Lee Seunghoon dan Hong Jaehee adalah sahabat sejak kecil. Karena ditipu, tabungannya ludes tak bersisa dan terpaksa tinggal bersama Seunghoon. Dua tahun Jaehee tinggal bersama Seunghoon, Jaehee pun memutuskan untuk pindah. Tetapi sejak Jaehee pindah, Seunghoon baru merasakan kalau tanpa Jaehee, dirinya merasa kesepian.
Everyday
"Lampu jalanan berkedip
Aku puas pada diriku dengan hal itu
Aku memaksa diri, aku menyesuaikan diri seperti mainan tetris
Untukku, "bahagia", sebelum aku bertemu denganmu, adalah saat dimana aku tersenyum sangat lebar di foto ketika aku masih kecil
Aku tidak berpikir ini adalah film indah
Ini seperti momen yang terus berlanjut sampai akhirnya akan datang padaku
Saat kita bertengkar, saat kita menyembunyikan perasaan kita
Kita tahu semua itu adalah scene yang akan terlewati"
****
"Lee Seunghoon - ssi, bisa jelaskan seperti apa wanita idamanmu?" tanya sang pembawa acara.
"Saya suka gadis yang manis. Yang selalu tertawa di saat yang sulit sekalipun" kata laki - laki bernama Lee Seunghoon itu.
"Perempuan gila mana yang masih bisa tertawa saat tertimpa masalah?" komentar Jaehee sinis.
"Ya, kalau kamu nonton acaraku cuma untuk dikata - katain, mending matiin televisinya!" kata Seunghoon kesal setengah mati.
"Lagian, apa susahnya sih bilang 'aku suka perempuan berdada besar dan pinggul yang seksiihhh'. Apa susahnya sih??"
"Kamu mau membunuh karirku?"
"Kenapa? Ini kan masalah selera"
"Aku lagi nggak pengen debat, Hong Jaehee" kata Seunghoon sebal.
"Perempuan yang tadi malam oke tuh. The real S line. Wawwww" celetuk Jaehee yang langsung membuat Seunghoon mendelik ke arah Jaehee.
"Ka … Kamu …" kalimat Seunghoon mendadak terbata.
"Uh, oppaa, nanti ada yang lihat gimana?" kata Jaehee menirukan suara perempuan yang semalam diajak Seunghoon pulang ke rumah "Ah, tenang aja. Temenku udah tidur kok. Dia tidurnya seperti orang mati. Dia nggak akan denger desahanmu yang seksi sayangg" lanjut Jaehee yang meniru suara Seunghoon.
"YA!!!!" seru Seunghoon dan melempar bantal ke arah kepala Jaehee "Sampai mana kamu lihat huh?! Sampai mana?!!!" seru Seunghoon dan menarik baju Jaehee.
"Cuma sampai kamu buka baju. Udah. Aku balik lagi ke lantai atas" kata Jaehee polos.
"HAISH!!!" seru Seunghoon yang blingsatan karena Jaehee tidak sengaja melihatnya. Dia malu setengah mati dengan sahabat kecilnya itu.
"Lagian ini pertama kali. Biasanya aku nggak turun walau aku denger suara kalian sedang …." Jaehee memberi jeda pada kalimatnya membuat Seunghoon menatapnya "Anyway! Kemaren karena aku lupa ambil air dinginku jadi aku turun ke bawah untuk ambil airku. Dan nggak sengaja …." kembali Jaehee menjeda kalimatnya.
"Kamu memang paling bisa bikin emosi ku naik seketika" kata Seunghoon menghela nafas panjang.
"Oh iya, minggu depan aku pindah dari sini" kata Jaehee.
"Wae?" tanya Seunghoon.
"Ya aku harus mandiri lah bodoh. Sudah berapa tahun aku tinggal di rumahmu yang besar ini?"
"Kenapa tiba - tiba? Kamu punya pacar?" tanya Seunghoon.
"Bukaannn, aku nggak mau nanti karirmu rusak karena ketahuan tinggal dengan perempuan"
Seunghoon terdiam sebentar. Jujur saja bagi Seunghoon, mengenal Jaehee selama 15 tahun itu bukan waktu yang sebentar. Seunghoon yang merupakan anak tunggal ini selalu mengikuti Jaehee seperti kembar siam. Rasanya akan sangat aneh kalau dirinya tidak melihat wajah Jaehee selama sehari.
"Aku bisa bilang kalau kamu sepupu aku kan" kata Seunghoon.
"Mereka pasti akan menelusuri hal itu lebih dalam lagi. Jadi jangan berbohong. Karirmu baru dua tahun dan terus berkembang. Jangan berbohong ke publik" kata Jaehee.
"Jaehee - ya"
"Kan nanti kamu bebas melakukan semua di rumah. Tanpa gangguan" goda Jaehee lagi.
"Bisa jangan diungkit lagi?" tanya Seunghoon menahan rasa kesalnya.
"Peace" jawab Jaehee nyengir dan mengacungkan dua jarinya.
"Hwanhee masih di Jepang?" tanya Seunghoon.
Hong Hwanhee adalah kembaran Jaehee. Hwanhee diketahui bekerja di Jepang sebagai design grafis di sebuah perusahaan besar di Tokyo.
"Masih. Dia sudah punya pacar di Tokyo sana. Pasti dia betah lah" kata Jaehee.
"Kamu pernah lihat pacarnya? Cantik?" tanya Seunghoon.
"Cantik. Ada lesung pipitnya. Manis. Namanya Kitagawa Yukari"
"Kamu sendiri kapan mau punya pacar eo?" tanya Seunghoon.
"Pacar? Makanan apa itu?" tanya Jaehee pura - pura tidak tahu.
"Jaehee - ya, kamu juga perlu pacar. Untuk pendukung karirmu. Kamu kan jadi penulis best seller sekarang. Setidaknya kamu banyak dapat inspirasi kalau kamu punya pacar"
"Gimana aku punya pacar kalau aku tinggalnya sama kamu? Haissh, coba waktu itu Hwanhee nggak mudah percaya sama penipu itu, tabunganku pasti nggak akan habis dan aku tinggal di apartemen bagus sekarang" gerutu Jaehee.
"Minggu depan kamu pindah kemana?" tanya Seunghoon.
"Sangamdong. Lumayan dekat dari sini" kata Jaehee "Aku suka lingkungan disana" lanjutnya.
"Jangan pernah ajak laki - laki masuk apartemenmu sembarangan. Mereka bisa menyerangmu kapan saja saat kamu lengah" nasehat Seunghoon.
"Seperti kamu ke cewek itu ya" ungkit Jaehee terkekeh geli.
" IYA! SEPERTI ITU! PUAS?!"
"Puaaasssss~~" kata Jaehee tertawa dan kembali ke kamarnya di lantai dua.
Jaehee, Hwanhee dan Seunghoon adalah teman sejak mereka kecil. Mereka sama - sama bermula dari keluarga biasa. Dan menjadi orang yang luar biasa sekarang. Jaehee sudah menjadi penulis novel romance best seller dengan nama pena 'Alice'. Jaehee sengaja menyembunyikan identitasnya agar dirinya bisa bebas menikmati hidupnya tanpa dibayangi oleh mata publik. Hwanhee sendiri sudah sukses di Jepang dan akan segera kembali ke Korea setelah karirnya meningkat. Dia ingin mengembalikan segala milik Jaehee yang hilang karena dirinya yang tertipu investasi saham palsu. Dan karena itu, uang Jaehee hilang banyak sampai ia harus tinggal dengan Seunghoon yang saat itu baru saja menjadi aktor rookie di sebuah film.
Sudah dua tahun semua itu berlalu dan kini Jaehee yang sudah mengumpulkan uang dengan giat selama dua tahun akan segera pindah di sebuah apartemen yang dia beli. Jaehee sebenarnya tidak enak dengan Seunghoon karena ada dirinya, Seunghoon tidak bisa membawa pacarnya ke rumah.
Kecuali diam - diam di malam hari seperti yang Jaehee lihat saat itu.
Keesokan harinya …
"Wow, bukan punyaku nih yang jelas. Punyaku nggak sebesar ini" gumam Jaehee saat melihat sebuah bra terselip di bawah kaki meja ruang tamu. Jaehee ingin tertawa tapi takut kalau pacar Seunghoon masih ada disini. Jadi dia kembali ke lantai atas dan bersembunyi di tangga. Dia ingin sekali melihat dengan jelas wajah pacar Seunghoon seperti apa.
Cklek!
Terdengar suara knop pintu diputar dan keluarlah seorang wanita, yang hanya memakai celana dalam. Mata Jaehee langsung mendelik saat melihat perempuan itu dengan santainya keluar dari kamar Seunghoon tanpa busana samasekali dan mengambil bra miliknya.
"Noleh sini dong noleh" jerit Jaehee dalam hati saking penasarannya.
Dan keinginan Jaehee terkabul. Perempuan itu menoleh dan mata Jaehee langsung melebar saat tahu kalau pacar Seunghoon ternyata Kang Seulgi. KEPALA EDITORNYA SENDIRI!
Jaehee langsung menutup mulutnya tidak percaya. Seulgi dengan santainya memakai bra nya. Dan kembali masuk kamar Seunghoon. Segera setelah Seulgi masuk, Jaehee langsung lari menuju kamarnya di lantai atas.
"Astaga apa yang aku lihat tadi itu Tuhaaannn" gumam Jaehee dan menutup wajahnya.
Handphone Jaehee tiba - tiba menjerit di atas meja kerjanya. Buru - buru Jaehee mengambilnya. Ada satu telefon dari Mino, temannya di kampus dulu.
"Haloooo" bisik Jaehee.
"Ngapain bisik - bisik?" tanya Mino yang bingung karena Jaehee berbisik saat mengangkat telefonnya.
"Kamu dimanaaa?" tanya Jaehee lagi.
"Aku udah di cafe nya Jinhwan. Kamu dimana?" tanya Mino.
"Masih di rumah. 30 menit lagi aku berangkat" kata Jaehee.
"Arasseo. Aku tunggu" kata Mino dan mematikan handphonenya.
"Haihhhh, gimana aku keluarnya sekarang?" gumam Jaehee guling - guling di kasurnya.
Jaehee segera mandi dan bersiap - siap. Akan lebih baik kalau Jaehee segera meninggalkan rumah Seunghoon sebelum Seulgi keluar lagi dari kamar Seunghoon.
Jaehee mengambil topi, menggelung dan memasukan rambutnya ke dalam topi kemudian memakai kemeja yang ukurannya besar. Celana panjang dan sepatu kets. Dari belakang Jaehee sudah seperti laki - laki karena tinggi badannya yang mendukung juga. 173cm. Setelah itu ia mengambil ransel dan diam - diam meninggalkan rumah. Jaehee menengok dari lantai atas, di ruang tamu tidak ada siapa - siapa. Dengan gerakan cepat, Jaehee langsung turun ke lantai bawah.
"Oh, temannya Seunghoon oppa?"
Satu suara yang membuat Jaehee terkejut seperti tersambar petir. Itu suara Seulgi YANG TERNYATA datang dari halaman belakang rumah Seunghoon.
"I … Iya" Jaehee merendahkan suaranya agar terdengar seperti laki - laki.
"Mau kemana? Nggak mau ikut sarapan dulu?" tanya Seulgi yang mendekat.
Bukannya menjawab, Jaehee langsung kabur meninggalkan Seulgi sendiri.
"Bukannya jawab malah pergi" dumel Seulgi sebal.
"Kamu kenapa sih kok ngedumel gitu?" tanya Seunghoon yang hanya menggunakan bathrobe nya keluar dari kamar.
"Temenmu tuh. Aku suruh sarapan malah lari" kata Seulgi dan pergi menuju dapur.
"Te … Temen?" Seunghoon keringat dingin.
"Iya. Noleh juga enggak. Sombong banget sih" dumel Seulgi.
"Oh nggak noleh ya?" entah kenapa ada sebersit kelegaan dalam hati Seunghoon.
"Iya. Dia kenapa sih?" tanya Seulgi
"Dia agak takut sama perempuan. Hahahahahah" tawa datar dan grogi Seunghoon sedikit meyakinkan Seulgi.
"Yasudah aku harus pergi sekarang. Aku harus ke kantor. Sarapanmu ada di atas meja" kata Seulgi dan mengecup bibir Seunghoon "Daahhh" kata Seulgi dan meninggalkan Seunghoon sendirian.
"Haihhhh, mungkin memang lebih baik anak itu pindah dari sini" keluh Seunghoon dan kembali ke kamarnya.
****
"Pindah aja besok deh. Toh furniture sama barang elektronik udah beres hari ini" kata Mino yang duduk di ayunan di balkoni sambil menghisap rokoknya.
"Iya ya. Ngapain nunggu lama - lama. Aku takutnya si Seulgi tahu aku tinggal disana. Nggak enak aja sama dia" kata Jaehee dan mengangsurkan sebotol air mineral pada Mino.
Hari itu, setelah dari cafe milik Jinhwan, teman Mino, mereka berdua langsung ke apartemen baru Jaehee. Hari ini barang - barang seperti furniture dan barang elektronik datang. Jadi Jaehee stay di apartemennya yang baru bersama Mino.
"Kamu benar - benar nggak terganggu ya dengan kehidupan malam Lee Seunghoon?" tanya Mino.
"Lumayan. Gila aja seminggu bisa tiga kali aku terbangun karena dia dan pacarnya. Seunghoon mikir kalau aku memang nggak denger samasekali. Mereka nggak tahu aku tidur setiap hari pake headset full lagu heavy metal" gerutu Jaehee.
"Nah, kan lebih baik pindah sekalian."
"Yaudah deh, nanti aku langsung packing baju. Biar besok lamgsung pindah"
"Mau aku bantuin? Cuma baju kan? Mobilku muat pasti" kata Mino.
"Boleh kalau kamu nggak keberatan aja" kata Jaehee.
"Seulgi itu tahu identitasmu nggak sih?" tanya Minho.
"Ya enggaklah. Yang tahu cuma si Lisa. Dia memang kepala editor tapi aku nggak yakin dia bisa jaga rahasiaku" kata Jaehee.
"Lisa yang megang novelmu kan?"
"Iya. Aku beberapa kali ketemu dia. Cuma karna dia nggak kenal aku, jadi cuma lewat gitu aja. Yang tahu kan cuma Lisa."
"Kalau tiba - tiba Seunghoon mengenalkan kalian berdua, pasti dia kaget. Cewek tomboy yang bahkan tidak seksi sama sekali bisa jadi sahabat aktor terkenal"
"Terimakasih loh pujiannya" kata Jaehee sebal.
"Hwanhee kapan balik? Aku rasa dia terlalu betah di Jepang karena pekerjaannya"
"Karena pacarnya yang bener. Dia nggak mau ninggalin Tokyo makanya"
"Pantesan. Anak itu betah sekali disana"
"Aku nyuruh dia supaya stay di Jepang lebih lama lagi. Nggak mudah dia dapat kerjaan di perusahaan yang sekarang"
"Dia pasti sangat bersalah dengan kejadian dua tahun lalu. Karena kalian tinggal berdua. Orangtua kalian sudah lama meninggal. Dia pasti berfikir harusnya dia melindungi mu malah merepotkanmu"
"Aku tahu. Dia bukan anak nakal. Dia anak yang baik. Dia selalu mengirimiku uang selama dua tahun terakhir ini. Aku selalu memarahinya. Aku masih punya uang royalti, kenapa dia terus mengirimiku uang?"
"Dia merasa bersalah bodoh! Uangmu kan habis karena penipu yang dia kenal."
"Haihhh, aku nggak mempermasalahkan itu. Memang takdirnya tertipu mau gimana lagi?"
"Ya dia nggak enak sama kamu. Dia kembaran yang baik. Nggak seperti saudaraku" kata Mino menghela nafas.
Jaehee menatap Mino yang menghisap dalam rokoknya dan menghembuskan asapnya ke udara. Jaehee mengenal Mino sebagai anak brokenhome. Ayah dan ibunya saling berselingkuh satu sama lain. Kakak sulungnya Song Jihyo selalu membuat onar dan terlibat dengan kasus obat - obatan. Sementara Song Joongki, kakak kedua Mino selalu ingin mendepak Mino keluar dari perusahaan keluarga mereka. Ia ingin menguasai perusahaan itu sendiri dan menganggap Mino sebagai ancaman karena ayah mereka selalu memuji kerja Mino. Membuat Mino benar - benar keluar dari rumah dan membuka sebuah cakeshop di daerah Hongdae. Mino mengubah kepemilikan nama apartemen dan cakeshop atas nama Jaehee, jadi keluarganya tidak dapat melacak keberadaan Mino.
"Mino - ya"
"Jujur saja aku muak dengan mereka." kata Mino terkekeh pelan.
"Kamu, nggak berniat menjenguk ayahmu? Katanya beliau masuk rumah sakit" kata Jaehee.
"Kalau aku menjenguknya, aku tidak akan bisa kemana - mana lagi. Jaehee - ya, aku hanya anak dari hubungan gelap ayah dan sekertarisnya. Oleh karena itu kedua kakakku sangat membenciku ketika ayah ingin aku bergabung sebagai direktur di perusahaannya. Mereka bilang anak haram mana pantas jadi keluarga mereka" kata Mino tersenyum kecut.
"Tapi Mino - ya, ayahmu pasti merindukanmu"
"Aku kadang kesana kok. Malam hari. Saat ayah sudah tidur. Hanya Sekertaris Han yang tahu. Aku memintanya untuk tutup mulut"
Jaehee tidak bisa berkata apa - apa lagi. Jaehee dan Mino sudah berteman sejak SMA. Walau Jaehee lebih tua dari Mino satu tahun, tapi Jaehee membiarkan Mino memanggilnya tanpa embel - embel nuna. Mereka menjadi akrab dan kenal satu sama lain. Mino dulu sering menginap di rumah Jaehee dan tidur bersama Hwanhee. Mino selalu menangis saat kedua orangtua si kembar memperhatikannya. Dia berkata kalau dia iri melihat orangtua Jaehee dan Hwanhee yang akur dan menyayangi si kembar. Orangtua yang friendly. Mino juga ingin orangtua yang seperti itu. Sayangnya walau hidupnya bergelimang harta tetapi sengsara.
"Oh iya, kapan - kapan nonton konser yuk. Aku udah beli tiket konser Ohyuk." kata Mino dan mengeluarkan dua buah tiket dari dompetnya.
"Yaaayyy!!!!" teriak Jaehee kegirangan. Dirinya sangat menyukai Ohyuk karena suara sang vokalis yang unik di telinganya.
"Konsernya tiga hari lagi sih. Kamu nggak ada kerjaan kan? Naskahmu sudah selesai kan?" tanya Mino.
"Baru kemaren aku kasih naskah terbaruku ke Lisa. ASIKKKK NONTON KONSER OHYUK!!!!!" seru Jaehee girang.
Mino hanya terkekeh geli melihat tingkah Jaehee yang kegirangan seperti bocah yang diberi permen. Bagi Mino, Jaehee adalah moodboosternya. Kalau bukan karena Jaehee dan Hwanhee, mungkin dirinya sudah meninggal terjun dari atap sekolah waktu itu.
****
FLASHBACK
17 Februari 2010.
"Jaehee, aku liat PR Fisika dong. Aku belum buaattt" rengek Hwanhee.
"Kamu selalu nyontek! Makanya belajar jangan ngegame mulu! Aku laporin Appa lama - lama!" omel Jaehee kesal.
"Seunghoon juga pelit nggak mau ngasih nyontek!!"
"Siapa juga yang mau heh! Kita kan capek - capek bikin PR. Kamu enak tinggal nyontek"
"Oh, siapa itu di atap gedung perpustakaan?" kata Hwanhee dan menunjuk seseorang yang terlihat berdiri di pinggir tembok pembatas gedung.
"Ya, ya, jangan - jangan dia mau bunuh diri! Cepat halangi cepat!" kata Jaehee dan berlari ke arah gedung perpustakaan.
"Eh tunggu!!" seru Hwanhee yang ikut berlari di belakang saudari kembarnya.
Jaehee yang atlet sprint tentu secepat kilat naik tangga. Hwanhee di belakang Jaehee sudah ngos - ngosan nafasnya.
"YA!!! KAMU NGAPAIN WOIK!!!!" seru Jaehee dengan nafas ngos - ngosan. Anak laki - laki itu terkejut melihat Jaehee disusul Hwanhee yang nafasnya tersengal sengal mengejar Jaehee.
"Hei, kamu anak kelas berapa? Kayaknya kamu adik kelas deh" kata Hwanhee dan berusaha mendekati anak laki - laki itu.
"Ja … Jangan mendekat!!!!" seru laki - laki itu.
"Ya, ya, ya, jangan sembarangan mendekatinya. Dia bisa terjun kalau kamu asal mendekat" kata Jaehee yang menahan langkah Hwanhee.
"Kalian siapa?!" seru anak itu.
"Bisa kamu lihat. Kita murid disini" kata Hwanhee polos.
"Pergi kalian! Aku nggak butuh bantuan kalian!!!!" seru anak laki - laki itu.
"Turun ya, turun, semua bisa diomongin baik - baik. Lompat bukan jalan pintasnya" kata Hwanhee yang makin mendekati anak laki - laki itu.
"Berhenti! Atau aku lompat sekarang!!!"
"Hwan - ah!" tegur Jaehee yang melihat kenekatan kembarannya yang terus mendekati anak laki - laki yang sedikit saja mundur, badannya bisa langsung terbanting di lantai dasar gedung yang lumayan tinggi.
"Tenang Jae - ya. Hanaaaa…." Hwanhee mulai menghitung mundur.
"Jangan mendekat!"
"Duuuullll~~~" Hwanhee makin mendekat.
"YA!!!!!!"
"SET!!!!!" seru Hwanhee yang secepat kilat mencengkeram pergelangan kaki anak tadi dan menariknya ke bawah.
"KYAAAA!!!" jerit Jaehee yang kaget saat Hwanhee menarik kaki anak tadi dan membekuknya di lantai. Anak laki - laki tadi samasekali tidak berkutik karena Hwanhee menahannya. Walau dia payah lari tapi dia pemegang sabuk hitam Taekwondo.
"LEPASIN AKU!!!!" seru laki - laki itu.
"Ya! Anak bodoh!!!" Jaehee langsung memukul kepala anak itu dengan keras "Kenapa kamu mau bunuh diri eo?! Kamu mau lari dari kenyataan hidupmu?!" seru Jaehee marah.
"Kamu! Kamu kalau nggak tahu apa - apa, kalau nggak tahu permasalahanku, nggak usah komentar!" Seru anak laki - laki itu kesal.
"Di dunia ini yang punya masalah kamu aja? Kamu merasa permasalahanmu lebih berat dari orang lain?!" seru Jaehee
"Memang! Memang lebih berat!! Semua orang merasa rumah mereka adalah tempat paling aman! Tapi tidak dengan rumahku. Dan kalian, yang berada di rumah yang aman dan hangat tidak akan mengerti!!!"
"Kalau begitu tinggal saja di rumah kami" kata Hwanhee dan melepaskan genggaman tangannya.
"Kalau kamu merasa sepi, datang saja ke rumah kami. Eomma akan sangat senang kalau kami bawa pulang teman" tambah Jaehee
"Jangan bercanda!" seru anak laki - laki itu dan menghempaskan tangan Hwanhee dan pergi.
"Dompetnya dia?" gumam Jaehee saat melihat benda kotak berwarna coklat di dekat sepatu Hwanhee.
"Namanya Song Minho. Dia adik kelas ternyata" kata Hwanhee yang membuka dompet dan melihat kartu pelajar di dalam dompet.
"Eehhhhh dia tinggal di daerah elit. Dan masih masih mau mati juga?" kata Jaehee terkejut.
"Ya, orang kaya juga punya masalah. Kamu pikir mereka hidup tenang setelah bergelimang harta?" Sambar Hwanhee.
"Iya juga sih. Kesepian. Pasti itu" kata Jaehee.
Sejak saat itu, si kembar sering berkunjung ke kelas anak laki - laki bernama Song Minho itu. Awalnya Mino merasa sangat terganggu. Dan orang - orang di kelas Mino menatap ke arah mereka aneh. Karena ternyata Mino ini memang dikenal pemurung dan penyendiri. Tidak ada yang mendekatinya karena Mino selalu menarik dirinya dari keramaian.
Tetapi lama - lama Mino merasa nyaman dengan keberadaan si kembar. Mereka sering mengajak Mino makan bareng di rumah mereka. Mino sangat menyukai keadaan keluarga si kembar.
"Mino - ya, makan yang banyak" kata Ibu si kembar.
"Ah, i .. Iya" kata Mino sungkan.
"Appa kemana Eomma?" tanya Jaehee.
"Dia lembur di kantor hari ini. Jadi pulang terlambat" kata Eomma.
"Terimakasih makanannya" kata Mino yang sudah menghabiskan makanannya.
"Makan yang banyak Mino - ya" kata Ibu si kembar dan mengusap punggung Mino lembut, seperti anaknya sendiri.
"Lho, kok nangis sih?" kata Hwanhee saat melihat mata Minho berkaca - kaca.
"Enggak. Aku … Aku cuma merasa …" Mino tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi. Si kembar dan ibunya hanya menatap Mino dengan wajah kasihan. Semenderita apa sebenarnya Mino di rumahnya? Sampai ia harus menangis setiap Ayah dan Ibu si kembar memberikan perhatian layaknya anak mereka sendiri?
Tiga tahun mengenal orangtua si kembar membuat Mino sangat dekat dengan mereka. Bahkan saat kedua orangtua si kembar meninggal karena kecelakaan mobil, Mino ikut menangis tersedu - sedu bersama si kembar seakan - akan orangtuanya sendiri yang meninggal hari itu.
Namun saat Mino balik badan, seorang laki - laki bertubuh jangkung dan bermata sipit memeluk Jaehee dengan erat. Jaehee pun menangis tersedu - sedu dalam pelukan laki - laki itu. Mereka terlihat sangat dekat, siapa dia? Sepupunya kah?
"Dia siapa Hwan - ah?" tanya Mino.
"Dia? Lee Seunghoon. Sahabat kami dari kecil" kata Hwanhee.
Mino langsung terdiam kembali. Haruskah mereka sedekat itu? Membuat Mino sedikit tidak menyukai kedekatan keduanya.
FLASHBACK END
****