kau cerdik sekali" puji dean diikuti anggukan Kevin

sudah kuduga kamu bukan wanita sembarangan alice "tentu, itu ide yang bagus.. dean ambilkan berkasnya"

dengan sigap dean mengambil berkas yang ada ditas. "ini bos"

"apa ini?" alice mengambil sekumpulan kertas dari tangan dean dan mulai membacanya"

"ini.. ini" alice terbelalak seakan tidak percaya

"ya, aku tau hal ini akan terjadi.. jadi aku sudah membeli saham jo grup dan kini itu milikmu"

"apa kau bercanda?" pria tampan ini benar-benar membuatku tidak bisa berfikir.. aku baru mengatakan pemikiranku dan dalam sekian detik itu terwujud? Berarti dia telah memikirkan ini beberapa hari yang lalu, oh leon kenapa kau sangat baik padaku bahkan sekarang kau terlihat lebih tampan daripada malaikat dengan sikapmu itu

Alice hanya menatap leon dan tanpa sadar matanya berkaca-kaca

"a.. a.. ak.." suara alice terdengar patah-patah dan gemetaran, dia tak sanggung mengatakan apapun.

"kak apa kau baik-baik saja?" Tanya Kevin cemas

Alice mengangguk karna dia tidak sanggup berbicara, dia mulai mendekati leon dan memeluk pria itu.

"terimakasih" suara alice membisiki telinga kiri leon. Leon tersenyum kecil sambil menepuk pelan punggung wanita yang memeluknya itu

Apakah bos benar-benar punya sisi selembut ini dari dulu? Ini pertamakalinya aku melihat dia seperti manusia biasa yang punya kasih sayang ckckck kak kau benar-benar bisa menyihir dia hm… aku harus belajar banyak darimu haha gumam dean yang melihat adengan drama romantis didepannya.

Kenapa kalian berpelukan di depanku huh.. kak kau membuatku iri.. gumam Kevin sambil mencabik-cabik roti di tangannya.

"apa kamu mau membayar kebaikanku?" bisik leon senang. Mendengar itu alice mulai merasakan hal buruk akan terjadi.

"eh?"

"ayo kita mulai workoutnya kau harus rutin berolahraga kau tau kan haha" suara leon terdengar seperti bisikan iblis yang menggoda

Sudah kuduga ini akan terjadi.. tidakkkk

"huaaa bisakan kita menundanya hari ini? Itu sangat melelahkan" rengek alice

"e'em" geleng leon. "hari ini kita akan mencoba sparring kebetulan sekali kedua pria ini ada disini kita akan memanfaatkannya" leon melirik sinis ke arah dean dan Kevin

Mereka berdua kelihatan ketakutan sekarang. Terahir kali mereka melawan leon di ring tinju tiga hari tiga malam mereka harus menahan sakit disekujur tubuhnya.

"seharusnya kita tidak datang kemari hari ini, benarkan?" menyenggol Kevin disebelahnya

"kau benar… aku menyesal sekarang" jawab Kevin pada dean.

Beberapa menit kemudian di salah satu ruangan—

Terlihat ketiga pria itu telah berganti pakaian memakai celana boxer dan juga baju olahraga tanpa lengan khas petinju. Kevin dan dean terlihat gugup mereka berdua menelan ludah mereka di lihatnya di depan mereka ring tinju yang sangat menakutkan, teringat jelas masa-masa ketika leon menghajar keduanya saat sparring.

"wow.. apakah ini ring tinju?" Tanya alice kagum

"ya begitulah" jawab leon santai sambil memasang sarung tinju di tangannya.

"apa yang kalian tunggu" leon melirik kedua pria tak berdaya di sampingnya. Senyum menyeringai mulai tampak dari wajah tampannya.

"bos hehehe bisakah aku tidak melakukannya? Kumohon" rayu dean sambil terus memasang sarung tinju di tangannya. Dia ketakuktan namun tetap melakukan perintah leon begitupula dengan Kevin yang terus mengelap keringat di dahinya

Hahaha ini hukuman bagi kalian karna sudah menggangguku tadi, dan juga aku akan memperlihatkan pada alice betapa kerennya pria yang melindunginya ini dan membuatnya jatuh cinta padaku pikir leon

"tidak bisa.." leon memasuki ring dan mulai memasang pelindung gigi khas pemain tinju profesional, dengan celana bokser pendek dan kaos olahraga tanpa lenganya memperlihatkan tubuh bidangnya membuat siapa saja yang melihat tidak akan bisa berkedip

Dengan cepat Kevin mendorong dean kedepan ring, seolah menyuruh dean untuk maju duluan dan dengan cepat Kevin pergi ke belakang mengikuti alice yang duduk.

"hei Kevin!" sial kenapa aku harus sesial ini. "Kevin bisakah kau menelfon dokter rian? Katakan padanya sebentar lagi aku akan kerumah sakit" canda dean dengan raut wajah sedih

"ada apa dengan dean?" Tanya alice penasaran

"dia ketakutan kak, kau tau dean dulunya adalah ketua geng penguasa di kota x sebelum bertemu dengan bos, dean terkenal dengan kemampuan betarungnya yang kuat, suatu hari dia di tipu oleh bawahannya dan di beri obat bius oleh mereka sehingga dia dihajar habis habisan oleh mereka dan bos menolongnya sejak itu dean memutuskan menjadi pengikut leon tanpa leon minta. Begitulah kira-kira"

"apa?! Tampangnya tidak seperti seorang berandalan" muka setampan dan seceria ini adalah seorang ketua geng? Yang benar saja? Pikir alice

"tapi bukankah katamu dia jago dalam bertarung? Lalu kenapa dean begitu takut dengan ajakan leon sparring?" Tanya alice pada Kevin.

"hahaha kamu akan melihatnya nanti kak, menurutmu bagaimana kekuatan leon sehingga dean bisa sampai setakut itu?" jawab Kevin menyeringai sambil membenarkan kacamatanya.

Mendengar hal itu alice tidak lagi sesantai pada awal mereka masuk, dia terus mengamati dean dan leon yang akan mulai bertarung.

"alice aku akan mengajarimu cara memberi pelajaran pada seseorang yang menyakitimu, perhatikan" teriak leon sambil tersenyum jahat membuat dean terus menelan ludahnya

"oke pertandingan dimulai" teriak pak li yang ntah kapan telah berada di dalam ring sebagai wasit.

Next chapter