webnovel

sudah lebih baik

Meri terbangun ketika mendengar ponsel andre berdering. Dia melihat andre yang masih terlelap tidur sambil memeluknya. Meri melihat sejenak nama yang muncul di layar telfonnya "brother".

"Apa andre memiliki seorang kakak" batin meri.

Dia sangat ingin menerima panggilan itu namun takut akan melanggar privasi andre. Dia tidak ingin memiliki masalah lagi dengan kekasihnya itu. Meri juga enggan untuk membangunkan andre secepat ini. Andre terbiasa begadang dua malam ini, membangunkannya saat matahari bahkan belum muncul akan terasa seperti penyiksaan.

Saat meri masih dalam keraguannya akan menerima atau menolaknya, telfon itu sudah terputus dan menunjukkan bahwa terdapat satu panggilan tak terjawab. Meri meletakkan kembali ponsel itu pada posisinya semula.

Masih terlalu pagi jika dia bangun dan membuat sarapan. Jadi dia memilih menikmati pemandangan pagi dengan berjalan-jalan di sekitar area apartemen. Meri mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Dia sengaja membawa satu untuk keadaan darurat jika berat badannya naik secara tiba-tiba.

Meri memasang MP3 dan earphone yang dia dapatkan dari laci andre saat membersihkan rumah kemarin. Meri turun tanpa membawa ponselnya, ia pikir itu tidak perlu karena dia hanya akan berkeliling sebentar dan andre pun masih terlelap.

Meri menyapa petugas keamanan yang berjaga di gerbang apartemen. Mereka sudah lumayan mengenal meri karena meri sudah menyapa mereka dua kali sebelum ini. Saat akan ke supermarket, security itulah yang memberhentikan taxi untuknya. Mereka terkesan kejam dari tampilan luar, tapi ramah kepada penghuni apartemen.

Meri mulai berjalan pelan, berjalan cepat dan mulai berlari ringan untuk membakar lemak. Sudah hampir satu minggu dia tak pernah berolahraga sejak saat dia tiba di omaha. Dan ini adalah hari ke 6 dia berada di kota itu.

Meri asyik mendengarkan lagu dan menikmati jogging di sekitar apartemen. Namun tak menyadari betapa khawatirnya andre karena tak melihatnya di kamar dan juga tidak menemukan wanitanya itu di setiap sudut apartemen. Andre mengambil jaketnya dan turun untuk menanyakan kepada petugas keamanan. Sedikit rasa lega di hatinya mengetahui meri hanya pergi berolahraga di sekitar apartemen.

Meri kembali ke apartemen ketika melihat jam sudah pukul 6.15 dan matahari sudah mulai muncul. Saat akan masuk ke halaman, dia menemukan andre berdiri di gerbang dengan tangan terlipat didadanya.

"bagaimana bisa dia bangun di jam sepagi ini. Dia harusnya bangun saat aku sudah kembali" batin meri.

Meri menghampiri andre yang dengan cepat menyambar tangan meri. Meri sampai kewalahan mengikuti langkah kaki andre yang panjang. Tak ingin protes, meri memilih mengikuti langkah kaki andre dengan setengah berlari.

Tiba di apartemen, andre melepaskan cengkeramannya pada lengan meri dan duduk di sofa meninggalkan meri yang mematung di pintu apartemen.

'ada apa lagi dengannya? Apa dia mengira aku di culik lagi? Yang benar saja, apa semua makhluk di muka bumi ini begitu buta hingga harus menculikku' batin meri.

Meri menghampiri andre yang masih duduk diam di sofa tanpa mengatakan sepatah katapun. Saat ia seperti ini justru jauh lebih menyeramkan dari saat dia berteriak di hadapan meri.

"apa aku berbuat kesalahan lagi?" tanya meri saat telah berada di pangkuan andre.

Meri sengaja langsung duduk di pangkuan andre untuk memcari aman. Dia tahu sebagian besar laki-laki saat marah akan luluh ketika di goda.

Andre membalas tatapan meri dan merangkul pinggang wanita itu, andre menarik tubuh meri mendekat dan menciumnya dengan penuh hasrat hingga nafas meri terengah-engah dan melepaskan ciuman itu dengan kasar.

"skill mu sudah lebih baik dari saat kita terakhir kali melakukannya" ujar andre.

Wajah meri seakan terbakar mendengar pujian sekaligus godaan dari mulut pria di hadapannya itu. Meri masih berusaha mengatur nafasnya dengan baik setelah ciuman andre yang membuatnya kesulitan bernafas.

"terimakasih, aku anggap itu sebagai pujian. Sekarang katakan kesalahan apa yang kulakukan?"

"tidak ada" jawab andre santai

"tidak ada katamu?"

"Mmm" jawab andre bergumam sambil menggelengkan kepala menyiratkan makna bahwa tak ada yang salah.

"aku tidak melakukan kesalahan dan kau menghukumku seperti tadi?"

"kapan aku menghukummu?" sudah kebiasaan andre menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"wah, kau benar-benar membuat malu standford university. Lulusan psikologi terbaik mereka bahkan tidak bisa mengerti kalimat yang begitu mudah. Memalukan" ejek meri. Dia begitu kesal bukan karena andre yang tidak mengerti, dia hanya kesal jika harus mengatakan maksud dari ucapannya itu. Bagaimana jika itu bukan hukuman.

"katakan apa yang kau maksudku" tuntut andre.

"maksudku, mengapa kau menghukumku dengan men.. Ci. Umku begitu kasar" jawab meri terbata-bata.

"itu kasar karena kau tidak bergairah"

"hey, mulutmu itu, kenapa selalu saja mesum" meri memukul lembut bibir andre.

"meri, lain kali jika kau ingin keluar bawalah ponselmu. Dan jika aku ada di dekatmu, katakan padaku kau akan kemana. Ini kota asing bagimu, kau bisa saja tersesat. Kau membuatku khawatir tadi" ujar andre menatap meri penuh kecemasan.

"aku pikir kau tidak akan terbangun sampai aku kembali. Maafkan aku, tidak akan ku ulangi lagi" meri mendaratkan ciuman di bibir andre. "kakakku akan tiba nanti sore dan kita akan langsung berangkat agar tak mengganggu waktu kerjamu. Minggu pagi kita akan tiba di KJRI Los Angeles"

"bukankah mereka libur pada hari minggu?"

"iya, tapi kakakku sudah melapor terlebih dahulu dan mereka setuju pernikahannya di lakukan hari minggu. Oh ya aku melupakan sesuatu"

Meri bangkit dari pangkuan andre dan menuju ke kamarnya. Tak lama dia kembali dengan setumpul amplop berkas dan menyerahkannya satu kepada andre. Andre membacanya dengan teliti dan menandatangani beberapa berkas yang memerlukan tanda tangannya.

"dari mana kau mendapatkan berkas ini? Apa ini palsu?"

"itu asli, kak randy yang mengurusnya. Jika sudah selesai, pergilah bersiap-siap dan usahakan pulang tepat waktu"

"baiklah" andre memasukkan kembali semua berkas ke dalam amplop dan menyerahkannya kepada meri.

Melihat andre masuk ke bilik kamar, meri bersiap ke dapur untuk membuat sarapan. Karena dia bahkan belum belajar membuat masakan yang spesial untuk sarapan, dia hanya membuat sandwich dengan isian sosis, telur, selada timun dan keju. Dia memilih isian itu secara acak, tak memperhatikan mengenai rasanya apakah akan match atau akan berperang di dalam mulut.

Meri memutuskan membuat hot cappucino sebagai minuman pendamping sandwich yang dia buat. Sarapan itu untuk andre, dia sedang tidak ingin makan sandwich jadi hanya membuka sereal yang dibelinya di supermarket serta susu sebagai campurannya.

Menata semua menu sarapan di meja dan segera masuk ke kamar untuk melihat apakah andre sudah siap atau belum. Andre sedang memakai dasi saat meri melihatnya.

"apa perlu bantuan?" dia mencoba menawarkan diri agar tidak terkesan begitu berkeinginan untuk melakukan hal itu. Menyembunyikan perasaan sesungguhnya adalah keahlian dari meri.

Dia wanita tradisional yang di besarkan di lingkungan keluarga yang mengerti nilai kesopanan dan pentingnya menjaga martabat. Menempuh pendidikan di belahan bumi barat dengan budaya yang lebih berani tak membuat dia ikut arus. Pergaulannya ibarat ikan di lautan. Air asin namun tak membuat daging dari ikan itu menjadi asin.

"tawaran mu tidak buruk. Kemarilah" panggil andre menghentikan aktivitasnya yang sedang memakai dasi.

Meri menghampiri andre yang masih berdiri di hadapan cermin lebar seukuran tubuhnya. Meri membelakanga cermin itu agar bisa memasangkan dasi untuk andre. Tak ingin melewatkan kesempatan, andre melingkarkan tangannya di pinggang meri dan menariknya mendekat. Meri masih tetap fokus memasangkan dasi di kemeja putih kekasihnya itu. Dasi berwarna abu-abu dengan motif garis miring berwarna hitam, sangat elegan dan pas di keras kemeja yang dikenakan andre.

"aku mengundang maria untuk datang ke Los Angeles, apa kau tidak keberatan?" tanya meri sambil melingkarkan tangannya di leher andre.

"tentu saja tidak, dia seperti saudara kandung bagimu jadi dia juga saudaraku nantinya"

Mereka selalu membicarakan sesuatu yang penting dan kemungkinan mendapat penolakan saat mereka sedang dalam keintiman. Meri melakukannya untuk meminimalisir penolakan yang akan dia terima.

Seorang pria akan kehilangan sebagian kemampuan berpikirnya ketika berada dalam posisi yang begitu menyenangkan mereka. Semua perkataan yang terlontar cenderung yang akan membuat wanita di pelukannya merasa senang, apapun itu. Andre bukanlah pengecualian dalam teori tersebut.

"mengapa kau tidak mengundang temanmu yang membantumu menemukanku hari itu?"

"dia membuatmu kehilangan selera waktu itu jadi aku tak akan mengundangnya. Atau dia akan membuatmu berubah pikiran" ujar andre dengan suara lembut menggoda.

Andre masih ingat bagaimana boy mengganggunya di saat-saat yang paling kritis. Jika saja dia dekat, andre mungkin akan mencekiknya atau minimal membuatnya impoten selamanya.

"kau berlebihan, aku sudah membuat sandwich untukmu. Apa kau mau makan?"

"aku mau memakanmu. Apa boleh?" goda andre, menatap meri dengan eksperi memelas.

"sekarang tidak. Kau akan terlambat" jawab meri melepaskan pelukannya dan keluar menuju meja makan.

Andre lagi-lagi harus menelan kekecewaan namun senyum di bibirnya tidak memudar sedikitpun. Dia berusaha mencerna penolakan meri.

'apa itu artinya jika aku bangun lebih awal dia tidak menolak' batin andre dengan senyum merekah.

Andre bergabung di meja makan setelah menggunakan jas dan mengambil tas kerjanya.

"mengapa kau hanya makan sereal?" andre menatap sarapan meri

"aku baru saja berlari membakar lemak yang menumpuk. Tidak akan ku biarkan lemak itu masuk lagi saat ini"

"kau berlebihan. Ini hanya roti"

Meri memilih tidak menanggapi dan menghabiskan serealnya. Meri mengantar andre sampai ke basement, mencium punggung tangannya dan mendapat imbalan dengan ciuman di dahinya. Meri kembali ke apartemennya dan melewati hari dengan menunggu andre pulang.

Hadir lagi lanjutan kisah meri dan andre.

Maaf agak telat posting.

Author baru pulang soalnya.

Semoga ceritanya memuaskan di baca.

Happy reading guys

siti_darmawati8creators' thoughts
Next chapter