webnovel

Tetua Yang Misterius

Editor: Wave Literature

Meninggalkan Aula dengan penuh emosi, Xiao Yan yang merasa frustasi dengan kegiatan sehari-harinya, perlahan naik ke puncak gunung di belakang bangunan Klan. Duduk di puncak gunung, Xiao Yan dengan tenang memandang gunung curam yang diselimuti kabut. Di sana, di tempat yang tertutupi kabut dari kejauhan, tampak Pegunungan Magic Beast yang terkenal di Kekaisaran Jia Ma.

"Hehe, kekuatan ah… di dunia ini, tanpa kekuatan, kau bahkan tidak lebih berharga dari kotoran. Karena setidaknya, tidak ada orang yang mencoba menginjak-injak kotoran." Dengan bahu yang bergerak ke atas dan ke bawah, suara ejekan Xiao Yan pada dirinya sendiri bergema pelan di atas gunung, penuh kesedihan.

Menarik rambutnya, Xiao Yan menggigit bibir, membiarkan darah dari lukanya menyebar dalam mulutnya. Meskipun di Aula tadi dia tidak terpancing emosi, tetap saja perkataan Nalan Yanran menusuk hatinya seperti pisau.

"Aku tidak akan membiarkan diriku dihina seperti ini lagi!" Sambil memperhatikan tangan kirinya, yang terluka karena kejadian hari ini, Xiao Yan berkata serak tapi penuh ketegasan.

"Hehe, bocah, sepertinya kau butuh bantuan."

Tepat ketika Xiao Yan tengah bersumpah, terdengar suara tawa asing yang lemah di telinganya.

Ekspresi Xiao Yan berubah dan dia segera berbalik. Dengan tatapan seperti elang, ia mengamati sekelilingnya tapi tak melihat apapun…

"Hehe, berhentilah mencari, aku di jarimu."

 Tepat ketika Xiao Yan mengira ia tengah berhalusinasi, suara tawa asing itu kembali terdengar.

Mata Xiao Yan berkerut dan pandangannya jatuh pada cincin hitam di tangan kanannya.

"Kau bisa bicara?" hatinya berdebar, Xiao Yan berusaha berbicara dengan tenang.

"Bocah, kau ternyata cukup tenang, tidak terlihat ketakutan." Terdengar suara mengejek dari dalam cincin Xiao Yan.

"Siapa kau? Mengapa kau ada di dalam cincinku? Apa yang ingin kau lakukan?"

Setelah menenangkan diri, Xiao Yan mengajukan pertanyaan penting.

"Siapa aku? Kau tidak perlu tahu, aku tidak akan menyakitimu. Hahaha, setelah bertahun-tahun, akhirnya aku berhasil menemukan seseorang dengan jiwa yang cukup kuat. Beruntung sekali! Hehe, aku harus berterima kasih atas persembahanmu tiga tahun terakhir, kalau tidak, mungkin aku masih tertidur."

"Persembahan?" Xiao Yan mengedipkan matanya bingung. Setelah beberapa saat, wajahnya menggelap dan dia kesulitan berkata-kata: "Dou Qi ku yang menghilang… kau yang melakukannya?"

"Hehe, aku harus melakukannya, jangan marah padaku bocah."

"Brengs*k kau!"

 Xiao Yan yang biasanya tenang pun berubah sangat marah. Wajah mungilnya tampak bengis, dan tanpa mempedulikan bahwa cincin itu adalah satu-satunya peninggalan ibunya, dia melepas cincin itu dari jarinya dan melemparnya ke ujung tebing dengan sekuat tenaga.

Xiao Yan baru tersadar setelah cincinnya terlempar. Buru-buru ia mencoba menangkap cincin yang telah dilemparnya tadi tapi cincin itu telah hilang, terlempar ke bawah gunung…

Menatap cincin yang menghilang di dalam kabut, Xiao Yan tertegun selama beberapa saat. Kemudian, wajahnya tampak kembali tenang. Dia memukul dahinya, kecewa: "Sudah bodoh ceroboh pula, benar-benar ceroboh!"

Setelah menyadari bahwa penyebab dari semua penghinaan yang dia terima tiga tahun belakangan ini berasal dari cincin yang selalu ia pakai, tak heran jika Xiao Yan bereaksi sehebat itu.

Setelah duduk di tepi tebing selama beberapa waktu, Xiao Yan menggeleng tak berdaya. Saat dia berdiri dan bersiap pulang, matanya seketika melebar dan jarinya dengan gemetar menunjuk sesuatu di depannya.

Cincin hitam itu muncul di depan Xiao Yan, terbang di langit. Tapi yang membuat Xiao Yan sangat terkejut adalah keberadaan bayangan sosok keriput di atas cincin…

"Hehe, bocah, kau tidak perlu semarah itu bukan? Aku hanya mengambil Dou Qi mu tiga tahun." Bayangan tetua itu tersenyum pada Xiao Yan yang tengah tertegun.

Bibir Xiao Yan berkedut menahan amarahnya. Dia berkata, "Kakek, karena kau bersembunyi di dalam cincinku, kau pasti tahu berapa banyak rasa sakit yang kau sebabkan karena mengambil Dou Qi ku kan?"

"Tapi melalui penghinaan selama tiga tahun ini, kau menjadi lebih dewasa kan? Apa menurutmu tiga tahun lalu kau bisa memiliki toleransi dan pola pikir seperti ini?"

Xiao Yan mengerutkan alis tapi emosinya mulai tenang. Setelah amarahnya memudar, Xiao Yan justru tampak bahagia. Karena kini ia sudah tahu penyebab mengapa Dou Qi nya menghilang, maka dia pasti bisa mengembalikan kemampuannya lagi!

Menyadari dia memiliki kesempatan untuk melepaskan julukan si tidak berguna yang dia dapat, Xiao Yan merasa seperti dia baru dilahirkan kembali. Si tetua di depannya itu kini tak lagi terlihat begitu menjengkelkan.

Kau akan menghargai sesuatu, setelah kehilangannya! Setelah kehilangan kemudian bisa mendapatkannya kembali, semuanya akan terasa lebih berharga!

Memutar pergelangan tangannya ringan, Xiao Yan menghela napas panjang dan berkata: "Meskipun aku tidak tahu siapa Anda, aku ingin tahu apakah Anda berniat tinggal di dalam cincinku untuk mencuri Dou Qi ku lagi. Jika memang benar Anda memiliki niat itu maka aku meminta Anda untuk mencari orang lain, aku tidak akan membiarkannya."

"Hehe, orang lain tidak memiliki Persepsi Jiwa sekuat kau." Si penatua itu mengelus jenggotnya: "Karena aku sudah menampakkan diri, maka sebelum kau mengizinkan, aku tidak akan mengambil Dou Qi mu."

Xiao Yan memutar matanya dan menyeringai tanpa berkata apa-apa. Dia sudah memutuskan, terlepas dari apapun yang tetua itu katakan, dia tidak akan menyimpan cincin itu lagi.

"Bocah, Apa kau ingin jadi orang kuat? Apa kau ingin dihormati oleh orang lain?" meski Xiao Yan telah memutuskan untuk mengabaikan tetua ini, hatinya berdetak cepat saat mendengar perkataan tersebut.

"Aku sudah tahu penyebab Dou Qi ku tiba-tiba lenyap dan dengan kemampuanku, atas dasar apa aku membutuhkan bantuan Anda untuk jadi orang kuat?" mengeluarkan napas pelan, Xiao Yan berkata dengan lembut. Dia tau bahwa tidak ada sesuatu yang gratis di dunia ini. Berhutang pada orang asing, bukanlah cara yang pintar.

"Bocah, meskipun kau mempunyai kemampuan yang cukup baik, kau harus tahu bahwa kau sudah berumur 15 tahun tapi Dou Qi mu hanya mencapai Duan 3. Aku dengar upacara kedewasaanmu tahun depan kan? Apa kau pikir dalam waktu satu tahun, dengan menggunakan kemampuan dan usaha kerasmu, kau bisa mencapai Duan Qi 7? Selain itu, kemampuan gadis yang menantangmu untuk bertarung tiga tahun lagi tidaklah buruk. Kau ingin mengejar dan menandinginya? Itu tidak akan mudah." Wajah keriput itu tampak berbunga-bunga.

Setelah kelemahan terbesarnya terungkap, wajah Xiao Yan kembali menggelap dan dia mulai memaki. "Jika kau tidak mengambil Dou Qi ku, apa kau pikir semua ini akan terjadi? Dasar orang tua brengsek!"

Setelah mengeluarkan makian itu, Xiao Yan merasa dirinya sedikit putus asa. Dalam situasi seperti ini, tidak peduli seberapa banyak dia memaki, semua itu tidak akan ada gunanya. Praktik Dou Qi membutuhkan dasar yang kuat. Pada saat dia berusia 4 tahun, dia butuh 6 tahun untuk mencapai Duan Dou Qi 9. Bahkan dengan kemampuannya, menguasai Duan Qi 7 dalam satu tahun sangatlah tidak mungkin.

Sambil mendesah putus asa, Xiao Yan melirik tetua itu. Sudut bibirnya melengkung kemudian dia bertanya: "Apa kau punya solusi?"

"Mungkin." Penatua itu menjawab samar-samar.

"Jika kau membantuku mencapai Duan Qi 7 hanya dalam waktu satu tahun maka aku akan memaafkanmu karena mengambil Dou Qi ku tiga tahun ini. Bagaimana?" Xiao Yan bertanya memberi penawaran.

"Hehe, bermimpi saja bocah."

"jika kau tidak bisa membantuku lalu kenapa aku harus membiarkanmu, seseorang yang tidak ada gunanya, berada di sisiku? Kau harus mencari orang yang tidak beruntung lainnya…" Xiao Yan tahu dia cukup memiliki pengaruh dalam negosiasi ini karena bayangan tetua itu tidak akan mengambil Dou Qi orang secara acak.

"Kau tidak seperti pemuda berusia 15 tahun. Sepertinya tiga tahun ini membuatmu sangat dewasa. Apa rencanaku kini menjadi bumerang?" menatap Xiao Yan yang cerdik, tetua itu terdiam dan menggelengkan kepala tercengang.

Xiao Yan mengangkat bahunya sambil berkata ringan: "Jika kau ingin aku membiarkanmu di sisiku maka setidaknya kau harus bersungguh-sungguh kan?"

"Dasar anak bermulut tajam. Baiklah, baiklah, lagipula, aku butuh bantuanmu." Tak punya pilihan lain, sang tetua mengangguk dan perlahan-lahan turun ke tanah. Setelah memeriksa Xiao Yan selama beberapa saat, senyum licik muncul di wajahnya. Tapi tak lama kemudian, senyum itu menghilang dan tetua itu merenung sejenak sebelum bertanya enggan: "Apa kau ingin menjadi seorang Alchemist?"

Next chapter