webnovel

Musuh Berada di Sisi Terang, Sedangkan Aku Berada pada Sisi Kegelapan

Editor: Wave Literature

Tidak ada tempat yang lebih baik daripada rumah sendiri.

Kalimat itulah yang melintas dalam benak Rhode ketika dia membuka mata. Hari sudah pagi. Matahari telah terbit. Cahaya matahari yang hangat dan terang masuk lewat jendela. Pertanda hari baru telah dimulai.

Walaupun baru saja pulang, Rhode tidak ingin bersantai-santai. Sebaliknya, dia bangun dari tempat tidur, ganti baju, lalu pergi ke taman untuk latihan. Itu adalah kebiasaannya ketika bermain game. Dia tidak akan lupa dengan kebiasaan tersebut. Setelah masuk dalam game, pemuda itu biasanya akan mencari tempat melakukan pemanasan. Setelah selesai, dia akan mencari pekerjaan lain untuk mengisi waktu luang. Rutinitas sehari-hari ini akan meningkatkan status dan kelincahannya ketika bertarung. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut masih ia lakukan setelah terlahir di dunia ini. Rutinitas tersebut, paling tidak, bisa membuatnya merasa nyaman.

Markas kelompok Starlight terasa damai pada pagi hari. Rhode menempati kamar terbesar di markas ini yaitu kamar kerja sekaligus kamar pribadinya. Letaknya ada di lantai 3. Bagi para prajurit bayaran perempuan, mereka menempati kamar-kamar yang cukup nyaman di lantai dua. Hanya Walker yang tidur di kamar pembantu di lantai satu. Tapi tentu saja, ini hanya berlaku sementara. Rhode merasa kurang puas dengan kondisi rumahnya saat ini. Tapi keuangan mereka terbatas.

Saat Rhode berjalan menuruni tangga, dia bisa mendengar suara sedang memanggilnya.

"Ah, ketua, selamat pagi! Kau bangun pagi sekali."

Hanya ada seorang gadis yang berani berbicara kepadanya dengan sikap begitu.

"Bukankah kau juga sama?"

Rhode menggelengkan kepala. Dia melirik Anne yang sedang berdiri di balkon.

"Jadi, Nona Anne. Apakah kau yakin akan pergi keluar dengan pakaian seperti itu?"

"Hm?"

Anne memandang pakaiannya sendiri. Dia terlihat penasaran. Gadis itu tidak mengenakan baju pelindung yang ia kenakan tadi malam. Dia hanya mengenakan pakaian dalam tipis yang menutupi tubuh ramping Anne. Pakaian itu terlihat menonjolkan bagian atas tubuhnya. Ketika angin bertiup, Rhode bisa melihat warna pink dari pakaian 'transparan' yang dipakai oleh Anne.

"Hmm? Tidak apa-apa, kan? Lagipula, rasanya sejuk dan menyegarkan menggunakan pakaian seperti ini."

Saat gadis itu berbicara, dia mengangkat tangannya dan merentangkan pinggang. Dia memperlihatkan kulitnya yang lembut dalam balutan kain tipis itu. Rhode mengakui bahwa tubuh Anne memang ideal. Lekuk-lekuk tubuhnya sempurna dan tubuhnya juga ramping. Selain itu, sikapnya yang acuh tak acuh bisa dianggap menggoda bagi orang-orang tertentu.

"Tidakkah itu terlalu vulgar?"

Sekitar B+…

Pandangan Rhode mengarah pada dada Anne dan dia bisa menebak berapa ukuran dada itu Sesaat kemudian, pemuda itu mengangkat bahu dan berbicara, "Bagaimanapun juga, ini adalah markas kelompok prajurit bayaran. Ku harap kau bisa menjaga sikapmu."

"Ah…membosankan! Dulu saat Anne masih menjadi anggota kelompok Mark White, ayah juga memintaku untuk melakukan hal yang sama. Dan sekarang setelah Anne bergabung dalam kelompok ini, ternyata ketua juga mengatakan hal itu."

Gadis itu cemberut.

Kemudian dia terus berkata, "Laki-laki memang aneh. Ketua, Anne sama sekali tidak telanjang. Tapi kalau Anne telanjang, apakah para lelaki akan senang melihat Anne? Bahkan, meskipun ada laki-laki telanjang di hadapan Anne, Anne tidak akan merasa tergoda."

"…"

Rhode mengerutkan kening. Ketika pertama kali bertemu dengan Anne, Rhode menduga bahwa gadis itu memang aneh. tetapi sekarang dia yakin bahwa Walker telah memberinya tugas tambahan yang merepotkan.

Pada saat itu, seorang 'penyelamat' akhirnya tiba.

"Oh..Nona Anne? Kau sudah bangun? Aku mendengar suara tuan Rhode…"

Sambil menggosok matanya, Lize menguap. Lize tampak terhuung-huyung ketika keluar dari kamar. Ketika gadis Cleric itu melihat pakaian Anne, matanya segera terbuka lebar.

"A-a-Anne! Apa yang kau lakukan?!"

"Eh? Anne cuma keluar untuk menghirup udara pagi yang segar, kok."

"Kau bisa masuk angin jika berpakaian seperti itu! Astaga, kenapa kau tidak menggunakan pakaian sama sekali?"

"Tapi, Anne kan sudah berpakaian. Lihat, lihat, bukannya ini pakaian?"

"Kyaaaa, jangan diangkat! Tuan Rhode di sini! Tolong jaga sikapmu!"

"Tapi Anne sudah menjaga sikap! Lagipula Anne tidak telanjang. Tidak masalah kan jika Anne berpakaian seperti ini? Kalau ada orang lain yang melihat Anne menggunakan pakaian ini, itu baru masalah. Benar, kan?"

"Bukan begitu! T-tuan Rhode, tolong pergi dari sini. Nona Anne, ikut aku. Kau tidak boleh keluar dengan pakaian seperti itu!!"

"Eh…tapi pakaian ini nyaman…"

"Tidak ya tidak!!"

Setelah menyaksikan Anne ditarik paksa oleh Lize dalam kamar, Rhode mengalihkan pandangannya dan menghela napas. Dia cukup beruntung bisa menyaksikan 'pemandangan yang indah' pagi hari ini.

Anne memang orang yang unik. Gadis itu ceria, bersemangat, energik dan terus terang. Tapi juga kesadaran sosialnya rendah. Jika dia ingin melakukan sesuatu, dia akan melakukannya dengan caranya sendiri. Dia tidak memperdulikan pendapat orang lain. Sederhananya, gadis itu bisa dibilang pemberani sekaligus tabah. Di sisi lain, Anne adalah tipe orang yang lebih suka bertindak sebelum berpikir. Rhode akhirnya mengerti alasan mengapa kedua wakil pemimpin Mark White ingin mengusirnya dari kelompok…

Marlene dan Lize juga paham mengenai hal ini.

Setelah 'insiden' tersebut, semua orang berkumpul untuk sarapan. Ketika Rhode dan Lize masih tinggal berdua di markas ini, mereka bisa makan lebih santai. Tapi sekarang setelah anggota kelompok Starlight bertambah, Rhode harus menyiapkan meja makan untuk sarapan.

Walker menggantikan tugas Lize untuk memasak makanan tiga kali sehari. Tanpa diduga, masakannya benar-benar enak! Marlene bahkan memuji masakan pria tua itu. Tentu saja, semuanya akan lebih sempurna jika dia berhenti meminum bir setiap kali makan.

"Kalian semua bisa bersantai-santai hari ini," Rhode berkata dan dia mulai membahas jadwal kelompok hari ini. Rhode memegang sepotong roti panas yang masih mengepul di tangannya.

"Aku akan pergi ke Asosiasi Prajurit Bayaran untuk mengumpulkan informasi. Kalian boleh melakukan apapun yang kalian suka hari ini asal jangan membuat masalah. Jika ada yang ingin keluar, tolong ajak seseorang."

"Asosiasi Prajurit Bayaran?"

Marlene menaikkan alis sambil mengangkat sapu tangannya untuk menyeka mulut.

"Ada sesuatu yang terjadi?" dia bertanya.

Rhode menggelengkan kepala. Bahkan Rhode sendiri tidak terlalu yakin apa yang sedang terjadi. Tetapi lebih baik dia memberitahu Sereck dan lainnya tentang apa yang ia temukan.

"Hmm, aku belum bisa mengatakan apa-apa sekarang. Aku hanya akan memeriksa keadaan di sana."

"Apakah kau ingin aku ikut denganmu, tuan Rhode?"

"Tidak perlu. Kau pasti masih lelah setelah pergi denganku selama beberapa hari. Kau tak perlu keluar hari ini."

"…Tuan Rhode."

Kali ini, Lize mengangkat tangannya dengan malu-malu.

"Apakah kita perlu menyiapkan sesuatu?"

"Kita akan berangkat dalam waktu dua atau tiga hari. Kau bisa bersiap-siap."

"Baik, aku mengerti."

Ketika semua orang sibuk berdiskusi, Anne yang sedang duduk bersama Lize dan Marlene, tiba-tiba memotong pembicaraan mereka.

"Kak Lize, kak Marlene, Anne merasa ini aneh. Kenapa kalian tidak memanggil ketua dengan sebutan 'ketua'?"

"Itu…"

Kedua gadis itu memasang ekspresi canggung. Bahkan Walker yang sedang duduk di samping mereka juga merasa agak tidak nyaman. Dia mengangkat gelas untuk menutupi wajahnya. Namun, Rhode mencoba menjelaskan.

"Mereka semua memiliki alasan. Marlene hanya bergabung sementara waktu dalam kelompok ini. Sedangkan untuk Lize, aku yakin dia juga memiliki alasan tersendiri. Selain itu, aku tidak peduli kau memanggilku dengan sebutan apa. Kau tidak diwajibkan untuk memanggilku dengan sebutan ketua. Jadi silakan panggil aku dengan sebutan apa saja."

"Jadi begitu…"

Anne mengedipkan mata hijaunya yang indah. Dia melirik semua orang dengan rasa penasaran. Kemudian, dia tidak mengatakan apapun dan kembali memfokuskan perhatiannya pada makanan di depannya.

Lize, Marlene, dan Walker akhirnya merasa lega. Tetapi perasaan mereka sedikit campur aduk.

Saat ini, terdengar suara ketukan pintu.

Lize segera berdiri dan berjalan ke pintu masuk. Dia berbicara dengan suara pelan dengan orang-orang di luar. Kemudian, dia menerima surat. Kemudian Lize kembali ke meja makan dengan ekspresi heran.

"Ada apa Lize? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Marlene bertanya dengan penuh rasa ingin tahu saat melihat ekspresi Lize. Lize menyerahkan surat tersebut dan berkata, "Tuan Rhode, ini adalah undangan dari Asosiasi Prajurit Bayaran. Presiden Moby dan Sereck ingin bertemu denganmu. Mereka berharap kau bisa pergi ke sana untuk menyelesaikan perselisihan."

Rhode merasa sedikit heran. Bagaimana bisa ada perselisihan antara dia dengan Asosiasi Prajurit Bayaran?

"Jadi begini…"

Ekspresi Lize berubah semakin aneh. Dia melirik Marlene dengan khawatir. Kemudian, Lize kembali menatap Rhode.

"Berdasarkan informasi dari pengantar surat tersebut, tuan Clinton dari Negara Cahaya mendatangi Asosiasi Prajurit Bayaran dan mengatakan bahwa kau telah membunuh bawahan-bawahannya. Dia meminta kita untuk memberikan penjelasan dan kompensasi atas kerugiannya.."

"Keterlaluan!"

Sebelum Lize selesai bicara, Marlene memukul meja dan berdiri dengan penuh amarah.

"Bajingan-bajingan itu…jelas-jelas mereka yang mengirim bawahan-bawahan mereka untuk membunuh kita berdua di hutan. Hah. Dan sekarang mereka mencoba menuduh kita! Haruskah kita berdiam diri dan menyerahkan nyawa agar mereka puas?"

Kemudian dia menoleh dan menatap Rhode dengan pandangan marah.

"Tuan Rhode! Ayo kita pergi ke Asosiasi Prajurit Bayaran! Aku ingin memberikan pelajaran pada bajingan itu. Kerajaan Munn kita tidak semudah itu digertak!"

"Cukup. Marlene, jangan terbawa emosi dulu."

Rhode tetap terlihat tenang. Dia mengulurkan tangan dan mengambil surat dari tangan Lize. Rhode membacanya teliti. Setelah membaca isi surat itu, dia memasukkannya ke dalam saku dan berdiri.

"Istirahatlah. Aku akan pergi ke Asosiasi Prajurit Bayaran sendiri. Ku pikir ada kesalahpahaman di sini."

"Kesalahpahaman?!"

Marlene mencibir.

"Tuan Rhode, bagaimana mungkin ini kesalahpahaman? Bukankah sudah jelas? Orang–orang dari Negara Cahaya menolak membiarkan masalah ini…"

"Aku punya pendapat berbeda mengenai hal itu."

Rhode melambaikan tangan dan memotong keluhan Marlene.

"Kita tidak pernah melakukan hal itu. Oleh karena itu, pasti ada semacam kesalahpahaman di sini. Clinton memang menuduh kita melakukannya tapi aku tetap tidak tahu apa dia dibicarakan."

"…"

Semua orang terdiam mendengar perkataan Rhode.

Mereka semua menatap Rhode yang terlihat sangat tenang seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi.

Next chapter