webnovel

Temuan Berdasarkan Penglihatan

Editor: Atlas Studios

Kamar tidur Sir Deweyville lebih besar dari gabungan antara ruang keluarga dan ruang makan di rumah Klein. Kamar tidur itu dipartisi menjadi ruangan untuk sebuah tempat tidur, ruang keluarga, ruang ganti, kamar mandi, serta meja belajar dan rak buku. Perabotnya tampak sangat indah, dan detailnya pun sangat mewah.

Namun, bagi Klein, cahayanya tampak lebih redup dan suhunya pun beberapa derajat lebih dingin daripada di luar.

Pada saat yang sama, dia sepertinya mendengar suara tangisan dan erangan, seolah-olah seseorang sedang berjuang pada akhir hayatnya.

Klein sedang dalam keadaan trans, dan semuanya tiba-tiba kembali normal. Cahaya matahari bersinar terang melalui jendela dan menerangi seluruh kamar tidur tersebut. Suhu ruangannya wajar, tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Para polisi, pengawal pribadi, dan kepala pelayan di sekitarnya tampak tenang. Tidak ada yang berbicara.

Ini … dia memandang ke samping, ke arah tempat tidur klasik namun mewah. Dia merasa ada sepasang mata buram yang menghantui di dalam bayang-bayang, seperti ngengat yang tanpa takut tetap terbang di sekitar lampu gas.

Mengambil beberapa langkah mendekatinya, Klein kehilangan gambar tadi dari Penglihatan Rohnya.

Bukan arwah gentayangan biasa ataupun roh jahat … apakah itu sebenarnya? Klein mengerutkan keningnya dan mengingat kembali pengetahuan mistisisme yang telah dia pelajari selama ini.

Berdasarkan apa yang telah dilihatnya, misi ini merupakan sebuah misi yang mudah jika dilakukan oleh seorang Kolektor Mayat, Penggali Kubur, atau Cenayang. Hal ini jelas tidak termasuk dalam bidang keahliannya.

Menahan keinginannya untuk menggunakan ramalan sebagai sebuah pendekatan dalam melakukan investigasi, Klein melihat sekelilingnya dengan perlahan untuk mencari tanda-tanda lainnya, untuk mengonfirmasi beberapa tebakan di benaknya.

"Inspektur." Sir Deweyville merasa ragu-ragu dan bertanya, "Apakah kamu menemukan sesuatu?"

"Jika semudah itu, aku yakin bahwa rekan-rekanku tidak akan menunggu sampai sekarang," jawab Klein, melirik dermawan tersebut tanpa sadar.

Tepat ketika dia berencana untuk menarik kembali pandangannya, dia tiba-tiba melihat ada sosok manusia putih dengan samar, yang terpantul di belakang Sir Deweyville, pada cermin di belakangnya.

Tidak, ada banyak sosok yang tumpang tindih satu sama lain, menghasilkan sebuah sosok putih yang terdistorsi!

Sosok itu melintas dan Klein pun samar-samar seperti mendengar suara tangisan.

Fiuh … dia mengembuskan napas untuk menenangkan dirinya, hampir mengeluarkan senjatanya karena merasa ketakutan.

Persepsi spiritual yang meningkat dengan Penglihatan Roh, suatu hari nanti akan membuatku merasa ketakutan tanpa alasan … Klein mencoba menenangkan ketegangannya dengan cara bercanda, sebelum kemudian mengarahkan kembali fokusnya ke Sir Deweyville.

Kali ini, dia melihat sesuatu yang berbeda.

Setelah dia berada di dalam kamar tidur ini, Sir Deweyville memiliki sebuah sosok yang samar dan menyimpang, berkilauan di sekelilingnya. Sosok itu bahkan membuat redup pencahayaan di area tersebut.

Setiap kilatan disertai dengan sebuah suara tangisan dan erangan ilusi, yang sulit dideteksi oleh orang awam.

Hampir tidak terdengar oleh orang awam dalam keadaan biasa? Apakah karena saat ini masih siang? Klein mengangguk sambil berpikir.

Dia memiliki penilaian awal mengenai kasus ini.

Sosok itu adalah kebencian yang menghantui Sir Deweyville. Sosok itu adalah spiritualitas yang tersisa akibat dari emosi yang belum terselesaikan sebelum kematian seorang manusia!

Jika perasaan dendam seperti itu tetap berada di dunia ini selama periode waktu tertentu, mereka akan menjadi arwah gentayangan yang mengerikan setelah menjadi lebih kuat lagi.

Akan tetapi, Sir Deweyville adalah seorang dermawan terkenal. Bahkan Benson, yang merupakan seseorang yang pemilih pun merasa kagum terhadapnya. Kenapa dia bisa dihantui dengan kebencian orang yang sudah mati? Apakah dia sebenarnya bermuka dua? Mungkinkah dia menjadi sasaran seorang Pelampau dengan niat jahat? Klein menebak kemungkinan-kemungkinannya sambil merasa curiga.

Setelah beberapa pertimbangan, dia menatap Deweyville dan bertanya, "Tuan yang Terhormat, aku memiliki beberapa pertanyaan."

"Silakan tanyakan." Deweyville duduk dengan merasa letih.

Klein mengatur pikirannya dan bertanya, "Ketika Anda pergi dari sini untuk pergi ke sebuah tempat baru, seperti pedesaan atau Backlund, apakah Anda untuk sementara, setidaknya setengah malam, dalam keadaan damai, sebelum kemudian situasinya berlanjut dan secara bertahap menjadi lebih buruk? Bahkan ketika Anda tidur pada siang hari, apakah Anda masih dapat mendengar suara erangan dan tangisan itu?"

Mata Deweyville yang setengah tertutup tiba-tiba membelalak, saat matanya yang berwarna biru tua tiba-tiba tampak secercah harapan.

"Iya, apakah kamu menemukan akar masalahnya?"

Baru pada saat itulah dia menyadari bahwa, akibat masa insomnia yang panjang dan kondisi mentalnya yang buruk, dia benar-benar telah lupa untuk memberi tahu polisi tentang sebuah petunjuk penting seperti itu!

Melihat bahwa pertanyaan Klein telah mengungkap sesuatu yang berguna, Inspektur Tolle merasa tenang. Dia tahu kalau Burung Malam telah menemukan sebuah petunjuk.

Sersan Gate juga terkejut dan penasaran. Dia tidak bisa menahan diri untuk melihat pakar psikologis, Klein, dengan saksama.

Hal itu serupa dengan sifat keterlibatan secara bertahap dan hasil akumulasi … setelah menerima umpan balik, Klein pada dasarnya telah memastikan penyebabnya.

Kemudian, dia memiliki dua buah cara untuk membantu Sir Deweyville untuk melepaskan beban tersebut. Yang pertama adalah dengan menyiapkan sebuah altar secara langsung di sekitar pria tersebut dan menghilangkan rasa dendam dari orang yang telah mati dengan sepenuhnya menggunakan ritual sihir. Pilihan kedua adalah menggunakan cara mistisisme lainnya untuk menemukan akar masalahnya dan menyelesaikannya mulai dari sana.

Dengan mempertimbangkan aturan mengenai mencegah orang awam untuk mengetahui kekuatan Pelampau dengan sebaik mungkin, Klein berencana untuk mencoba metode kedua terlebih dahulu. Hanya jika metode tersebut gagal, barulah dia akan berdoa kepada Sang Dewi.

"Tuan, masalah Anda adalah sebuah penyakit psikologis, sebuah masalah mental," dia membicarakan sebuah omong kosong dengan sangat serius sambil menatap Deweyville.

Sir Deweyville mengernyitkan alisnya dan bertanya sebagai balasan, "Apakah kamu memberi tahu saya bahwa saya adalah seorang pasien yang gila, bahwa saya harus masuk rumah sakit jiwa?"

"Tidak, tidak separah itu. Sebenarnya, sebagian besar orang memiliki masalah psikologis sampai tingkat tertentu," Klein dengan santai menghiburnya. "Tolong izinkan aku untuk memperkenalkan diriku lagi. Aku adalah seorang pakar psikologis dari Kepolisian Provinsi Awwa."

"Pakar psikologis?" Deweyville dan kepala pelayannya memandang Inspektur Tolle yang sudah tidak asing lagi.

Tolle mengangguk dengan serius dan memastikan bahwa hal itu benar.

"Baiklah, apa yang kamu butuhkan dari saya untuk perawatan saya? Selain itu, saya tidak mengerti kenapa kepala pelayan saya, pengawal pribadi saya, dan para pelayan saya juga ikut mendengar suara tangisan dan erangan itu …" Deweyville memegang tongkatnya dengan menggunakan kedua tangannya, tampak kebingungan.

Klein menjawabnya dengan profesional, "Aku akan menjelaskannya kepada Anda setelah masalahnya diselesaikan."

"Tolong perintahkan kepala pelayan, para pelayan, dan pengawal pribadi Anda untuk pergi. Inspektur Tolle, Sersan Gate, silakan pergi juga. Aku perlu sebuah lingkungan yang tenang untuk memulai perawatan awal."

Sebuah "perawatan" dengan sihir … inspektur Tolle menambahkan dalam hatinya dan mengangguk pada Sir Deweyville.

Deweyville terdiam selama lebih dari sepuluh detik sebelum kemudian berkata, "Cullen, bawalah mereka ke ruang keluarga di lantai dua."

"Baiklah, Tuan." Kepala pelayan Cullen tidak membantah karena permintaan itu dibuat oleh seorang petugas polisi, seorang inspektur masa percobaan, dan juga seorang pakar psikologis.

Setelah menyaksikan mereka meninggalkan kamar satu demi satu dan menutup pintu di belakang mereka, Klein menatap Deweyville yang berambut pirang gelap dan memiliki mata berwarna biru, lalu berkata, "Tuan, silakan berbaring di tempat tidur Anda. Santailah dan cobalah untuk tidur."

"… Baiklah." Deweyville menggantung mantel dan topinya di dalam rak pakaian, sebelum berjalan perlahan ke sisi tempat tidurnya dan kemudian berbaring.

Klein menutup semua tirai, membuat ruangan tersebut menjadi gelap gulita.

Dia melepas liontinnya dan segera menggunakan pendulum roh untuk menentukan jika terdapat bahaya apa pun. Kemudian, dia duduk di kursi goyang yang terletak di dekat ujung tempat tidur itu, membentuk bola cahaya di dalam benaknya, dan masuk ke dalam Kontemplasi. Dia membiarkan dunia spiritual meluas di depan matanya.

Setelah itu, dia bersandar di sandaran kursinya dan tertidur lelap, memungkinkan Proyeksi Astralnya melakukan kontak dengan dunia luar.

Dia menggunakan teknik ramalan mimpi, untuk membiarkan dirinya berada di lingkungan spiritual seperti sedang bermimpi, untuk berkomunikasi dengan masing-masing dan setiap kebencian yang mengganggu Sir Deweyville.

Hanya komunikasi yang akan bisa memberinya sebuah jawaban dan menyelesaikan masalah tersebut!

Wuss! Wuss! Wuss!

Suara tangisan yang sedih terdengar di telinga Klein, dan dia "melihat" bahwa sosok-sosok putih yang transparan itu melayang di sekelilingnya.

Erangan yang kesakitan bergema ketika Klein, yang baru saja mendapatkan kembali alur berpikirnya, mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh salah satu sosok tersebut..

Tiba-tiba, sosok-sosok itu mengerumuninya seperti ngengat yang melesat menuju api.

Bayangan di depan mata Klein tiba-tiba menjadi buram dan otaknya tampak terbagi menjadi dua bagian. Setengah dari pikirannya dengan tenang mengamati, sementara yang lainnya melihat sebuah "cermin."

Di dalam "cermin" tersebut, terdapat seorang gadis muda yang mengenakan pakaian pekerja. Dia terlihat kuat dan sehat ketika dia berjalan di sebuah pabrik yang dipenuhi serbuk, sementara kepalanya berdenyut kesakitan.

Penglihatan gadis itu sesekali menjadi buram dan tubuhnya menjadi lebih kurus dari hari ke hari.

Dia sepertinya mendengar seseorang memanggilnya Charlotte, dan suara itu mengatakan bahwa dia menderita penyakit histeris1.

Penyakit histeris? Gadis itu melihat cermin dan melihat ada sebuah garis biru yang samar di gusinya.

….

"Pandangan cermin" tersebut beralih dan Klein melihat gadis lain bernama Mary.

Dia juga berjalan ke pabrik timah, tampak muda dan bersemangat.

Tiba-tiba, setengah dari wajahnya mulai berkedut, diikuti oleh lengan dan kakinya pada sisi yang sama.

"Kamu menderita epilepsi." Dia mendengar seseorang berkata sementara seluruh tubuhnya mengejang.

Saat dia kejang-kejang dan terjatuh, intensitasnya meningkat sebelum dia akhirnya kehilangan kesadaran.

….

Ada seorang gadis lain, dan dia sedang depresi. Dia sedang jalan-jalan dengan linglung, sampai-sampai mengalami kesulitan berbicara.

Dia mengalami sakit kepala yang sangat parah, dan dia pun memiliki sebuah garis biru pada gusinya. Dia juga mengalami kejang dari waktu ke waktu.

Dia menemui seorang dokter, dan dokter itu berkata, "Lafayette, ini disebabkan oleh keracunan timah."

Dokter itu memandangnya dengan prihatin dan melihatnya mengejang lagi. Dia kejang-kejang terus, dan dokter tersebut melihat bahwa matanya telah kehilangan semua cahaya mereka.

….

Banyak bayangan muncul di hadapan Klein, dan dia pun tetap tenggelam di dalamnya dan mengamati dengan tenang .

Tiba-tiba, dia mengerti keadaan buruk para gadis itu.

Para pekerja perempuan itu telah lama berhubungan dengan timah putih. Mereka semua meninggal karena keracunan timah yang disebabkan oleh terpapar serbuk dan bubuk dalam jangka waktu lama.

Sir Deweyville memiliki sebuah pabrik timah dengan namanya dan juga dua buah pabrik porselen. Semuanya mempekerjakan pekerja perempuan yang relatif lebih murah!

Klein "melihat" semua itu dengan tenang, dan merasa ada sesuatu yang masih belum diklarifikasi.

"Kebencian saat kematian" semacam itu tidak signifikan. Mereka tidak dapat mempengaruhi kenyataan ataupun memiliki efek apa pun pada Deweyville, bahkan ketika diakumulasikan.

Kecuali — kecuali jika ada kebencian yang lebih kuat dan keras kepala lagi yang telah menyatukan mereka semua.

Pada saat itu, dia "melihat" gadis lainnya.

Gadis itu berusia tidak lebih dari 18 tahun, tetapi dia sedang memoles porselen di sebuah pabrik.

"Hayley, bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini? Apakah kamu masih sakit kepala? Jika sakit kepala itu menjadi lebih parah lagi, ingatlah untuk memberi tahu saya. Sir Deweyville telah menegakkan sebuah peraturan bahwa, jika seseorang menderita sakit kepala yang parah, maka dia tidak dapat terus berhubungan dengan timah dan harus meninggalkan pabrik ini," seorang wanita tua bertanya dengan penuh perhatian.

Hayley menyentuh dahinya dan menjawab sambil tersenyum, "Hanya sedikit, aku baik-baik saja."

"Katakanlah pada saya besok jika keadaannya memburuk," desak wanita tua itu.

Hayley menyetujuinya. Ketika dia pulang ke rumahnya, dia memijat dahinya dari waktu ke waktu.

Dia melihat bahwa orang tua dan saudara lelakinya pun telah kembali, tetapi wajah mereka tampak putus asa.

"Ayah dan saudara laki-lakimu telah kehilangan pekerjaan mereka …" kata ibunya sambil menyeka air matanya.

Ayah dan saudara laki-lakinya menundukkan kepala mereka dan bergumam, "Kami akan mencoba mencari pekerjaan di pelabuhan."

"Akan tetapi, kita tidak punya uang sedikit pun untuk membeli roti untuk lusa nanti … mungkin kita harus pindah ke Jalan Rendah …" ibu Hayley menatapnya dengan mata memerah. "Kapan kamu mendapatkan bayaran? Sepuluh soli, bukan?"

Hayley memijat dahinya lagi.

"Iyah, Sabtu. Sabtu."

Dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan tetap diam seperti biasa. Dia kembali ke pabrik pada keesokan harinya dan memberi tahu atasannya bahwa sakit kepalanya telah sembuh dan dia merasa baik-baik saja.

Dia tersenyum dan berjalan lima kilometer pulang pergi untuk bekerja setiap harinya. Dia makin sering memijat kepalanya.

"Kalian belum menemukan pekerjaan lainnya?" Hayley tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada ayah dan saudara lelakinya sambil melihat sup yang direbus dengan roti hitam.

Ayahnya berkata dengan frustrasi, "Perekonomian sedang dalam masa resesi. Banyak tempat yang melakukan perampingan. Bahkan pekerjaan di pelabuhan pun menjadi jarang. Aku hanya bisa mendapatkan tiga soli dan tujuh sen seminggu."

Hayley menghembuskan napas dan kembali diam seperti biasanya. Namun, dia menyembunyikan tangan kirinya yang tiba-tiba kejang-kejang.

Pada hari kedua, dia berjalan untuk bekerja lagi. Matahari bersinar terang, dan jalanan pun terus menjadi makin ramai dengan para pejalan kaki.

Tiba-tiba, seluruh tubuhnya mulai kejang-kejang.

Dia jatuh ke pinggir jalan, busa keluar dari mulutnya.

Dia melihat ke atas dan pandangannya pun menjadi kabur. Dia melihat orang-orang berjalan melewatinya dan yang lainnya makin mendekat. Dia melihat kereta kuda yang lewat dengan lambang keluarga Deweyville, sebuah burung merpati putih yang sedang membentangkan kedua sayapnya, seolah-olah sudah siap untuk mulai terbang.

Dia berusaha keras untuk membuka mulutnya, namun dia tidak bisa mengeluarkan suara apa pun.

Jadi, dia pun tidak mengatakan apa-apa, diam seperti biasanya.

Namun perbedaannya kali ini adalah bahwa dia sudah meninggal.

Next chapter