"Tadi malam langit menangis di mana-mana dan angin bertiup kencang. Meskipun tidurku nyenyak sepanjang malam, aku masih belum sepenuhnya sadar saat bangun. Aku bertanya kepada pelayan yang membuka tirai bagaimana kabar pohon apel yang berbunga. Dia menjawab sama seperti sebelumnya. Apakah dia tidak tahu? Apakah dia tidak tahu? Dedaunan hijau seharusnya sudah mulai mekar, bunga-bunga merah layu." Di bawah pohon, Fan Xian dengan tenang melantunkan sebuah puisi dengan suaranya yang lembut, tidak jelas apakah dia sedang membicarakan seseorang atau benda. Ini adalah pertama kalinya penyair abadi Fan Xian melantunkan puisi sejak malam perjamuan di istana. [1]
Haitang dengan tenang memperhatikan Fan Xian, yang bertubuh kurus, sambil perlahan-lahan mengendurkan genggaman pedangnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com